M et ode ke-lima dengan met ode aw ung am bó.

5) M et ode ke-lima dengan met ode aw ung am bó.

168 Risw at i, Sept a Agung Kurniaw an, I Wayan Gede Lam opia, Ni Wayan Em ik Set yaw at i, A.A. Anom Kum bara, M ade Asri Budisuari, 2012. Buku Seri Et nografi

Kesehat an Ibu dan Anak 2012,Et nik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamat an Blahbatuh, Kabupat en Gianyar, Provinsi Bali. Surabaya; Pusat Hum aniora, Kebijakan Kesehat an dan Pem berdayaan M asyarakat , Badan Penelitian dan Pengem bangan Kesehat an, Kem ent erian Kesehat an Republik Indonesia.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Semua met ode penyembuhan t radisional t ersebut selalu berhubungan dengan masalah supernat ural (ìpt èm ). Pengobat an secara supernat ural biasa dilakukan unt uk penyakit -penyakit yang diyakini disebabkan oleh gangguan arw ah, roh dew a-dew i, at au sebab gangguan (kiriman) orang lain.

3.7.1. M etode Ambokimo Kangge/ Kanggaman

M et ode Am bokim o Kangge at au Am bokim o Kanggaman adalah media penyembuhan dengan media lidi unt uk menarik rambut . Pengobat an jenis ini biasa dilakukan oleh orang yang bisa berkomunikasi dengan para dew a-dew i at au roh-roh yang diyakini menguasai t empat -t empat t ert ent u (dem a). Orang yang diyakini t ersebut

memprakt ekkan penyembuhan dengan berbicara at au berkomunikasi, bukan dengan merapal mant ra- mant ra. Karena it u orang diyakini lebih bisa menyembuhkan bila mempunyai at au mengenal lebih banyak dema yang diyakini sebagai penguasa t empat -t empat t ert ent u.

M et ode penyembuhan pert ama jenis ini adalah dengan melakukan rit ual menarik-narik rambut si sakit dengan menggunakan lidi sambil berbicara menyebut t empat -t empat yang dia kenal ada dem a-nya, “ Ini yang bikin sakit kah (t empat )? Ini yang bikin sakit kah (t empat )?...” . Apabila saat menyebut t empat t ert ent u yang diyakini mempunyai dem a, lidi yang menarik rambut pat ah (put us), maka diyakini penyebab sakit nya adalah dem a t empat t ersebut .

Selanjut nya sang dukun akan berkat a, “ Saya t ahu kamu (dem a) yang bikin si (nama) sakit . Tidak boleh bikin sakit lagi… t idak boleh kasih sakit si (nama) ini lagi… keluar dari orang ini” . Selanjut nya rambut yang pat ah dipot ong sedikit , kemudian dibakar, dan diciumkan (diaromakan) ke si sakit . Proses menarik- narik rambut dalam prakt ek penyembuhan ini lebih mirip proses

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

‘anamnesa-diagnosa’ unt uk mencari penyebab sakit pada prakt ek kedokt eran modern. Selanjut nya ‘bicara-bicara’ dan proses akhir lebih merupakan proses penyembuhannya.

Gambar 3.17 Tarik-t arik Ram but dengan Lidi unt uk m en” diagnosa” Penyebab Sakit Sum ber: Dokument asi Penelit i, M ei 2014

Bila yang sakit adalah anak kecil yang belum mempunyai rambut , maka bisa dengan menggunakan perant ara ibunya. Si ibu dit arik-t arik rambut nya sambil memegang anaknya. Saat dit emukan rambut yang pat ah, si ibu akan berkat a, “ Bukan saya yang sakit … t api anak (nama) ini…” , sambil menunjuk anak yang sakit . Kemudian si ibu meludah. Prosesi selanjut nya sama dengan prakt ek yang berlaku pada pasien orang dew asa.

Penyembuh jenis ini oleh masyarakat Et nik M uyu t idak disebut sebagai dukun. Ist ilah mereka unt uk kemampuan jenis ini adalah ‘orang yang bisa bicara-bicara’. M ereka membedakan

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

penyembuh jenis ini dengan dukun. Penyembuh jenis ‘bicara- bicara’ ini bisa dilakukan siapa saja yang bisa berkomunikasi dengan dem a.

