Sejarah sebagai Seni RUANG LINGKUP SEJARAH
10
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
yang di dalamnya terlihat adanya hubungan sebab-akibat yang lumayan rumit. Dithley meragukan teori yang diungkapkan
Comte , Mills, dan Spencer yang menyatakan bahwa metode ilmu
alam dapat dipergunakan dalam mempelajari sejarah tanpa modifikasi berkelanjutan.
Memang benar bahwa sejarah dapat digali melalui metode ilmiah. Akan tetapi, sejarah itu sendiri memiliki jiwa atau roh,
yang tak lain adalah jiwa yang terdapat dalam diri manusia sebagai pelaku sejarah. Jiwalah yang merupakan nyala api manusia dalam
kehidupannya. Pendekatan terhadap jiwa sejarah ini hanya dapat dilakukan oleh seni. Jika suatu peristiwa sejarah tak dapat lagi
dibuktikan melalui metode ilmiah maka seorang sejarawan diharapkan mampu mengungkap apa yang tersirat dalam
peristiwa itu melalui daya imajinasi. Imajinasi ini sangat diperlukan dalam menginterpretasikan sejarah ketika data-data,
jejak-jejak, dan informasi sejarah dirasa belum cukup dalam menafsirkan peristiwa sejarah.
Melalui pendekatan seni, fakta sejarah akan menjadi lebih hidup dan bernyawa. Kita pun akan lebih menghayati kejadian
sejarah, dapat lebih menghargai tokoh atau manusia yang terjun langsung dalam tragedi dan peristiwa sejarah. Kita bisa lebih
menghayati momentum sejarah, misalnya, dengan membaca sastra-sejarah biasanya dalam bentuk novel, roman.
Misalnya dengan membaca novel Arus Balik karya sastrawan
Pramoedya Ananta Toer , yang menceritakan perubahan politik
yang terjadi di Nusantara pada masa Kerajaan Demak mendominasi Kepulauan Nusantara, ketika bangsa Portugis Peringgi telah
Gambar 1.5 Pramoedya Ananta Toer menulis novel
yang berjudul Arok Dedes, Jejak Langkah, Rumah kaca,
dan Arus Balik yang meman- dang peristiwa sejarah
sebagai seni
Sumber: Tempo.
11
Bab 1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sejarah
menguasai Selat Malaka. Meskipun tokoh utama dalam novel ini Wiranggaleng dan Idayu bersifat fiktif, namun sebagian tokoh
lainnya adalah pelaku sejarah yang nyata. Dengan membaca novel- sejarah, kita juga akan membaca sejarah sebagai kisah dan peristiwa,
di samping sebagai seni tentunya. Sejarah sebagai seni dapat menuntun kita kepada realitas bahwa pelaku sejarah adalah
manusia juga seperti kita yang memiliki rasa cinta, persahabatan, tanggung jawab sebagai individu dan selaku warga negara.
Melaluinya kita dapat melihat pula kelemahan, rasa takut, sedih, dan kecewa dari mereka para pelaku sejarah. Dengan demikian,
sejarah akan menjadi sajian yang kering bila tanpa seni, untuk itu sejarawan memerlukan unsur-unsur seni berupa: intuisi ilham,
yaitu pemahaman langsung dan insting selama masa penelitian berlangsung. Imajinasi yang mempunyai arti bahwa sejarawan harus
dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi dan apa yang terjadi sesudah itu. Emosi dengan perasaan
sejarawan diharapkan dapat mempunyai empati untuk menyatukan perasaan dengan objeknya. Sejarawan diharapkan bisa
menghadirkan peristiwa sejarah seolah-olah mengalami peristiwa sejarah tersebut, sebagai contoh ketika perasaan ini diungkapkan
ketika sejarawan menuliskan sejarah tentang revolusi semasa perang kemerdekaan dapat mewariskan nilai-nilai perjuangan bangsa.
Gaya Bahasa,
dengan gaya bahasa yang baik dalam arti tidak sistematis dan berbelit-belit akan sangat dimengerti, gaya bahasa
juga digunakan terkait dengan penggunaan bahasa pada zaman tertentu seperti di zaman Orde Lama yang akrab dengan kata-kata
progresif revolusioner, ganyang, marhaenisme, nasakomisasi.