117
Bab 4 Kehidupan Awal Masyarakat Purba di Indonesia
3 Bejana perunggu: bentuknya mirip gitar Spanyol tanpa tang- kai; di temukan di Madura dan Sulawesi.
4 Arca perunggu: berbentuk orang sedang menari, menaiki kuda, atau memegang busur panah; ditemukan di Bangkinang
Riau, Lumajang, Bogor, Palembang. 5 Perhiasan dan manik-manik: ada yang terbuat dari perunggu,
emas, dan besi; berbentuk gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul; banyak ditemukan di Bogor, Bali, dan Ma-
lang; sedangkan manik-manik banyak ditemukan di Sangi- ran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, Bone; berfungsi
sebagai bekal kubur; bentuknya ada yang silinder, bulat, segi enam, atau oval.
c. Kepercayaan Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian merupakan kela-
njutan dari masa bercocok tanam. Kepercayan berkembang sesuai dengan pola pikir manusia yang merasa dirinya memiliki keter-
batasan dibandingkan dengan yang lainnya. Anggapan seperti ini memunculkan jenis kepercayaan: animisme dan dinamisme.
1 Animisme
Dalam kepercayaan animisme, manusia mempunyai ang- gapan bahwa suatu benda memiliki kekuatan supranatural
dalam bentuk roh. Roh ini bisa dipanggil dan diminta per- tolongan pada saat diperlukan. Mereka percaya akan hal-
hal yang gaib atau kekuatan hebat. Kepercayaan terhadap bermacam-macam roh dan makhluk halus yang menempati
suatu tempat memunculkan kegiatan menghormati atau memuja roh tersebut dengan cara berdoa dengan mantera
dan memberi sesajen atau persembahan.
2 Dinamisme Kepercayaan dinamisme ini perpanjangan dari animisme.
Roh atau makhluk halus yang diyakini berasal dari jiwa ma- nusia yang meninggal, kemudian mendiami berbagai tempat,
misalnya hutan belantara, lautan luas, gua-gua, sumur dalam, sumber mata air, persimpangan jalan, pohon besar, batu-batu
besar, dan lain-lain. Timbullah kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib yang dapat menambah kekuatan seseorang
yang masih hidup. Kekuatan yang timbul dari alam semesta inilah yang menimbulkan kepercayaan dinamisme dinamis
berarti bergerak. Manusia purba percaya bahwa, misalnya, pada batu akik, tombak, keris, belati, anak panah, bersemay-
am kekuatan halus, sehingga alat-alat tersebut harus dirawat, diberi sesajen, dimandikan dengan air kembang.
Gambar 4.21 Arca kecil pria dari perunggu, ditemukan di
Bogor, Jawa Barat.
Sumber: Indonesian Heritage: Seni
118
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
Di kemudian hari, kepercayaan-kepercayaan animisme dan dinamisme mendorong manusia menemukan kekuatan yang
lebih besar dari sekadar kekuatan roh dan makhluk halus dan alam. Masyarakat lambat laun, dari generasi ke generasi, meya-
kini bahwa ada kekuatan tunggal yang mendominasi kehidupan pribadi mereka maupun kehidupan alam semesta. Kekuatan
gaib tersebut diyakini memiliki keteraturan sendiri yang tak da- pat diganggu-gugat, yakni hukum alam. Kepercayaan terhadap
“Kekuatan Tunggal” ini lantas dihayati sebagai kekayaan batin- spiritual sekaligus kekayaan kebudayaan. Kepercayaan animisme
dan dinamisme ini kemudian berkembang dan menyatu dengan kebudayaan Hindu-Buddha dan kemudian Islam.
Siapakah Dia, ”Homo Floresiensis”?
