Prasasti a. TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA SETELAH MENGENAL AKSARA

46 Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X upacara kurban. Dilihat dari bentuk tulisan pada yupa diduga prasasti itu dibuat pada abad ke-5 Masehi. Raja terkenal Kutai adalah Mulawarman, seperti diungkap- kan pada salah satu yupa berikut ini: ”Sang Maharaja Kudungga yang amat mulia mempunyai putra yang masyur yang bernama Aswawarman. Dia mempunyai tiga orang putra yang seperti api. Yang terkemuka di antara ketiga putranya adalah sang Mulawar- man, raja yang besar, yang berbudi baik, kuat, dan kuasa, yang telah upacara korban emas amat banyak dan untuk memperingati upacara korban itulah tugu ini didirikan”. Ia sering disamakan dengan Ansuman, yaitu Dewa Mata- hari. Raja Mulawarman dikenal sangat dekat dengan rakyatnya. Ia juga memiliki hubungan yang baik dengan kaum Brahmana yang datang ke Kutai. Diceritakan bahwa Raja Mulawarman sangat dermawan. Ia memberi sedekah segunung minyak dan lampu. Ia juga memberikan hadiah 20.000 ekor lembu kepada Brahmana di suatu tempat yang disebut Wafrakeswara. Wafrakeswara adalah tempat suci untuk memuja Dewa Siwa. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa Raja Mulawarman menganut agama Hindu Siwa. Dari besarnya sedekah Raja Mulawarman ini memperlihat- kan keadaan masyarakat Kutai yang sangat makmur. Kemakmu- ran ini didukung oleh peranan yang besar. Kerajaan Kutai dalam pelayaran dan perdagangan dunia. Hal ini disebabkan karena letak Kutai yang sangat strategis, yaitu berada dalam jalur perdagangan utama Cina −India.

b. Prasasti Kerajaan Tarumanagara

Kerajaan Tarumanagara terletak di daerah Bogor, Jawa Barat. Adanya kerajaan tertua di Pulau Jawa ini, didukung oleh beberapa prasasti, seperti: 1 Prasasti Ciaruteun Ciampea Bogor Prasasti Ciaruteun ditemukan di dekat muara Cisadane. Pra- sasti itu ditulis pada sebuah batu besar disertai cap sepasang telapak kaki. Terjemahan tulisan prasasti itu antara lain: Ini bekas sebuah kaki yang seperti kaki dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Purnawarman, raja negeri Taruma yang gagah berani di dunia. 2 Prasasti Kebon Kopi Bogor Prasasti ini ditemukan di Cibungbulang, Bogor. Dalam prasasti ini terdapat gambar dua telapak gajah yang disama- kan dengan telapak gajah Airawata gajah kendaraan Dewa Wisnu. Terjemahan tulisan prasasti itu antara lain: Di sini tampak sepasang dua telapak kaki.... yang seperti Aira- wata, gajah penguasa Taruma yang agung dan ... kejayaan. Gambar 2.15 Yupa atau tiang batu bertulis yang ditemukan di daerah Kutai, Kalimantan Timur.Yupa ini salah satu dari tujuan prasasti yang mencerita- kan kerajaan Kutai. Sumber Indonesian Heritage: Ba- hasa dan Sastra 47 Bab 2 Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Sebelum dan Sesudah Mengenal Aksara. Isi prasasti tidak dapat dibaca selengkapnya karena ada ba- gian tulisan yang sudah usang. 3 Prasasti Tugu Cilincing, Jakarta Prasasti ini ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini merupakan prasasti Tarumanagara yang terpanjang dan terpenting. Isinya antara lain tentang penggalian sebuah saluran sepanjang 6112 tumbak lebih kurang 11 Km, yang bernama Gomati. Penggalian itu dilakukan pada tahun ke −22 pemerintahan Raja Purnawarman. Pekerjaan penggalian diselesaikan dalam waktu 21 hari. Setelah selesai, diadakan selamatan di mana raja memberikan hadiah 1000 ekor sapi kepada para Brahmana. Di samping itu, prasasti tugu menyebutkan penggalian sungai bernama Candrabaga. 4 Prasasti Muara Cianten Bogor Prasasti ini ditulis dengan huruf ikal dan belum dapat di- baca. 5 Prasasti Jambu Leuwiliang Prasasti ini ditemukan di Bukit Koleangkak, termasuk perke- bunan Jambu, kira −kira 30 km sebelah barat Bogor. Prasasti ini berisi sanjungan kebesaran, kegagahan, dan keberanian Raja Purnawarman. 6 Prasasti Lebak Banten Prasasti Lebak ditemukan pada tahun 1947. Prasasti ini hanya terdiri atas dua baris kalimat. Corak tulisan mirip dengan tulisan pada prasasti Tugu. Isinya memuji kebesaran dan keagungan Raja Purnawarman. Sumber prasasti Tarumanagara dibuat dengan bahasa Sans- kerta dan huruf Pallawa. Dari salah satu prasasti diketahui di- ketahui Raja terkenal dari Tarumanegara adalah Purnawarman. Hal itu seperti diungkapkan dalam prasasti Ciaruteun, yaitu: ”Ini Gambar 2.16 Prasasti Ciarute- un yang berisi gambar dua tela- pak kaki. Kedua telapak kaki tersebut digambarkan sebagai telapak kaki Raja Purnawarman Sumber Indonesian Heritage: Bahasa dan Sastra. 48 Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X adalah dua tapak kaki Raja Purnawarman raja dari negeri Taruma, raja yang gagah berani ”. Purnawarman pun dikenal sebagai raja yang memperhatikan masalah pertanian dan peternakan yang diungkapkan dalam prasasti Tugu.

