Kebudayaan Sa Huynh HUBUNGAN KEBUDAYAAN PURBAKALA DI

140 Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X gelombang pertama ke Indonesia karena penguburan dalam tempayan tak terdapat pada kebudayaan Dong Son atau yang lain yang sezaman di daratan Asia Tenggara. Penemuan-penemuan Sa Huynh terdapat di kawasan pantai, mulai dari Vietnam Tengah selatan hingga ke delta lembah Sungai Mekong. Budaya Sa Huynh banyak memiliki kesamaan dengan peninggalan yang ditemukan di wilayah Laut Sulawesi. Hal ini diperkuat dengan adanya kemiripan bentuk anting-anting batu bertonjolan disebut “Lingling O” dan jenis anting-anting yang khas atau bandul kalung dengan kedua ujungnya berhiaskan kepala hewan mungkin kijang yang ditemukan di sejumlah daerah di Muangthai, Vietnam, Palawan, dan Serawak. Kebudayaan Sa Huynh yang berhasil ditemukan mencakup berbagai perkakas yang bertangkai corong, seperti sekop, tembilang, dan kapak. Ada pula yang tidak memiliki corong, seperti sabit, pisau bertangkai, kumparan tenun, cincin dan gelang berbetuk spiral. Teknologi pembuatan perkakas-perkakas dari besi di wilayah Sa Huynh diperkirakan berasal dari Cina. Perkakas besi ternyata lebih banyak dipergunakan dalam budaya Sa Huynh dibanding dalam budaya Dong Son. Benda- benda perunggu yang ditemukan di Sa Huynh berupa perhiasan, gelang, lonceng, dan bejana-bejana kecil. Ditemukan pula beberapa manik-manik emas yang langka, manik-manik kaca dari batu agate bergaris, manik-manik Carnelian bundar, seperti cerutu, dan kawat perak. Kebudayaan Sa Huynh ditafsir berlangsung antara tahun 600 SM hingga awal Masehi. Gambar 5.12 Sketsa artefak- artefak kebudayaan bercorak Sa Huynh tampak dari atas dan sisi. Sumber: Erlangga. 141 Bab 5 Asal-Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia

4. Kebudayaan India

Perkembangan masa perunggu awal di Kepulauan Indonesia bertumpang tindih dengan bermunculan negeri-negeri dagang kecil yang ada pada periode paling awal masa sejarah, yakni masa di mana masyarakat mulai mengenal tulisan. Pada masa ini mulai bermunculan kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di bagian barat Indonesia. Berbeda dengan pengaruh budaya Vietnam yang kebanyakan berupa perkakas fisik, pengaruh budaya India cenderung lebih dalam hal nonfisik, di antaranya kesusastraan. Karya sastra berbahasa Sansekerta dan Tamil sudah lama berkembang di wilayah Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Menjelang tahun 70 M, menurut kronik dari Romawi terdapat bukti bahwa cengkeh dari Maluku telah mencapai Roma, Italia, melalui perdagangan laut. Hal ini menimbulkan penafsiran bahwa sekitar abad pertama sampai ke lima Masehi telah ada pusat-pusat perdagangan di kawasan Nusantara yang dilewati rute-rute perlayaran dagang. Pemukiman dagang ini awalnya hanya sebagai tempat persinggahan dan peristirahatan para pelaut dan pedagang sebelum melanjutkan perjalanan. Para pedagang tersebut mengajak pedagang dari Indonesia untuk ikut serta dalam pelayaran dan perdagangan mereka. Akhirnya, kepulauan Nusantara menjadi salah satu pusat kegiatan perniagaan yang dilakukan pedagang asing seperti Cina, India, Indocina, Arab, Persia, bahkan dari Romawi yang datang dari penjuru Eropa bagian barat. Perkembangan perdagangan di Indonesia yang semakin ramai menyebabkan semakin banyaknya pedagang dari India, terutama orang Gujarat dan Tamil, yang berhubungan dengan pedagang Indonesia. Pengaruh India lambat laun dirasakan oleh masyarakat pribumi, terutama dalam bidang pemerintahan politik, agama, serta budaya. Dari kaum pedagang dan selanjutnya kaum agamawan, lahirlah kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu dan Buddha di Indonesia, seperti Kutai, Tarumanagara, Ho-ling, Mataram, Sriwijaya, dan lain- lainnya. Mengenai kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha ini akan dibahas di Kelas XI Jilid 2. KEGIATAN 5.3 Untuk lebih mempererat rasa persaudaran, lakukanlah kegiatan berikut berkelompok. Buatlah kelompok, masing-masing terdiri atas 4 orang. Buatlah peta yang memperlihatkan persebaran artefak-artefak kebudayaan yang tersebar di Indocina terutama di Vietnam dan Kamboja yang memiliki kesamaan dengan yang ada di Indonesia. Kerjakan pada karton berukuran A3 atau A2, warnailah agar terlihat menarik. Bila selesai, kumpulkan kepada guru 142 Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X

D. PERKEMBANGAN BUDAYA LOGAM DI INDONESIA

Pengaruh budaya Dong Son sangat besar terhadap perkembangan budaya logam di Indonesia. Persebaran budaya logam, terutama perunggu bronze, di Indonesia dapat terlihat dari tempat-tempat ditemukannya alat pencetakan benda-benda perunggu. Lokasi- lokasi pencetakan tersebut tersebar di Jawa, Bali, Madura. Sementara itu, perkembangan tahap awal budaya logam di Indonesia tersebar di daerah Sumatera, Jawa, Bali, Kepulauan Talaud dan Maluku Utara, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Gambar 5.13 Gelang dan cincin dari perunggu di Pasemah, Sumatera Selatan. Sumber Sejarah Nasional Indonesia.

1. Tahap Logam Awal di Sumatera

Di Sumatera Selatan, tepatnya di dataran Pasemah, banyak ditemukan kubur batu dari masa Megalitikum. Seorang arkeolog, A.N. van der Hoop pada 1932 berhasil menemukan kubur peti batu di daerah Tegur Wangi. Dari peti kubur tersebut ditemukan manik-manik kaca dan sejumlah benda logam. Benda-benda logam tersebut, yaitu peniti emas dan tombak besi yang telah rusak. Sementara itu, di Pasemah ditemukan patung manusia dan patung hewan dari bongkahan batu besar. Patung laki-laki diperlihatkan tengah mengendarai gajah atau kerbau dengan memakai kalung, gelang kaki, cawat, jubah, penutup telinga, dan penutup kepala berbentuk meruncing pada bagian dekat punggung. Kepala hewan dan manusia sering diukir dengan sangat detail, sedangkan tubuhnya seringkali dibentuk terlalu kecil sehingga tidak proporsional. Jadi, bila dilihat sepintas pahatan patung tersebut tampak seperti karikatur saja. Sejumlah relief lain menunjukkan pertempuran manusia melawan harimau atau ular. Tampak pula pahatan berbentuk kerbau dan gajah, yang digambarkan sebagai hewan yang dapat dikendalikan manusia. Kata Kunci logam, perkakas, benda logam, tembikar, manik-manik.