Unt uk bisa menjadi penyembuh ‘bicara-bicara’ juga t idak bisa didapat dengan cara belajar. Pada aw alnya sepert i t iban 169 ,

at au t iba-t iba punya keyakinan bisa berkomunikasi dengan roh- roh at au dew a-dew i. Ket rampilan jenis ini juga t idak bisa sert a- mert a diberikan at au dit urunkan. Diberikan hanya pada yang benar-benar

kemampuan unt uk berkomunikasi. Sut er Denkok, 52 t ahun, seorang informan t ua-t ua adat menyat akan bahw a kemampuan unt uk berkomunikasi dan menget ahui nama-nama dem a yang mendiam i suat u t empat keramat bisa diperoleh melalui proses inisiasi. Inisiasi ini secara khusus diperunt ukkan bagi anak laki-laki M uyu yang masih bersih at au belum banyak melakukan dosa;

diyakini

mempunyai

“ ...t idak sem ua orang t ahu at au m engert i t ent ang dema. Penget ahuan ini hanya unt uk laki-laki yang t elah m engikut i proses inisiasi. Saya hanya bisa bicara t ent ang kerangkanya saja... t ent ang nam a-nam a dem a it u amóp (pam ali) unt uk dibicarakan... bapak bisa celaka bila saya berit ahu...”

3.7.2. M etode Áneyòdí-W ímèm

M et ode penyembuhan yang ke-dua biasa dilakukan dengan menggunakan media daun iw éng (daun sereh) dan halia at au kamak (jahe). Daun iw éng dan kamak dikunyah-kunyah, kemudian dit empel dan diurut -urut kan pada bagian-bagian

169 Ist ilah t iban m erujuk pada dukun t iban pada budaya Jaw a, yang m aknanya adalah dukun yang m endapat kan kem am puannya secara tiba-t iba, t anpa ada

sebab t ert ent u at au t idak m elalui proses belajar at au m agang.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

t ubuh, t erut ama yang dirasakan sakit . Pada t empat -t empat t ert ent u yang diyakini ada penyebab penyakit nya –misalnya perut baw ah at au dada-- saat daun iw éng plus kam ak diremas- urut kan akan keluar barang-barang yang membuat si pasien sakit .

Orang M uyu saat mendeskripsikan áneyòdí-w ím èm ini seringkali merujuk pada perist iw a sant et yang berlaku di Jaw a, karena barang “ kiriman” yang didapat cenderung sama. Biasanya barang yang berhasil dikeluarkan semacam kuku burung, paku, pecahan kaca/ beling at au benda-benda lainnya.

M et ode áneyòdí-w ím èm ini juga t elah masuk dalam buku cat at an Schoorl 170 , meski dengan sedikit perbedaan;

“ Cara it u digunakan kalau orang m erasakan sakit t usukan, khususnya di dada, t et api t idak ada t anda- t anda luka anak panah, dan it u diyakini arw ahlah yang t elah m enem bakkannya. Kalau orang secara diam-diam m enem bak seseorang, ini pun t idak akan m eninggalkan bekas, t et api penyakit yang dit im bulkannya t idak dapat disem buhkan. Tidak di m ana-m ana ini dilakukan dengan cara yang sam a, t et api int i pengobat annya berlaku um um unt uk sem ua cara: m at a anak panah dikeluarkan dan diperlihat kan. Ini dikerjakan sedemikian rupa sehingga sem ua hadirin percaya bahw a m at a anak panah it u keluar dari t ubuh. Pert am a-t am a, daun pohon pohon t ert ent u digosokkan di bagian-bagian t ubuh yang t erkena. Dengan m ulut at au dengan t angan m at a anak panah it u kem udian diam bil di ant ara daun-daun it u. Sam bil m enggosok si sakit , spesialis it u m engucapkan segala m acam kat a-kat a, t et api m aksudnya bukan m int a bant uan kepada arw ah.”

170 Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 205-206.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Buah halia at au kamak sendiri diyakini masyarakat Et nik M uyu sebagai ant i roh at au mahluk halus. Dipercaya bahw a bahan ini bisa mencegah roh-roh halus mendekat . Unt uk it u seringkali ibu hamil dan anak-anak saat jalan di luar rumah selalu membaw a kam ak ini bersamanya sebagai sebuah upaya pencegahan unt uk menghindari gangguan mahluk halus at au roh- roh jahat (lihat bagian 3.2 pada bab ini).

M it os t ent ang mahluk halus yang mengganggu ibu hamil at au yang hendak mengganggu janin ini juga berkembang pada Et nik Alifuru di Desa Waru, Kabupat en Seram Bagian Timur. Secara singkat Permana, dkk mencerit erakan mit os t ersebut sebagai berikut ;

“ …ibu ham il m em punyai bau “ w angi” khas dapat m engundang dat angnya m akhluk lain yang t erkadang m engganggu at au m em pengaruhi kondisi ibu ham il. M akhluk t ersebut berw ujud perem puan berpakaian put ih yang bisa t erbang, hidup di pohon-pohon yang t inggi dan rim bun, sert a m engeluarkan suara t aw a yang m enyeramkan. M asyarakat Waru m enyebut m akhluk ini dengan sebut an kunt ilanak. Sebagian m asyarakat Waru, t erut am a kaum perem puan, percaya bahw a kunt ilanak ini bisa m engam bil janin yang sedang dikandung oleh ibu ham il dan mengganggu kehidupan rum ah t angganya. M aka, unt uk m encegah agar t idak diganggu, ibu ham il t idak boleh keluar pada m alam hari at au harus didam pingi oleh suaminya bila keluar rum ah pada

m alam hari” 171 .

