commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan
dikembangkan serta dapat dituntunkan kepada generasi mendatang. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana mengupayakan
pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia secara terarah. Maka dari itu melalui proses pengajaran bahasa diharapkan siswa mempunyai kemampuan yang
memadai untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Dalam proses belajar mengajar guru memegang peran sebagai fasilitator,
artinya, guru memegang tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga profesional harus
memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam bidang pengajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode pengajaran
yang efekif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif dan kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya pendidikan
Usman, 2009:11. Pada prinsipnya tujuan akhir pembelajaran bahasa adalah agar siswa mampu menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Empat keterampilan ini harus dikuasai oleh siswa.
Menulis merupakan salah satu keterampilan dalam berbahasa. Melalui kegiatan menulis siswa dapat mengkomunikasikan gagasan, penghayatan, dan
pengalamannya ke dalam bentuk tulisan. Banyak kegiatan yang berhubungan erat dengan keterampilan menulis yang harus diselesaikan siswa, yaitu membuat
ikhtisar, membuat catatan, menulis notulen, menulis berbagai macam surat, menulis proposal penelitian, menulis rancangan kegiatan, sampai pada
kemampuan menulis karya ilmiah. Akhadiah, Maidar G. Arsyad dan Sakura H. Ridwan 2002:2 mengungkapkan bahwa menulis berarti mengorganisasikan
gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. Tujuan yang 1
commit to user 2
diharapkan dari kegiatan menulis adalah agar siswa mampu mengungkapkan ide atau gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta mempunyai hobi
menulis. Melalui
keterampilan menulis
yang dimiliki,
siswa dapat
mengembangkan kreativitas dan mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Selain itu, tidak semua orang mampu melaksanakan tugas menulis
dengan baik. Menulis bukan pekerjaan yang mudah karena merupakan kemampuan yang kompleks serta menuntut sejumlah pengetahuan dan
keterampilan. Nurudin 2010:50 berpendapat bahwa berdasarkan bentuknya, terdapat
lima jenis tulisan yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi dan persuasi. Tulisan narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan,
merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah cerita secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu. Narasi
bisa saja dimulai dari peristiwa ditengah atau paling belakang, sehingga memunculkan flashback. Narasi dapat bergaya kisahan orang pertama sehingga
terasa subjektivitas pengarangnya, atau orang ketiga sehingga lebih terkesan objektif.
Mengacu pada hakikat tulisan narasi di atas, keterampilan menulis narasi mengajak siswa menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dalam kehidupan
sehari-hari. Pengajaran menulis ditujukan agar siswa mampu memahami dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Hal ini penting
karena kemampuan menulis seseorang merupakan gambaran dari penguasaan bahasa yang digunakan.
Kemampuan menulis narasi siswa di Indonesia pada umumnya masih rendah. Sebagian besar dari mereka membuat karangan dengan panjang tidak
maksimal dan kurang sesuai harapan. Barbara, dkk. 2009:360 menyatakan bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam
berkomunikasi, selain itu keterampilan menulis juga penting dan harus dikuasai di setiap jenjang pendidikan. Akan tetapi, faktanya sekitar 14 hingga 26 warga
atau penutur asli justru kesulitan dan tidak lolos dalam tes keterampilan menulis tingkat paling dasar. Alfianto 2006:1 menyatakan bahwa hal tersebut disebabkan
commit to user 3
anak-anak di banyak kelas jarang dilatih menulis dengan kata-kata mereka sendiri. Mereka lebih sering dan terbiasa menyalin dari papan tulis dan buku pelajaran.
