M indiptana: Kota Tua M uyu

2.1. M indiptana: Kota Tua M uyu

Secara geografis, mengut ip J.W. Schoorl, daerah Et nik M uyu t erlet ak di dalam zona kaki gunung dan lembah-lembah kecil, meliput i daerah Sent ani, Nimboran, dan Ayamaru. Et nik M uyu menempat i Onderafdeling M uyu yang berupa sebidang t anah sempit , hampir bujur sangkar, di sepanjang bat as PNG. Sebagian kecil dari suku bangsa it u menempat i w ilayah PNG.

Di samping it u, Onderafdeling M uyu (juga) merupakan daerah peralihan ant ara t anah dat ar di pant ai dan daerah pegunungan t engah. Di bagian Selat an w ilayah it u, t anahnya

28 Lihat Djekky R. Djoht , 2002. “ Penerapan Ilm u Ant ropologi Kesehat an dalam Pembangunan Kesehat an M asyarakat Papua” , 25.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

dat ar namun di dekat Sungai Fly t erdapat raw a-raw a luas. At au t epat nya, berada di ant ara pert emuan Sungai M uyu dan Kao dan garis lint ang M indipt ana, sebagaimana dit unjukkan dalam pet a berikut :

Gambar 2.1. Wilayah Onderafdeling M uyu t ahun 1956 Sum ber: Schoorl, 1997

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

M asih menjejak pada Schoorl—sebagaimana pet a di at as, saat it u, Et nik M uyu menempat i onderafdeling dengan nama yang sama, M uyu. Bat as Ut aranya adalah pegunungan bint ang (gunung st ar), sedangkan bat as sebelah Barat onderafdeling ini adalah—saat it u—bernama onderafdeling Boven Digoel. Bat as Selat annya memanjang dari sungai Kao dan sungai Digoel dan berbat asan dengan (saat it u) onderafdeling M erauke. Adapun w ilayah sebelah Timur berbat asan dengan PNG. Daerah yang hampir bujur sangkar dari onderafdeling M uyu it u panjangnya sekit ar 180 km dan lebarnya 40-45 km, meliput i 7.800 km2. Seluruh luas Irian Jaya (Papua sekarang) kira-kira 416.000 km2.

Gambar 2.2. Suasana Kot a M indipt ana t ahun 1956 Sum ber: Schoorl, 1997

Sejak t ahun 1926 ket ika Boven Digoel dibent uk, onderafdeling M uyu menjadi bagiannya, t ermasuk afdeling (residensi)

t erpent ingnya adalah M indipt ana. Kemudian berdasarkan Dekrit Pemerint ah Nomor 19

Nugini

Selat an.

Kot a

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

t anggal 12 Januari 1955, onderafdeling M uyu dipisahkan dari onderafdeling 29 Boven Digoel.

M elalui pergulat an panjang sejarah, M indipt ana— t epat nya Dist rik M indipt ana, saat ini, merupakan salah sat u

dist rik dari Kabupat en Boven Digoel 30 yang berbat asan langsung dengan Negara PNG dan memiliki luas w ilayah 448,17 km2 at au

1,65% dari rasio t ot al luas w ilayah Kabupat en Boven Digoel. Dist rik yang berpenduduk 4.238 jiw a ini berjarak 480 km dari M erauke, sement ara jarak dari dan ke Tanah M erah, ibu kot a

Kabupat en Boven Digoel adalah 72 km. 31 M indipt ana kini adalah M indipt ana yang t elah berubah.

Bukan hanya st at us administ rat ifnya yang t idak lagi menjadi bagian dari afdeling Nugini Selat an, t et api kot a ini juga t elah menggeliat dalam berbagai sendi dan sekt or kehidupannya. Sebut saja sat u hal, masalah t ransport asi dan cara menjangkau lokasi Kot a M indipt ana ini misalnya. Dari M erauke, t ransport asi darat , sungai, udara, sudah dapat mencapai kot a t ua dan bersejarah bagi Et nik M uyu ini.

Ket ika menuju lokasi penelit ian, penelit i sengaja memilih rut e perjalanan darat dari M erauke ke Tanah M erah, baru melanjut kan—masih via darat —Tanah M erah ke M indipt ana. M emilih rut e darat dari M erauke ini bukanlah t anpa alasan; penelit i ingin melihat secara dekat dan merasakan secara

29 Periksa J.W. Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu dalam Arus M odernisasi Irian Jaya. Jakart a; Grasindo, 25-26.

