Evaluasi Pembelajaran Menulis Narasi di SMA

commit to user 21 menengah pertama. Di kelas tiga SD semester II, siswa sudah diajari menulis narasi. Pembelajaran ini berlanjut sampai jenjang SMP. Di kelas VII SMP, menulis narasi berlanjut pada kompetensi dasar menulis buku harian dan pengalaman pribadi, serta mengubah teks wawancara menjadi wacana narasi. Pada jenjang sekolah menengah atas, menulis narasi diajarkan kembali di kelas X semester I pada kompetensi dasar menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat dalam bentuk paragraf naratif. Selanjutnya, khusus kelas XI program Bahasa, menulis narasi kembali diajarkan pada kompetensi dasar menyusun beberapa paragraf naratif faktual tentang riwayat tokoh BSNP, 2006:233-235. Dari kurikulum tersebut, dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis narasi selalu dikembangkan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan siswa. Di SMA, pembelajaran menulis dituntut lebih kreatif. Alfianto 2006 mengatakan bahwa pada masa ini siswa sudah mulai diperkenalkan dengan dunia menulis mengarang yang lebih hidup dan bervariatif. Siswa telah dilatih menunjukkan bakat dan kemampuannya dalam menulis esai, cerita pendek, puisi, artikel, dan sebagainya. Akan tetapi, selama ini hal tersebut dibiarkan mati karena pembelajaran bahasa Indonesia yang kurang berpihak pada pengembangan bakat menulis siswa. Metode yang dipakai oleh guru umumnya kurang menggiring siswa sampai pada tahap proses kreatif. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis narasi merupakan proses berkesinambungan mulai dari kelas III SD semester II. Proses ini berlangsung hingga SMA, khususnya bagi siswa kelas XI program Bahasa.

c. Evaluasi Pembelajaran Menulis Narasi di SMA

Nurgiyantoro 1988:291 menjelaskan bahwa cara mengukur kemampuan menulis dapat dilakukan melalui berbagai tingkatan. Berikut merupakan tingkatan-tingkatan dalam tes kemampuan menulis. 1. Tes Kemampuan Menulis Tingkat Ingatan Tes kemampuan menulis pada tingkat ingatan umumnya lebih bersifat teoretis, artinya tes lebih berhubungan dengan teori atau pengetahuan commit to user 22 tentang menulis yang sering diajarkan sebelum siswa diminta praktik menulis. Pengetahuan yang dimaksud misalnya yang berhubungan dengan masalah definisi, pengertian, konsep, fakta dan istilah-istilah yang biasa ditemui dalam pembelajaran menulis. 2. Tes Kemampuan Menulis Tingkat Pemahaman Tes menulis tingkat pemahaman pun seperti tingkat ingatan atas, yakni masih lebih bersifat teoretis. Tes pada tingkat ini belum menugasi siswa menghasilkan karya tulis secara sungguh-sungguh, artinya menghasilkan karangan yang baik gagasan maupun bahasanya berasal dari siswa. Tes yang diberikan kepada siswa seharusnya lebih dari sekadar pengetahuan tentang seluk beluk tugas menulis. 3. Tes Kemampuan Menulis Tingkat Penerapan Tes menulis pada tingkat penerapan telah menuntut siswa benar-benar menghasilkan karya tulis. Guru hendaknya meminta siswa praktik menulis dan menerapkan pengetahuannya dalam tugas menulis. Pada tahap ini, siswa diminta untuk mengemukakan gagasan sendiri sekaligus mengembangkan gagasan tersebut dengan bahasa siswa sendiri. 4. Catatan Tes Kemampuan Menulis Tingkat Analisis ke Atas. Tes kemampuan menulis pada tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi, sesuai dengan tingkatannya yang di atas penerapan, juga menghendaki siswa praktik menghasilkan sebuah karya tulis. Pemberian tugas menulis tentu saja dapat dilakukan dengan memberikan penekanan pada aspek tertentu, analisis, sintesis atau evaluasi. Jika penekanan pada tingkat analisis, tugas yang diberikan lebih banyak menuntut siswa menganalisis suatu masalah. Demikian juga halnya dengan penekanan pada tingkat sintesis dan evaluasi. Penilaian terhadap hasil karangan siswa dapat dilakukan dengan model-model penilaian seperti yang ada. Dalam pembelajaran bahasa, tes kebahasaan merupakan hal yang krusial dan wajib dilakukan. Melalui penilaian tersebut dapat dilakukan penilaian secara objektif, khususnya terhadap hasil belajar siswa. Penilaian akan baik commit to user 23 jika aspek-aspek yang dinilai dalam tulisan disajikan secara rinci. Seluruh aspek penilaian menulis narasi tersaji dalam lampiran.

3. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam Pokok Bahasan Pengendalian Sosial

0 26 151

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SISWA KELAS V SD NEGERI PLUMBON 01 MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 2011

0 6 157

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match sebagai upaya meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa pada materi pembelajaran jurnal umum : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 4 Yogyakarta.

0 0 313

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match sebagai upaya meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa pada materi pembelajaran jurnal umum penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 4 Yogyakarta

0 5 311

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 22

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH.

0 2 6

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK ... 1 PB

0 0 8