Heuristik DASAR-DASAR PENELITIAN SEJARAH

65 Bab 3 Metode-Metode Penelitian Sejarah Secara sederhana, sebenarnya mencari jejak sejarah sama halnya dengan mencari jejak binatang buruan. Untuk menghadang binatang buruan, hendaknya kita mengetahui dahulu ke mana arahnya buruan pergi. Jejak kaki yang ditinggalkan oleh binatang yang bersangkutan, memberitahukan kita ke mana dan di mana kita harus menghadangnya. Begitu pula dengan pencarian jejak-jejak sejarah. Kita harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang informasi peristiwa yang tengah diselidiki. Jejak sejarah ini biasanya ditemukan secara tidak sengaja oleh masyarakat awam. Tidak jarang, benda atau artefak sejarah diketemukan oleh seorang petani yang tengah mencangkuli sawahnya. Sering pula jejak sejarah itu diketahui ketika ada penggalian lahan tanah untuk pemukiman atau pabrik baru, misalnya. Seperti yang terjadi pada penemuan situs masa Hindu- Buddha di Bojong Menje, Jawa Barat. Biasanya, setelah adanya penemuan yang tak disengaja tersebut, para ilmuwan lalu melakukan penelitian lebih lanjut dan komprehensif terhadap situs yang bersangkutan

2. Kritik atau Analisis

Jika dalam usaha untuk menyusun fakta-fakta dari sesuatu bagian sejarah kita menemukan sesuatu sumber, misalnya sebuah dokumen, bagaimanakah caranya kita menyimpulkan informasi dari sumber itu? Apakah sumber itu memang bertalian dengan penelitian kita? Pertanyaan-pertanyaan itu membawa kita pada bidang kritik sejarah, yakni metode untuk menilai sumber- sumber yang kita butuhkan guna mengadakan penulisan sejarah maka dapat kita katakan, bahwa kritik sejarah terutama sekali mengenai sumber tertulis. Setiap sumber mempunyai aspek ekstern dan aspek intern. Aspek ekstern bersangkutan dengan persoalan-apakah sumber itu memang merupakan sumber sejati yang kita butuhkan, aspek intern bertalian dengan persoalan apakah sumber itu dapat memberikan informasi yang kita butuhkan. Karena itu penilaian sumber-sumber sejarah mempunyai dua segi, yaitu:

a. Kritik Ekstern

Kritik ekstern bertugas menjawab tiga pertanyaan mengenai sesuatu sumber: Apakah sumber itu memang sumber yang kita kehendaki? Apakah sumber itu asli atau turunan? Apakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah? Pertanyaan-pertanyaan mempersoalkan otentik tidaknya atau sejati tidaknya sesuatu sumber. Jika diungkapkan secara negatif pertanyaan akan berbunyi apakah sumber itu palsu? Gambar 3.2 Tengkorak manusia prasejarah yang ditemukan di Sangiran Jawa Tengah, merupakan jejak dalam penelitian sejarah. Sumber Indonesian Heritage: Sejarah Awal 66 Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X Pertanyaan kedua mengenai asli tidaknya sesuatu sumber, harus dijawab dengan analisis sumber. Analisis sumber mencoba mengetahui apakah sesuatu sumber itu asli ataukah turunan. Sumber asli sudah barang tentu lebih tinggi mutunya daripada sumber turunan atau salinan. Proses ini terutama sekali penting bagi dokumen-dokumen dari zaman dahulu karena pada waktu itu satu-satunya cara memperbanyak adalah dengan jalan menyalinnya. Dalam menyalin itu tentu ada kemungkinan timbulnya perubahan di dalam isi dokumen. Dokumen-dokumen dari zaman modern yang diperbanyak dengan mesin stensil atau dengan kertas-karbon, dan foto kopi sudah tentu lebih dapat dipercaya daripada sumber yang diturunkan dengan tulisan tangan.

b. Kritik Intern

Kritik intern adalah kritik terhadap isi dari suatu peninggalan sejarah seperti isi prasasti, kitab kuno, dokumen dan sebagainya. Kritik Intern ini mulai bekerja setelah kritik ekstern selesai menentukan, bahwa dokumen yang kita hadapi memang dokumen yang kita cari. Kritik intern harus membuktikan, bahwa kesaksian yang diberikan oleh sesuatu sumber itu memang dapat dipercaya.

3. Interpretasi

Setelah melakukan kritik intern, kita telah dapat menghimpun banyak sekali infonnasi mengenai sesuatu periode sejarah yang sedang kita pelajari. Berdasarkan semua keterangan itu dapat kita susun fakta-fakta sejarah yang dapat kita buktikan kebenarannya. Menurut Louis Gottschalk suatu fakta sejarah atau ”historical facts adalah;a particular derived di rectly or indirectly from historical documents and ragaded as credible after careful tasting in accordance with the canons of historical method’ ’. Jelaslah bahwa fakta-fakta sejarah tidak sama dengan data sejarah atau jejak-jejak sejarah sebagai peristiwa. Jejak itu hanyalah bahan-bahan untuk menyusun fakta-fakta sejarah. Kumpulan fakta- fakta sejarah belum merupakan kisah-sejarah. Daftar fakta sejarah yang disusun secara kronologis barulah merupakan kronik dan bukan merupakan sejarah. Misalnya, daftar fakta-fakta dari sejarah Perang Kemerdekaan kita seperti Proklamasi, Pembentukan BKR, Pembentukan TKR, Pertempuran Surabaya, Agresi Militer Belanda I, Agresi Militer Belanda II, Gencatan Senjata, Pengakuan Kedaulatan, barulah merupakan bahan-bahan mentah bagi penulisan sejarah Perang Kemerdekaan kita. Ciri dari historiografi dan hasilnya yang berupa sejarah sebagai kisah adalah interpretasi. Interpretasi dalam sejarah adalah penafsiran kembali terhadap suatu peristiwa sejarah lalu memberikan pandangan atau pendapat teoretis yang ilmiah. Seorang peneliti sejarah takkan berani memberikan tafsiran bohong atas sebuah peristiwa sejarah.