Analisis dan Refleksi Siklus II

commit to user 70 22 Rahmadhani Osa I. 20 15 15 15 5 70 Tuntas 23 Retnaningtyas Diah P. 25 16 10 18 8 77 Tuntas 24 Roro Hanaliesia 25 18 16 17 4 80 Tuntas 25 Seline C 25 16 15 16 6 78 Tuntas 26 Selvi Windiastuti 25 17 10 16 8 76 Tuntas 27 Shevi Prima E. 25 18 14 16 8 81 Tuntas 28 Tafsiroh Tidak Tuntas 29 Tessa C. 27 17 15 17 6 82 Tuntas 30 Tiara Utari 25 17 16 16 6 80 Tuntas 31 Venda Vista T. 25 17 16 16 4 78 Tuntas 32 Vivian Rheza AF. 28 16 16 17 5 82 Tuntas 33 Wening Indriyati 25 17 15 16 7 80 Tuntas 34 Wesly Valentino 20 10 14 13 2 59 Tidak Tuntas Total 682 454 393 447 159 2135 Rata-rata 20,1 13,4 11,6 13,2 4,7 62,79

d. Analisis dan Refleksi

Siklus II merupakan upaya perbaikan atas kekurangan yang terdapat pada siklus I. Pada siklus II ini, guru dan peneliti berusaha meminimalisasi kekurangan dan mengoptimalkan pembelajaran. Berkaitan dengan hasil observasi pada siklus II, berikut ini adalah analisis dan refleksi yang dilakukan peneliti dan guru. 1 Keaktifan siswa dari keseluruhan aktivitas pembelajaran menulis narasi mengalami peningkatan, yaitu sebesar 7 poin dari 59 menjadi 85. Artinya, jumlah siswa yang aktif dalam siklus ini bertambah 5 siswa dari 17 siswa yang aktif pada siklus I. Siswa mulai tampak aktif dalam memberikan respon terhadap apersepsi yang diberikan guru, memperhatikan materi yang dijelaskan guru, mencari pasangan kartu yang berisi kerangka karangan, melakukan diskusi, serta menulis dan mengembangkannya ke dalam bentuk karangan narasi utuh. 2 Meningkatnya kemampuan siswa mengembangkan kerangka karanga yang terdapat di dalam kartu ke dalam tulisan narasi. Pengembangan ide dalam bentuk karangan sudah berkembang dan lebih dari informasi yang terdapat di dalam kartu kerangka. Kemampuan siswa dalam mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan narasi utuh mulai tampak baik. Hal tersebut dapat dilihat dari berkurangnya kesalahan bahasa tulis dalam karangan narasi siswa. Pengorganisasian kata dan kalimat dalam tulisan siswa sudah membaik. commit to user 71 Penggunaan kalimat tidak lengkap atau tanpa subjek mulai berkurang. Selain itu, kesalahan penulisan pada pemakaian huruf besar, penggunaan tanda baca mampu teratasi, walaupun belum benar semua. Jumlah siswa yang mau mengerjakan tugas juga meningkat, terbukti pada siklus II ini hanya terdapat 6 siswa yang tidak mengumpulkan tugas. Meskipun terlihat agak setengah hati, sebagian siswa tetap mengumpulkan karangan. Saat peneliti menanyakan penyebab hal tersebut, mereka berargumen bahwa mereka tidak mau dipolesi bedak bayi full body seperti pada pertemuan sebelumnya. 3 Siswa yang berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar atau memperoleh nilai 70 ke atas mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi pada siklus II ini cukup signifikan, yakni sebesar 12 poin dari 51 menjadi 63. Artinya, jumlah siswa yang mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar dalam siklus ini bertambah 10 siswa dari 15 siswa yang telah berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar pada siklus I. Identifikasi ketercapaian nilai ini tampak dari berkurangnya kesalahan bahasa tulis yang terdapat pada karangan narasi siswa. Siswa telah mampu mengembangkan isisubstansi tulisan yang sesuai dengan informasi pada kartu kerangka karangan. Selain itu, pengorganisasian tulisan sudah tepat. Mereka menuliskan kosakata dengan benar serta berkurangnya penggunaan kata tidak lengkap, walaupun terdapat siswa yang menulis kalimat tanpa subjek. Segala kelemahan dan kekurangan pada siklus I dapat diatasi dengan melakukan penulisan ulang karangan narasi siswa pada siklus II ini. Akhirnya pada siklus II kemampuan siswa dalam menulis narasi mengalami peningkatan. 4 Keterampilan guru dalam mengelola kelas meningkat. Guru mampu mengaktifkan siswa dengan tanya jawab dan menerapkan teknik pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya, sehingga siswa tidak merasa jenuh dan memacu mereka aktif dalam proses pembelajaran. Pada siklus II perhatian guru telah menyeluruh ke semua siswa. Guru mencoba mengaktifkan siswa yang berada di bangku belakang dengan berjalan keliling ke seluruh kelas dan berusaha mendekati siswa yang berada di belakang commit to user 72 tersebut. Selain itu, guru juga mulai tegas dalam menindak siswa yang malas dan acuh. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, proses pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match pada siklus II dikatakan berhasil walaupun hasilnya belum maksimal. Pelaksanaan tindakan pada siklus ini berjalan dengan lancar. Siswa merespons pembelajaran yang diberikan guru dengan semangat dan antusias. Peningkatan terjadi bukan hanya pada proses pembelajaran saja melainkan juga pada kemampuan siswa dalam menghasilkan tulisan narasi. Segala kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat teratasi di siklus II. Kendati demikian, penelitian siklus II masih tetap memiliki kekurangan atau kelemahan. Kekurangan yang ditemui dalam proses pembelajaran pada siklus II ini adalah pada sikap siswa yang terkadang masih suka beraktivitas sendiri ataupun bercanda saat diminta menulis narasi. Oleh sebab itu, peneliti dan guru perlu meningkatkan interaksi yang baik antara guru dan siswa. Dari segi kemampuan siswa menulis narasi, masih terdapat 9 siswa yang belum mencapai nilai batas minimal ketuntasan hasil belajar. Beberapa siswa masih mengabaikan penulisan huruf besar dan tanda baca yang tepat, serta penggunaan bahasa. Dengan adanya kondisi yang demikian, maka peneliti merasa perlu melaksanakan siklus III sebagai perbaikan dari pembelajaran menulis narasi pada siklus II.

3. Siklus III

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam Pokok Bahasan Pengendalian Sosial

0 26 151

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SISWA KELAS V SD NEGERI PLUMBON 01 MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 2011

0 6 157

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match sebagai upaya meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa pada materi pembelajaran jurnal umum : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 4 Yogyakarta.

0 0 313

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match sebagai upaya meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa pada materi pembelajaran jurnal umum penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 4 Yogyakarta

0 5 311

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 22

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH.

0 2 6

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK ... 1 PB

0 0 8