171 M eda Perm ana, Kent i Friskarini, Sim ona Ch. H. Lit aay, Lahm udin Kellilauw , Set ia Pranat a, 2012. Buku Seri Et nografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik

Alifuru Seram, Desa Waru, Kecamatan Bula, Kabupat en Seram Bagian Timur, Provinsi M aluku. Surabaya; Pusat Hum aniora, kebijakan Kesehat an dan Pemberdayaan M asyarakat , Badan Penelit ian dan Pengembangan Kesehat an, Kement erian Kesehat an Republik Indonesia, 60.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

3.7.3. M etode M urupkònó

Penyembuh lain adalah dukun yang menggunakan medialem pung (t anah liat ) yang dibungkus dengan daun Kónawóng , sejenis daun keladi hut an yang harum. Tanah liat berbungkus daun it u kemudian dilet akkan pada bagian-bagian t ubuh yang sakit , dit empel-t empelkan secara merat a. Pada saat t ert ent u akan ada nada bunyi t ert ent u yang menandakan penyakit nya sudah ket emu. Selanjut nya gumpalan t anah liat dibuka. Biasanya akan didapat i benda-benda asing berupa cakar elang/ garuda, pecahan kaca, paku, gigi anjing at au gigi babi. Ada keyakinan bahw a benda-benda it ulah yang menjadi penyebab sakit yang diderit a.

“ Ada yang mereka pakai sejenis keladi hut an. M ereka kan daunnya harum t oh... pas sudah ada t anah… ada t anah liat … m ereka am bil m asukkan t anah liat ke dalam daun it u. Dibungkus begit u… baru dilet akan di bagian- bagian yang sakit it u, dit em pel-t em pel… jadi ada sem acam di luar akal it u, di luar kem am puan kit a itu… ada sesuat u alat … m isalnya pecahan bot ol, paku, at au gigi anjing, at au gigi babi… it u t iba-t iba m acam m asuk dalam lum pur it u. Jadi sudah ada bunyi.. bunyi it u sudah… langsung buka... kasih keluar it u pecahan bot ol it u… diam bil it u… m acam beling (pecahan kaca) it u dim asukkan dalam kóm yang berisi air…” (Thadeus Kam bayong, 54 t ahun)

3.7.4. M etode Penyembuhan M enggunakan M edia Persembahan

M et ode ke-empat yang berhasil diident ifikasi adalah pengobat t radisional yang menggunakan media persembahan (t umbal) berupa binat ang peliharaan. Bisa hew an anjing, babi, at au ayam put ih. Tapi yang lazim dipakai sebagai persembahan

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

oleh masyarakat Et nik M uyu pada jaman dahulu adalah babi pamali at au babi keramat 172 . Dew asa ini dengan mengikut i

perkembangan jaman, dan juga lebih sulit unt uk mendapat kan babi keramat , maka lebih sering memakai ayam put ih sebagai persembahan.

Pemakaian ayam put ih dalam met ode penyembuhan ini dikarenakan w arna put ih lebih sebagai simbol dari sebuah kesucian.

Penyakit yang disembuhkan dengan cara ini biasanya yang disebabkan oleh uap rumah. Uap rumah ini menurut Thadeus Kambayong, 54 t ahun, merupakan sosok mahluk halus penguasa at au penunggu rumah;

“ …pada set iap rum ah it u ada sem acam m alaikat baik… at au sem acam dew a-dew i begit u… at au penunggu yang m enjaga t iap-t iap rum ah… m ereka it u yang t idak m enyusahkan

m engurus rum ah secara keseluruhan…“

m anusia,

M asyarakat Et nik M uyu meyakini bahw a rumah it u bagaikan manusia, bila dia dipukul at au disakit i, maka rumah bisa membalas. Hal inilah yang dipercaya bisa menyebabkan sakit nya yang mengganggu rumah sebagai pembalasan.

Prakt ek penyembuhan jenis ini dilakukan dengan memot ong ayam put ih yang menjadi persembahan. Darah ayam put ih yang dipot ong diam bil dan digosok-gosokan ke si sakit , set elah it u juga digosok-gosokan ke dinding-dinding rumah, pint u-pint u, jendela. Baru set elah it u ayam boleh dimasak dan dimakan. Proses selanjut nya dilakukan “ bicara-bicara” sepert i pada proses penyembuhan lain yang dicerit akan sebelumnya.