30 Sem enjak dikeluarkannya Perat uran Pem erint ah Daerah No. 11 t ahun 2008 t ent ang pem bent ukan 36 (t iga puluh enam ) kam pung baru, saat ini Kabupaten

Boven Digoel m em iliki 20 dist rik dengan jum lah t ot al kampung sebanyak 112 kam pung. Periksa Periksa BPS Kabupaten Boven Digoel, 2012. Boven Digoel dalam Angka. Tanah merah; BPS Boven Digoel, 40.

31 Ibid ., 23-31.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

langsung jengkal per jengkal alam dan budaya masyarakat sepanjang jalan dari M erauke sampai M indipt ana. M enikmat i inchi per inchi kekayaan budaya bumi Indonesia, t erut ama “ mut iara” yang t erkandung di belant ara Papua, t erut ama Papua bagian Selat an, jelas sebuah kemew ahan t ersendiri bagi penelit i.

Begit u keluar dari kot a M erauke, penelit i langsung disambut jalanan beraspal sedikit menanjak dan berlubang- lubang hampir merat a di sepanjang ruasnya. “ Jalan ini sudah sangat bagus dan mulus” , demikian koment ar Syahib, Kepala Bidang P2PL dan Plt . KTU Dinas Kesehat an Kabupat en Boven Digoel yang mengant arkan penelit i menuju lokasi. Kondisi jalan berlubang nan merat a it u t idak sedikit pun menghalangi kencangnya laju mobil yang penelit i t umpangi, hingga angka di spidomet er selalu menunjuk 100-120 km/ jam. “ Bagaikan sedang berlom ba di arena off road” , begit u yang penelit i rasakan karena hampir-hampir pant at ini t idak menempel sempurna di kursi. Selalu t erangkat dan t ubuh ham pir melompat dari kursi yang penelit i duduki.

Semakin lama dan kencang mobil melaju, semakin memasuki hut an belant ara yang sepi dan hanya menyisakan hut an lebat dengan raw a-raw a di sepanjang kanan kiri jalan. Jalan ini t erasa membelah belant ara Papua dengan hut an t anaman t ropis yang berjejer rapi di kanan kiri jalan yang t idak lagi nampak menjulang t inggi. Tingginya rat a-rat a berkisar ant ara 10-15 met er. Kemungkinan besar penebangan hut an dengan seabrek alasan pembenarnya t elah membuat sebagian besar hut an di Papua, khususnya w ilayah Papua Selat an ini t idak peraw an lagi. Paling t idak kondisi pemandangan hut an sepert i it ulah yang penelit i t emukan di sepanjang w ilayah perbat asan dengan negara PNG ini.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Seolah mengamini pernyat aan Syahib, dr. Viviana M aharani Prodjokusumo, Kadinkes Kabupat en Boven Digoel yang semobil dengan penelit i menimpali,

“ ...ee, kondisi jalan begini ini mem ang sudah sangat baik lho.. sehingga sangat m em udahkan kami. Kalau t ahun- t ahun sebelum 2008, sebelum jalan t rans ini diperbaiki, kam i set engah m at i m elew at inya. Bisa-bisa dibut uhkan dua at au t iga hari w akt u perjalanan dari M erauke ke Tanah M erah at au sebaliknya. Terlebih apabila ada kendaraan yang t ert anam lum pur karena jalanan m em ang belum beraspal, w ah… bisa-bisa sampai sem inggu di jalan. Saat ini, hanya jem bat anlah yang m asih m enjadi kendala besar bagi rut e ini.”

Bagaimana jalan yang meski sudah diaspal t et api berlubang di sana-sini, bahkan sebagian di ant aranya belum t ert ut up aspal sama sekali sepert i ini dikat akan sudah sangat bagus dan mulus? Penelit i hanya dapat membayangkan bagaimana suasana dan kondisi jalan saat it u.

Belum lagi kondisi jembat an yang sangat memprihat inkan. Di sepanjang jalan darat dari M erauke hingga Tanah M erah, t idak kurang dari 55 jembat an dengan panjang masing-masing ant ara 10-30 met er. Dari jumlah it u, 22 di ant aranya sedang dalam pengerjaan dengan kondisi penyelesaian yang bervariasi. Ada di ant aranya hampir selesai, t et api t idak kurang banyak juga yang baru nampak bangunan dasarnya saja, belum ada kerangka besi siap dicor, apalagi siap unt uk dilalui kendaraan di at asnya.