Oleh: Harry Widianto Peneliti pada Balai Arkeologi Yogyakarta
Penemuan Homo Floresiensis bulan Oktober 2995 di Sydney, Australia, ditanggapi dengan baik oleh dunia pengetahuan. Sisa-sisa manusia yang ditemukan di sebuah goa permukiman prasejarah, Liang
Bua, Flores, telah memunculkan kisah aktual tentang evolusi manusia dari kurun 18.000-30.000 tahun silam, dan diidentifikasi sebagai spesies baru dalam garis evolusi manusia.
Keistimewaan pertama
, dia menunjukkan ciri-ciri erectus dan sapiens dalam individu yang sama, dan kedua, masa hidupnya berasal dari kurun 18.000-30.000 tahun yang lalu. Ini berarti merupakan masa
setelah berakhirnya era Homo erectus di Indonesia. Ditafsirkan tingginya berukuran sekitar satu meter, Homo floresiensis mempunyai tengkorak yang kecil, dengan kapasitas tengkorak 380 cc ban-
dingkan dengan manusia modern, 1.200 cc. Meski tengkoraknya cukup kecil, dia telah mengalami perkembangan sempurna, yang berdasarkan erupsinya gigi geraham ketiga, menunjukkan individu
dewasa yang telah melampaui usia 18 tahun. Apabila dikaitkan dengan masa hidupnya yang berasal antara 18.000 dan 30.000 tahun yang lalu, hampir pasti fosil ini harus dipandang sebagai bagian dari
spesies Homo sapiens, sama seperti saudara- saudara mereka yang hidup di goa-goa di Niah Serawak ataupun Goa Tabon Filipina.
Keistimewaan kedua
, atap tengkoraknya mempunyai morfologi yang memanjang ke belakang, dengan lebar maksimal terletak pada bagian temporal sekitar telinga. Dahinya terlihat sangat datar, dengan
penonjolan signifikan pada tulang keningnya. Muka fosil ini tampak menjorok ke depan, dengan alat-alat kunyah rahang dan gigi yang cukup kekar dibandingkan dengan keseluruhan tengkorak.
Terlebih lagi, tidak terdapat dagu pada rahang bawah, dan pada bagian depan rahang-di bagian dalam- terdapat planum alveolaris yang cukup berkembang, dan bagian ramus mandibula yang bersambungan
dengan dasar tengkorak, terlihat condong ke belakang. Beberapa karakter pada struktur tengkorak di atas yang mengingatkan pada karakter Homo erectus hampir- hampir tidak dijumpai lagi di kalangan
fosil-fosil Homo sapiens. Di sinilah arti penting fosil dari Liang Bua Flores ini: satu individu yang mempunyai karakter dari
dua spesies Homo yang terakhir, Homo erectus dan Homo sapiens. Lalu, posisinya pun lebih gampang direkonstruksi. Ia merupakan fosil transisi evolutif dari spesies erectus yang hidup pada 1,5-0,1 juta
tahun lalu di Jawa, dan Homo sapiens, fosil yang selama ini baru diinventaris paling tua dari 13.000 tahun lalu di jajaran Gunung Sewu.
Sumber: Kompas, 5 November 2004
KEGIATAN 4.3
Kutipan di bawah ini menjelaskan tentang pentingnya penemuan fosil Homo Floresiensis di Liang Bua, Nusa Tenggar Timur. Coba kalian simak dan cermati
119
Bab 4 Kehidupan Awal Masyarakat Purba di Indonesia
Tugas Mandiri:
1 Carilah informasi yang lengkap di koran, majalah, tabloid maupun televisi dan radio tentang penemuan fosil Homo
Floresiensis 2 Buatlah kliping tentang informasi tersebut
Tugas Kelompok:
Diketahui dari uraian di atas bahwa berita penemuan Homo Floresiensis berasal dari Sydney, Australia.