172 Babi khusus dengan ciri-ciri berjenis kelamin jant an dengan bulu yang t um buh terbalik ke arah depan. Babi ini dipelihara secara khusus oleh orang-

orang t ertent u unt uk persem bahan.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

“ Jangan kasih sakit lagi kami punya rumah, ini sudah kami pot ong ayam… darah ini kami persembahkan…” .

Prakt ek t radisi persembahan pada Et nik M uyu dengan menggunakan ayam put ih ini menurut informan lain juga dipergunakan unt uk t ujuan yang berbeda. Unt uk pasangan M uyu yang menghendaki kehamilan juga bisa menjalani rit ual yang sama, hanya saja dengan penyelesaian bagian akhir yang berbeda. Darah ayam t idak digosok-gosokkan ke t ubuh, melainkan diminumkan pada pasangan yang menginginkan ket urunan t ersebut .

Prakt ek persembahan dengan mempergunakan ayam semacam ini juga berlaku pada Et nik Jaw a. Bedanya, orang Jaw a biasa mempergunakan ayam cêm ani (hit am) sebagai hew an persembahan. Ayam cêm ani mempunyai ciri khusus berw arna hit am. Seluruh bulu, kulit , darah dan apapun yang ada melekat pada t ubuh ayam t ersebut berw arna hit am. Ayam jenis ini bagi masyarakat Et nik Jaw a memang hanya dikhususkan unt uk persembahan.

3.7.5. M etode Penyembuhan dengan M etode Aw ung Ambo

Prakt ek penyembuhan lainnya dikenal sebagai aw ung am bo . Prakt ek penyembuhan ini biasa dilakukan oleh nene-nene (nenek) Et nik M uyu. Nenek-nenek M uyu berperan sebagai perant ara at au media bagi roh-roh halus unt uk berbicara. Ket ika penelit i menyebut bahw a met ode aw ung am bo ini m irip dengan kesurupan, informan secara t egas menolak sebut an t ersebut . M enurut dia nenek-nenek yang sedang berfungsi sebagai perant ara t ersebut dalam keadaan sadar sepenuhnya, bukan dalam kondisi t rance. Hanya saja menurut penut uran Thadeus Kambayong (54 t ahun), suara yang keluar dari mulut nya adalah suara orang lain;

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

“ Tidak pak! Pada aw ung ambo ini si nenek t ersebut sadar sepenuhnya, bukan t idak sadar. Ini bukan sem acam upacara panggil-panggil arw ah m acam di Jaw a yang sepert i it u apa… yang pakai alat … itu…

jailangkung 173 ...” Isi pembicaraan at au kom unikasi biasanya t ent ang apa

yang menjadi penyebab si pasien sakit , at au t erkadang juga berisi t ent ang informasi siapa yang melakukan at au mengirimkan penyakit yang sedang diderit a saat ini. Upaya komunikasi unt uk “ anamnesa-diagnosa” ini sekaligus juga disambung dengan komunikasi t ent ang bagaimana gangguan yang diderit a bisa disembuhkan.

Pada umumnya t idak ada t arif at au im balan khusus unt uk penyembuhan secara t radisional ini. Imbalan yang diberikan biasa diberikan secara sukarela t anpa bat asan t ert ent u. Schoorl mencat at bahw a para dukun t ersebut dahulu, sekit ar t ahun 1954-1956, biasanya t idak akan dibayar sampai si sakit sembuh. Cara menet apkan pembayarannya t ergant ung kepada masing- masing orang dan kepada hubungan pribadi. Pembayarannya

dapat berupa uang (sat u ot ) 174 ,pangan (sat u bola sagu dan

173 Jailangkung adalah upacara pem anggilan arw ah/ roh halus pada Et nik Jaw a yang biasa dilakukan anak-anak sebagai sebuah permainan. M edia yang

digunakan adalah gayung air tradisional yang dibuat dari t em purung kelapa (bat hok) dengan pegangan dari bat ang bam bu. 174 Ot , kadang-kadang dieja ort , m em punyai nilai t ert inggi dibanding beberapa

jenis m at a uang lainnya pada jam an t ersebut . M enurut inform an Phillips Leonard Wonggo, pada t ahun 1969, sat u ot apabila dikurskan ke dalam rupiah m enjadi senilai dengan Rp. 10.000,-

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

set engah m en 175 pangan), at au t embakau. Kalau si pasien t idak sembuh, pembayaran apa pun yang sudah dit erima harus

dikembalikan 176 .

3.8. Perilaku Pencarian Pengobatan 177 M enurut Not oat mojo , pola

perilaku pencarian pengobat an (healt h seeking)dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi enam jenis pola yang berbeda, yait u;