Alhasil, kendaraan yang melint asinya harus mengambil ruas jalan di samping jembat an yang sedang dibangun it u. Ruas jalan yang berupa urukan t anah liat menut upi aliran sungai. Tidak mengherankan apabila ada sat u kendaraan yang t ert anam di jalan t anah liat berlumpur it u dibut uhkan w akt u berhari-hari bahkan berminggu unt uk mencapai jarak 480 km dari M erauke ke Tanah M erah, dan sebaliknya.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Oleh karena it u dapat dimengert i mengapa kendaraan yang melint asi jalanan ini dipacu dengan kecepat an begit u t inggi. Pert am a , kondisi cuaca yang susah diprediksi, sebent ar langit nampak cerah dan panas, namun secepat it u pula bergant i dengan mendung t ebal dan hujan. Apabila melihat kondisi geografisnya, curah hujan di w ilayah ini memang t ermasuk t inggi. Bukit barisan t engah memiliki pengaruh yang dominan at as curah hujan di w ilayah ini. Dat angnya arah angin dari pegunungan it u mempunyai dampak “ menghalau” yang memaksa angin naik dan uapnya berkondensasi menjadi hujan.

Jumlah curah hujan t ert inggi di w ilayah ini t erjadi pada bulan M aret , yakni mencapai 800,5 mm dan yang t erendah t erjadi pada bulan Agust us mencapai 175,9 mm. Sehingga rat a- rat a curah hujan mencapai 431,67 mm dan jumlah hari hujan

dalam set ahun sebanyak 225 hari. 32 Kondisi cuaca yang t idak menent u dengan curah hujan

t inggi sepert i it ulah, salah sat u alasan mengapa kendaraan harus dipacu dengan kecepat an t inggi. Sebab jika t idak, saat hujan t urun dan mobil t ert anam di jalan alt ernat if it u, maka harus siap- siap unt uk bermalam di jalan it u.

Kedua , kondisi arus lalu lint as yang melint as di jalan ini sangat sepi. Bagaimana t idak dikat akan sepi, sepanjang perjalanan menem puh jarak 480 km it u, kendaraan yang penelit i t umpangi hanya berpapasan dengan 49 mobil, 10 di ant aranya berjalan se-arah, ke Tanah M erah. Sedangkan pengendara mot or yang kami t emui sepanjang perjalanan it u t idak lebih dari 42 mot or. M eskipun demikian, kondisi lalu lint as sepert i ini sudah

32 Lihat Badan Pusat St at ist ik Kabupat en Boven Digoel, 2012. Boven Digoel dalam Angka , 24; bandingkan dengan Schoorl, 1997. Kebudayaan dan

Perubahan Suku M uyu, 7-8.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

dikat akan sangat ramai apabila dibandingkan dengan keadaan sebelum t ahun 2008, sebelum jalan it u diperbaiki.

Apabila menoleh ke t ahun-t ahun sebelum t ahun 2008 it u, jelas kondisi jalan dan arus lalu lint as sepert i ini sudah merupakan perubahan yang sangat signifikan. Biasanya, hari, minggu, bahkan bulan adalah w akt u yang dibut uhkan unt uk melint asi jalan ini dari dan menuju M erauke ke Tanah M erah. Namun set elah diperbaiki pada t ahun 2008, hari, minggu, dan bahkan bulan it u cukup digant i dengan hit ungan jam, yakni 7-8 jam. Akan t et api, hal it u masih dengan cat at an apabila t idak ada kendaraan yang t ert anam di jalan alt ernat if it u.

“ iyooo..., jalanan ini sudah sangat mulus serat us persen. Dulu bisa set engah mat i melint asi jalanan ini. Bahkan seringkali harus menginap di jalan” , t eriak dr. Yuki Tan, direkt ur RSUD Boven Dgoel ket ika ngobrol dengan penelit i di t engah-t engah rombongan mobil yang serarah menuju ke Tanah M erah berhent i, ist irahat sekedar melepas penat di sebuah w arung kopi yang berada di pinggir jalan belant ara Papua ini.