Permasalahan pembelajaran keterampilan menulis, khususnya menulis narasi terjadi di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga tahun 20102011.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas tersebut, peneliti memperoleh fakta bahwa kemampuan menulis narasi siswa
masih rendah. Kelas XI Bahasa yang berjumlah 34 siswa, sebanyak 12 siswa 35 tidak mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dan tidak mengerjakan tugas
menulis narasi yang diberikan oleh guru; 20 siswa 59 memperoleh nilai di bawah nilai batas ketuntasan minimal; dan hanya 2 siswa 6 yang menulis
narasi dengan hasil yang cukup memuaskan. Rendahnya kemampuan menulis narasi siswa di kelas ini dipengaruhi oleh
beberapa hal. Pertama, guru memakai dan menerapkan teknik mengajar yang kurang tepat. Dalam pembelajaran menulis narasi, guru meninggalkan tahapan
menulis, yakni guru melupakan tahap prapenulisan dan pascapenulisan. Siswa tidak diajak membuat kerangka karangan serta siswa tidak diajak menyunting
naskah karangan siswa. Siswa hanya mengumpulkan draf karangan. Selain itu, salah satu contoh proses pembelajaran menulis narasi yang dilakukan oleh guru di
kelas XI Bahasa yakni sebagai berikut: a guru masuk kelas dan membuka kembali ingatan siswa mengenai menulis narasi; b guru menjelaskan pokok
perbedaan menulis narasi dan deskripsi; c guru meminta siswa berjalan ke masjid sekolah, kemudian siswa diminta menceritakan perjalanan mereka dari kelas
hingga masjid dalam karangan naratif dan deskriptif yang disusun secara padu; d pekerjaan siswa dikumpulkan setelah jam usai. Guru menggabungkan
pembelajaran menulis narasi dan deskripsi hanya dalam alokasi waktu 2 jam pelajaran. Berdasarkan hasil wawancara, guru cenderung mempersingkat
pembelajaran menulis karena guru beranggapan bahwa pembelajaran menulis tidak masuk dalam UN, sehingga guru lebih memfokuskan pembelajaran ke
materi UN. Materi yang diperdalam guru yakni materi kebahasaan dan keterampilan membaca. Selain itu, materi yang diajarkan oleh guru tidak sesuai
dengan Kompetensi Dasar kelas XI Bahasa. Kompetensi Dasar untuk kelas XI
commit to user 4
Bahasa seharusnya adalah menulis narasi faktual berbentuk biografi, sedangkan materi yang diajarkan oleh guru adalah menulis narasi secara umum. Hal tersebut
di atas mengindikasikan rendahnya kualitas proses pembelajaran menulis narasi di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga.
Hal lain yang mempengaruhi rendahnya kemampuan menulis narasi siswa di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga yakni siswa cenderung tidak
bersemangat dalam pembelajaran menulis narasi. Berdasarkan hasil wawancara, siswa cenderung tidak bersemangat menjalani pembelajaran menulis narasi.
Berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa kurang bersemangat dalam pembelajaran menulis narasi karena siswa tidak dibimbing oleh guru. Selain itu,
guru membebaskan siswa ketika proses penulisan narasi sehingga siswa justru memanfaatkan kesempatan untuk bergurau. Hal ketiga yang mempengaruhi
rendahnya kualitas hasil tulisan narasi siswa yakni hasil tulisan narasi siswa kurang maksimal. Berdasarkan analisis terhadap hasil tulisan siswa pada
prasiklus, siswa cenderung menulis tanpa memperhatikan profil penilaian karangan. Tulisan siswa kurang memperhatikan ejaan, penggunaan bahasa dan
organisasi isi. Berdasarkan hasil wawancara, guru hanya sekedar meminta siswa menulis narasi dan deskripsi. Guru tidak memberi penekanan kepada siswa
mengenai aspek penilaian karangan seperti isi, organisasi isi, penggunaan bahasa, kosakata dan mekanik. Contoh hasil tulisan siswa prasiklus dapat dilihat pada
lampiran 14 halaman 138. Fakta di atas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
keterampilan menulis narasi di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga masih kurang optimal. Selain itu, prosedur pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
masih kurang ideal. BSNP 2007:1 dalam permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses satuan pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa
proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
commit to user 5
Berdasarkan paparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran menulis narasi di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga
memerlukan perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa mampu mengungkap ide dengan bahasa yang baik dan benar. Pembelajaran akan lebih optimal jika
pendekatan atau metode yang digunakan tepat. Belz, dan Andreas Müller Hartmann 2002:68-78 mengungkapkan
”in recent years with the advance of new media technologies, innovative learning situations have arisen which have
potential for development in second language and intercultural learning ”.