Pertanyaannya adalah seberapa besar kemampuan ahli anthropologi Indonesia untuk melakukan penelitian situs-situs
purbakala di negeri sendiri? Jawabanlah pertanyaan tersebut secara berkelompok dan uraikan secara tertulis Hasilnya kum-
pulkan kepada guru
D. NILAI-NILAI PENINGGALAN BUDAYA MASA PRA- SEJARAH INDONESIA
Apa yang dimaksudkan dengan nilai-nilai budaya masa prasejarah bangsa Indonesia? Nilai-nilai budaya masa prasejarah artinya,
konsep-konsep umum tentang masalah-masalah dasar yang sangat penting dan bernilai bagi kehidupan masyarakat prasejarah di
Indonesia. Konsep-konsep umum dan penting itu hingga kini masih tersebar luas di kalangan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai
budaya masa prasejarah Indonesia itu masih terlihat dalam bentuk kegiatan-kegiatan berikut:
1. Mengenal Astronomi
Pengetahuan tentang astronomi sangat penting dalam kehidupan mereka terutama pada saat berlayar waktu malam hari. Astronomi
juga, penting artinya dalam menentukan musim untuk keperluan pertanian.
2. Mengatur Masyarakat
Dalam kehidupan kelompok masyarakat yang sudah menetap dip- erlukan adanya aturan-aturan dalam masyarakat. Pada masyarakat
dari desa-desa kuno di Indonesia telah memiliki aturan kehidupan yang demokratis. Hal ini dapat ditunjukkan dalam musyawarah
dan mufakat memilih seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang dipilih itu diharapkan dapat melindungi masyarakat dari
gangguan masyarakat luar maupun roh jahat dan dapat menga- tur masyarakat dengan baik. Bila seorang pemimpin meninggal,
makamnya dipuja oleh penduduk daerah itu.
3. Sistem Macapat
Sistem macapat ini merupakan salah satu butir dari 10 butir penelitian J.L.A. Brandes tentang keadaan Indonesia menjelang
Kata Kunci
Macapat, wayang, gamelan, membatik, cetak logam, astro-
nomi.
Gambar 4.22 J.L.A. Brandes.
Sumber: Indonesia Heritage: Sejarah Awal.
120
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
berakhirnya zaman prasejarah. Sistem macapat merupakan suatu tatacara yang didasarkan pada jumlah empat dan pusat pemerintah
terletak di tengah-tengah wilayah yang dikuasainya. Pada pusat pemerintahan terdapat tanah lapang alun-alun dan di empat
penjuru terdapat bangunan-bangunan yang penting seperti kera- ton, tempat pemujaan, pasar, penjara. Susunan seperti itu masih
banyak ditemukan pada kota-kota lama.
4. Kesenian Wayang
Munculnya kesenian wayang berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Jenis wayang yang dipertunjukkan adalah wayang
kulit, wayang orang dan wayang golek boneka. Cerita dalam pertunjukkan wayang mengambil tema tentang kehidupan pada
masa itu dan setelah mendapat pengaruh bangsa Hindu muncul cerita Mahabarata dan Ramayana.
5. Seni Gamelan
Seni gamelan digunakan untuk mengiringi pertunjukkan wayang dan dapat mengiringi pelaksanaan upacara.
6. Seni Membatik
Seni membatik merupakan kerajinan untuk menghiasi kain dengan menggunakan alat yang disebut canting. Hiasan gambar
yang diambil sebagian besar berasal dari alam lingkungan tempat tinggalnya. Di samping itu ada seni menenun dengan beraneka
ragam corak.
7. Seni Logam
Seni membuat barang-barang dari logam menggunakan teknik a Cire Perdue.
Teknik a Cire Perdue adalah cara membuat barang- barang dari logam dengan terlebih dulu membentuk tempat untuk
mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan. Tempat
Gambar 4.23 Alat gamelan telah ada sejak
masa prasejarah.
Sumber: Indonesian Heritage: Seni Pertunjukkan.
Gambar 4.24 Teknik cetak a cire predue
dalam membuat patung dari logam.
Sumber: www.bigbronzewest.com.