Karena saat it u perjalanan yang penelit i lakukan masih di siang hari, maka indahnya pemandangan hut an dengan raw a- raw a di sepanjang jalan yang penelit i lint asi benar-benar dapat mengalihkan bayangan “ kengerian” akan kondisi jalan berupa t anah liat dan berlum pur pada masa-masa it u. Belum lagi eksot iknya rumah semut yang berdiri kokoh dan hampir berjajar di sepanjang pinggir-pinggir jalan yang kami lalui. Rumah

semut —yang dinamakan M usamus 33 —it u dapat mencapai

33 M usam us adalah nam a sem ut yang m em iliki art i pent ing dan posisi t ersendiri bagi pemerint ahan Kabupaten M erauke. Sehingga nam a binat ang ini

diabadikan m enjadi nam a salah sat u perguruan t inggi negeri di Kabupat en M erauke ini, Universit as M usam us. Bahkan ketika Pem erint ah Daerah Kabupat en M erauke mengelola m askapai penerbangan daerah, salah sat u pesaw at nya diberi nam a M usam us.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

ket inggian lebih dari 3 (t iga) met er. Konon, rumah semut ini hanya dapat dijumpai di w ilayah hut an M erauke.

M eskipun kondisi jalan yang penelit i lalui demikian adanya, namun unt uk urusan keamanan sedikit melegakan. Bet apa t idak, di sepanjang jalan dari M erauke sampai Tanah M erah t erdapat pos penjagaan w ilayah perbat asan TNI sebanyak

17 buah. Apabila dirat a-rat a, maka jarak ant ara masing-masing pos berkisar ant ara 28-30 km. Di set iap pos yang keseluruhan menghadap ke w ilayah perbat asan dengan Negara PNG it u, nampak selalu siaga pasukan TNI.

Set elah berpuluh-puluh kilomet er, mat a ini hanya disuguhi dan dimanjakan oleh hut an belant ara yang dihiasi gundukan-gundukan bukit kecil rumah semut , penelit i akhirnya t iba di sebuah dist rik yang masih menjadi bagian dari Kabupat en M erauke, Sot a. Suasana Sot a sedikit menambah w arna lain dari perjalanan penelit i.

Di pert igaan Sot a ini t erdapat sebuah t ugu yang menandakan w ilayah paling ujung dari negara t ercint a ini. Di Indonesia hanya t erdapat dua t ugu dengan bent uk bangunan dan ukuran sama, sat u t ugu berada di Sabang, sedangkan sat u t ugu yang lain berada di pert igaan Sot a ini. Berjarak t idak kurang dari

1 (sat u) km ke arah Timur dari t ugu yang kokoh berdiri it u, sudah masuk w ilayah Negara PNG. Di sekit ar pert igaan Sot a ini juga t erdapat beberapa rumah dan w arung makanan, bahkan juga ada (semacam) pom bensin. Namun begit u pandangan mat a bergeser sedikit ke belakang bangunan w arung-w arung it u, lagi-lagi mat a penelit i langsung berhadapan dengan hut an belant ara. Hal ini karena belum banyak, at au bahkan hampir t idak ada rumah at au w arung-w arung yang berdiri di belakangnya. Tidak jauh dari pert igaan it u, berdiri sebuah sekolah, SM KN Eligobel.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Gambar 2.3. Tugu Tapal Bat as Bagian Timur Wilayah NKRI di Sot a, M erauke Sum ber: Dokument asi Penelit i, M ei 2014

Dari beberapa w arung nasi yang ada di sini, salah sat u pemiliknya berasal dari Banyuw angi, Jaw a Tim ur. Sudah sejak t ahun 2006 suam i-ist ri asal Banyuw angi it u membuka w arung nasi yang berada t epat di pert igaan Sot a ini. Ia menut urkan,

“ Di sini lum ayan ram ai karena biasanya para pengendara yang m enuju Tanah M erah at au sebaliknya singgah unt uk sekedar berist irahat , m akan dan minum . Juga, banyak orang-orang seberang (maksudnya w arga Negara PNG) yang m em beli m akanan di sini.”

Tepat di t eras w arung nasi milik perant au asal Banyuw angi it u, nam pak penjual buah pisang, pepaya, dan jeruk yang digelar di at as karung-karung plast ik dan hanya beralaskan t anah. Tidak jauh dari t empat it u, t epat nya di seberang jalan juga t erdapat kios-kios yang menjual hasil kebun yang sama; pisang, pet et as (ket ela rambat ), kasbi (ket ela pohon), pepaya, juga jeruk.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Penjual hasil kebun it u adalah masyarakat lokal, dan bukan pendat ang at au perant auan yang menet ap di daerah it u, sepert i pemilik w arung nasi asal Banyuw angi, Jaw a Tim ur it u.