Semakin maju perkembangan teknologi dewasa ini, mampu memunculkan berbagai macam situasi pembelajaran inovatif yang sangat potensial untuk
dikembangkan dalam pembelajaran bahasa kedua maupun budaya. Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama keterampilan menulis narasi, pendidik
membutuhkan pendekatan yang lebih menekankan kerjasama siswa, keaktifan dan kreativitas siswa serta kesempatan mengolah informasi dan meningkatkan
informasi. Lie 2008:6 mengungkapkan bahwa strategi yang paling sering
digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi dengan seluruh kelas. Akan tetapi, strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru
sudah berusaha dan mendorong siswa berpartisipasi. Banyak siswa yang hanya sebagai penonton saja, sedangkan yang menguasai kelas hanya beberapa siswa.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang masih kurang mengaktifkan seluruh siswa adalah dengan pembelajaran kooperatif. Lie
2008: 17 juga menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif sering juga disebut sistem pengajaran gotong-royong.
Salah satu teknik dalam model pembelajaran kooperatif adalah Make a Match. Melalui model kooperatif teknik Make a Match siswa diharapkan mampu
menggabungkan antara gambar satu dengan yang lain menjadi runtut dan mampu menggabungkan antara pertanyaan satu dengan jawaban tertentu sehingga hal
tersebut mampu membantu siswa mengungkap ide secara sistematis. Selain itu konsentrasi siswa juga dapat lebih terfokus karena siswa sebelumnya sudah
terpancang berkompetisi.
commit to user 6
Dalam model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match, siswa bekerja secara berkelompok. Ketika siswa dalam satu kelompok dituntut mencari
pasangan jawaban pada kelompok lain tentu membutuhkan konsentrasi tinggi dan kekompakan dalam kelompok. Dengan cara ini, konsentrasi siswa akan terjaga
dan siswa menjadi lebih fokus pada pembelajaran. Selain itu siswa mengalami dan memahami semua alur yang ada. Kartu-kartu yang berisi kerangka karangan
narasi mampu membantu siswa menulis cerita secara runtut. Banyak hal positif yang dapat diperoleh pendidik ketika menerapkan
teknik Make a Match. Guru dapat mengefektifkan waktu pembelajaran karena siswa dalam satu kelas terbagi dalam tiga kelompok kemudian mereka diminta
mencari jawaban pada kelompok lain. Selain itu terdapat pula satu kelompok yang bertugas menilai kinerja siswa yang lain eksekutor dan hal ini dapat dilakukan
secara bergantian. Tentu hal ini jauh lebih menarik jika dibandingkan siswa diminta mencari ide sendiri yang sudah pasti memakan waktu lebih lama.
Keunggulan lain teknik Make a Match adalah siswa dikondisikan aktif memahami setiap pertanyaan agar tidak terkecoh dalam mencari pasangan
jawaban yang tepat. Kinerja salah satu siswa mempengaruhi hasil yang dieksekusikan kepada siswa tersebut, jika sampai salah maka siswa akan
memperoleh hukuman tentu dengan hal ini siswa menjadi lebih hati-hati. Dalam model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match, salah satu
langkah yang harus dilalui oleh siswa adalah siswa diajak menjodohkan pertanyaan dan jawaban serta menilai hasil karangan atau pekerjaan siswa yang
lain. Dua langkah ini mempunyai kemiripan dengan tahapan menulis, yakni tahap prapenulisan dan pascapenulisan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti memandang penting melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil
pembelajaran keterampilan menulis narasi dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match Sebagai Upaya Meningkatkan
Keterampilan Menulis Narasi pada Siswa Kelas XI BAHASA SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 20102011.
commit to user 7
B. Rumusan Masalah