c. Kerajaan Sriwijaya

Prasasti-prasasti yang berkaitan dengan kerajaan Sriwijaya antara lain: 1 Prasasti Kedukan Bukit Isi Prasasti menyatakan bahwa Dapunta Hyang mengada- kan perjalanan suci sidhayarta dengan perahu dan mem- bawa 2.000 orang. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan beberapa daerah. 2 Prasasti Talang Tuwo Isi prasasti menyatakan pembuatan taman bernama Srikse- tra . Taman itu dibuat oleh Dapunta Hyang untuk kemak- muran semua makhluk. 3 Prasasti Telaga Batu Isi prasasti menyatakan kutukan bagi rakyat yang melakukan kejahatan dan tidak taat pada perintah raja. 4 Prasasti Kota Kapur Isi prasasti menyatakan usaha Kerajaan Sriwijaya untuk menaklukkan Jawa yang tidak setia kepada Sriwijaya. 5 Karang Berahi Isi kedua prasasti menyatakan permintaan dewa agar men- jaga Kerajaan Sriwijaya dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat. Isi prasasti membawa kita pada kesimpulan sebagai be- rikut. a Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, dan Telaga Batu yang ditemukan di dekat Palembang menceritakan berdirinya Ke- rajaan Sriwijaya pada tahun 683 M. Pusat kerajaan terletak di dekat kota Palembang sekarang. b Prasasti Kota Kapur dan Karang Berahi yang ditemukan di Bangka dan Jambi menceritakan wilayah kekuasaan Sriwijaya sampai ke Pulau Bangka dan Melayu. Setelah prasasti di atas, sumber sejarah tentang Kerajaan Sriwijaya dapat kita ketahui dari prasasti di Indo Cina dan India serta catatan-catatan Cina dan Arab. Catatan dari Cina berasal dari I Tsing, seorang rahib Buddha. Sedangkan catatan dari Arab berasal dari Raihan Al-Beruni seorang ahli geografi dari Persia.

2. Karya Sastra

Selain prasasti yang telah dijelaskan di atas, bukti kebiasaan tulisan yang dilakukan oleh raja-raja di kerajaan di Indonesia Gambar 2.17 Naskah Bhara- tayudha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, tahun 1157 M Sumber: Indonesian Heritage: Bahasa dan sastra 49 Bab 2 Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Sebelum dan Sesudah Mengenal Aksara. adalah ketika mereka mempunyai para penulis keraton atau para pujangga yang bertugas mencatat beberapa peristiwa penting yang berkaitan dengan kerajaannya. Misalnya, menyangkut sebuah peristiwa penting yang menyangkut bidang sosial, ekonomi, po- litik maupun keagamaan, serta pembuatan silsilah kerajaan dan kebijakan-kebijakan raja. Para pujangga istana menulis tentang hal-hal yang baik dan positif saja dari seorang raja, bersifat istanasentris dan mempu- nyai tujuan untuk menunjukan kelebihan, keistimewaan, dan menjadi alat legitimasi dari seorang raja. Misalnya, ketika di kerajaan Singosari Ken Arok membentuk wangsa Giridrawangsa untuk memberikan pemahaman kepada rakyat bahwa dia adalah keturunan dewa. Pada awalnya karya sastra ini ditulis di atas daun lontar yang bila rusak selalu diperbaiki. Sejalan dengan kemajuan teknologi kemudian diubah menggunakan kertas. Karya sastra ini bisa berbentuk puisi, kakawin, maupun prosa. Berikut karya sastra yang dimaksud antara lain: a Kitab Kakawin Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh , pada masa pemerintahan Raja Jayabaya dari Kediri. Kisah peperangan Pandawa dengan Kurawa yang secara implisit menggambarkan perang antara Jenggala dan Kediri. b Kitab Kakawin Hariwangsa dan Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh. c Kitab Smaradhana, karya Mpu Dharmaja. d Kitab Lubdaka dan Kitab Wrtasancaya, karya Mpu Tana- kung. e Kitab Kresnayana, karya Mpu Triguna. f Kitab Pararaton, isinya sebagian besar mitos tentang riwayat Ken Arok, Riwayat Raden Wijaya dan Kertanegara sampai menjadi raja di Majapahit. g Kitab Sundayana, yang mengisahkan terjadinya peristiwa Bu- bat, yaitu perkawinan yang berubah menjadi pertempuran. h Negarakretagama, yang dikarang oleh Mpu Prapanca, mengi- sahkan perjalanan Hayam Wuruk ke daerah-daerah kekua- saan Majapahit. i Kitab Sutasoma, yang dikarang oleh Mpu Tantular, berisi tentang riwayat Sutasoma, seorang anak raja yang menjadi pendeta Budha. Dalam kitab ini tergambar adanya keruku- nan umat beragama di Majapahit antara umat Hindu dengan umat Budha. Dalam kitab ini terdapat ungkapan Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa . j Kitab Ranggalawe, yang menceritakan pemberontakan Rang- galawe. Gambar. 2.18 Arca Buddha peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Bukit Segun- tang, Palembang. Sumber Indonesian Heritage: Sejarah Awal