Perbedaan jenis makanan/ barang yang dijual dan t empat berjualan, dan pem iliknya, juga penelit i t emukan di daerah Simpat i (konon singkat an dari simpang t iga), Dist rik M ut ing Kabupat en M erauke. Kios-kios penjual makanan dan minuman (siap saji at au sudah diolah) selalu dimiliki oleh para pendat ang at au t ransmigran yang t elah menjadi penduduk daerah it u. Sement ara, penduduk at au w arga lokal selalu menjual komodit as yang sama; hasil kebun segar t anpa diolah (ment ah), dan sekali lagi, hanya digelar di at as gelaran t ikar at au karung plast ik, dan beralaskan t anah.

Sedikit menyoal t ent ang program t ransmigrasi di w ilayah ini, sebenarnya, sudah dimulai sejak int egrasi dengan pemerint ah Republik Indonesiapada t ahun 1963. Kemudian program ini diperkuat lagi pada t ahun 70-an, dan (juga) dit ingkat kan lagi pada t ahun 80-an. Hal ini karena w ilayah M erauke dan sekit arnya dianggap sebagai t empat yang cocok unt uk sasaran program t ransmigrasi. Beberapa alasan yang mendasarinya adalah; w ilayahnya amat luas, t anah rat a, dan rendah sehingga cocok unt uk persaw ahan, penduduknya kurang, dan curah hujan cukup banyak—meskipun bukan sepanjang t ahun.

Di samping kondisi yang dinilai kondusif bagi program t ransmigrasi t ersebut , t ernyat a di w ilayah ini pula t erdapat kondisi-kondisi yang dianggap sebagai hal yang t idak mengunt ungkan bagi keberadaan program t ersebut . Kondisi- kondisi t ersebut adalah musim kemarau yang panjang, t anah kurang subur, dan belum ada, at au t epat nya t idak ada irigasi.

Sehingga, selama 25 t ahun semanjak program it u digulirkan, puluhan ribu orang didat angkan ke M erauke. M ereka mendapat t empat permukiman ant ara Sungai M aro dan Kumbe,

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

ant ara Sungai Kumbe dan Bian. Seiring perkembangannya, akhirnya daerah Bupul dan M ut ing mulai “ diduduki” oleh para

t ransmigran 34 . Fenomena lain yang t erjadi sebagai perkembangan

program ini adalah perubahan dan pergeseran pada keberagamaan. M enurut cat at an Keuskupan Agung M erauke, arus t ransmigrasi, khususnya dari Jaw a t elah menyebabkan masyarakat di w ilayah ini, yang hampir serat us persen Kat olik dan Krist en, bergant i dengan hampir mayorit asnya M uslim. M eski t erdapat juga t ransmigran dari Flores yang beragama Krist en, namun jumlahnya t idak banyak, bila dibandingkan dengan t ransmigran muslim dari Jaw a. Sehingga, saat ini pemeluk Krist en Prot est an dan Kat olik menjadi minorit as di ant ara mayorit as umat Islam. Pada Tabel 2.1 dipaparkan dat a st at ist ik mengenai perbandingan ant ara pemeluk agama di daerah-daerah t ransmigrasi saat program ini dilaksanakan, 1965 sampai t ahun 1995.

Di samping, w arga t ransmigran yang berasal dari luar pulau ini, ada juga kelompok kecil t ransmigran lokal dari Irian (Papua, kini), yang secara sukarela mengikut i program t ransmigrasi. Fasilit as yang diberikan kepada w arga t ransmigran t ersebut , baik yang berasal dari daerah lokal maupun luar Papua adalah sama, yakni dua hekt ar t anah, sebuah rum ah dan jaminan

bahan makanan selama 10 (sepuluh) bulan 35 . Nah, w arga yang dit emui berjualan di sekit ar t empat -t empat yang disebut kan it u

aw alnya adalah para t ransmigran dari luar Papua.

