commit to user 96
f. jumlah siswa yang mau mengerjakan tugas menulis narasi secara utuh
mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya, yakni 68 pada siklus I, 88 pada siklus II, dan 91 pada siklus III.
Rerata peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pada siklus I prosentase keaktifan siswa mencapai 57, meningkat 14 poin dari survei awal. Pada siklus II siswa yang aktif selama pembelajaran sebesar 72 dan
pada siklus III mencapai 86. Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis narasi di atas
tidak terlepas dari peran guru. Dalam hal ini peningkatan kualitas proses pembelajaran disebabkan adanya peningkatan keterampilan guru mengelola kelas.
Dengan diterapkannya teknik Make a Match memacu guru lebih terampil mengelola kelas. Peningkatan keterampilan guru tampak pada tindakannya
memberikan perhatian pada seluruh siswa di kelas. Selain itu, guru menerapkan metode atau teknik pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya yang hanya
memberikan tugas menulis. Pada pembelajaran kali ini guru mengombinasikan ceramah dengan teknik lain sehingga siswa tidak bosan lagi mengikuti
pembelajaran. Selain itu, guru sudah mampu bersikap lebih tegas, sehingga sikap siswa yang menyepelekan guru berkurang. Di samping itu, guru berperan dalam
memotivasi siswa agar aktif selama pembelajaran berlangsung. Kondisi yang demikian jauh lebih baik daripada pengelolaan kelas yang dilakukan guru pada
survei awal. Secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit kelemahan guru dapat teratasi setelah diterapkannya tindakan pada pembelajaran menulis narasi dengan
teknik Make a Match.
2. Kualitas Hasil Tulisan Narasi Siswa Meningkat
Penerapan teknik Make a Match meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis narasi. Hal ini ditandai dengan rerata nilai menulis narasi siswa yang
mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I, nilai rata-rata siswa 50,9; siklus II 62,79; dan siklus III mencapai 74,24. Keefektifan penerapan teknik
Make a Match diidentifikasi dengan 31 siswa yang telah mampu mencapai nilai ketuntasan hasil belajar nilai 70 ke atas pada siklus III.
commit to user 97
Selain itu, peningkatan kualitas hasil tulisan narasi siswa dapat dicermati pada indikator berikut.
a. Isisubstansi
Aspek isisubstansi dalam tulisan siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan. Rerata nilai aspek isi yang diperoleh siswa pada prasiklus adalah
10. Pada siklus I, rerata nilai aspek isi yang diperoleh siswa adalah 16. Pada siklus II dan III mengalami peningkatan yakni menjadi 20 dan 24. Pada siklus
III bahkan terdapat dua siswa yang memperoleh nilai 30 sempurna untuk aspek isi.
b. Pengorganisasian Tulisan
Peningkatan kemampuan pada aspek ini terlihat pada skor capaian yang diperoleh
siswa. Pada
saat pretes,
kemampuan siswa
dalam mengorganisasikan tulisan masih tergolong rendah dengan rerata perolehan 9.
Siswa mengalami peningkatan perolehan rerata nilai aspek organisasi isi pada siklus I, yakni 11, pada siklus II mengalami peningkatan kembali dengan
rerata 13 dan pada siklus III rerata nilai aspek organisasi isi karangan siswa menjadi 16.
c. Penggunaan Bahasa
Rerata nilai perolehan aspek penggunaan bahasa siswa pada prasiklus adalah 5. Pada siklus I, rerata perolehan nilai aspek penggunaan bahasa siswa
mencapai 11, pada siklus II meningkat menjadi 12 dan pada siklus III menjadi 16.
d. Kosakata
Pada survei awal, kosakata yang dipakai oleh siswa masih tampak biasa. Perolehan rerata nilai aspek kosakata siswa pada prasiklus adalah 11.
Pada siklus I, rerata nilai aspek kosakata siswa 11, lalu pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 13 dan naik kembali pada siklus III menjadi
17. e.
Ejaan Mekanik Pada survei awal, peneliti banyak menemukan kesalahan dalam tulisan
narasi siswa. Hal ini dapat dibuktikan pada rerata nilai aspek mekanik siswa
commit to user 98
pada prasiklus, yakni 2. Pada siklus I, rerata nilai aspek mekanik siswa 3, kemudian pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 5 dan naik kembali
pada siklus III menjadi 6.
B. Implikasi