34 Keuskupan Agung M erauke, 1999. Sejarah Gereja Kat olik di Irian Selatan. M erauke; Keuskupan Agung M erauke, 225.

35 Ibid ., 226.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Tabel 2.1. Perbandingan Populasi Ant ar Pemeluk Agama di Dist rik M indipt ana, Kabupat en Boven Digoel, Propinsi Papua Tahun 1965-1995

Um at Daerah

Tahun

Kat olik

15.968 Sum ber: Keuskupun Agung M erauke, 1999.

Kembali melanjut kan perihal perjalanan penelit i, selepas melew at i

Simpat i, dalam perjalanan selanjut nya, penelit i bert emu dengan sebuah perusahaan yang bernama PT. Korindo Group yang t erlet ak di kampung Asiki, Dist rik Jair Kabupat en Boven Digoel.

daerah

kampung

Apabila sebelumnya hanya hut an belant ara dengan pohon t anaman t ropis yang t idak begit u t inggi memanjakan mat a penelit i, kini, di area m ilik perusahaan ini, berjajar t anaman saw it beribu-ribu hekt ar yang menghiasi kiri kanan jalan menuju Tanah M erah ini. Pohon-pohon saw it yang nampak t eraw at rapi it u m ilik PT. Korindo Group. M eminjam cat at an penelit ian Kont ras, meskipun lahan yang digunakan unt uk keseluruhan bangunan pabrik pengolahan kelapa saw it dan plyw ood di w ilayah ini hanya sekit ar 5 hekt ar. Namun, perusahaan ini memiliki Hak

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Pengusahaan Hut an dan Hak Pengusahaan Tanaman Indust ri yang sangat luas.

Dan sekali lagi, t anaman saw it berjajar rapi it u dikelola oleh PT. Tunas Sarw a Erma, sebuah anak perusahaan PT. Korindo Group. Keberadaan perusahaan ini menyebabkan banyaknya pendat ang dari luar Papua mencari penghidupan di w ilayah ini. Kampung Asiki pun berubah menjadi pusat perput aran roda ekonomi di w ilayah ini. Hampir semua sarana yang ada di kampung Asiki ini t ergant ung pada perusahaan di t engah pedalaman Papua ini, mulai dari air bersih, list rik, sampai sist im komunikasi.

List rik misalnya, apabila di kampung-kampung lain yang sudah t erdapat saluran list rik, lampu menyala hanya enam jam saja (18.00-24.00), namun di Asiki, list rik menyala 24 jam. Akan t et api, kondisi ini bukan berart i t idak menyisakan sebuah kepilauan t ersendiri bagi masyarakat lokal. M asyarakat lokal yang belum siap dengan rit me perusahaan akhirnya semakin t ersisih;

memilih unt uk m inggir, masuk lagi ke pedalaman hut an. 36 Diiringi oleh rint ik-rint ik hujan, akhirnya penelit i melew at i

jembat an Kali M andong—perbat asan ant ara w ilayah Kabupat en M erauke dengan Boven Digoel. Tidak lama kemudian, penelit i t iba di kot a Tanah M erah, ibu kot a Kabupet en Boven Digoel— kot a penuh sejarah dan memiliki makna t ersendiri bagi perjalanan sejarah perjuangan bangsa ini.

M enurut hukum kolonial Belanda yang dit et apkan oleh Gubernur Jenderal, saat it u, t empat ini diperunt ukkan bagi musuh-musuh pemerint ah. M ereka harus t inggal di sana, dan sama sekali t idak diperkenankan keluar dari t empat it u. Oleh

36 Selanjut nya, hal ihw al t entang PT Korindo Group ini dapat dibaca dalam cat at an Tim Penelit ian Bisnis M ilit er di Boven Digoel, Papua, Laporan Bisnis

M ilit er di Boven Digoel, Papua. Kont ras, Februari-M aret 2014.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

karenanya, di t empat ini pernah dibuang orang-orang yang dianggap oleh pemerint ah kolonial Belanda t erlibat dalam pemberont akan komunisme di Jaw a dan Sumat era t ahun 1926- 1927.

Set elah gelombang pert ama, t ahun 1927-1928, kaum komunis yang dibuang di t empat it u, dalam t ahun-t ahun selanjut nya, giliran t okoh-t okoh pergerakan nasional yang memperjuangkan

Indonesia—dan dianggap sebagai kelompok radikal nasionalis oleh kolonial Belanda,

kemerdekaan

diasingkan ke t empat it u. 37 Di ant ara t okoh-t okoh pergerakan nasional yang diasingkan t ersebut adalah M ohammad Hat t a dan

Sut an Syahrir.

Gambar 2.4. M onumen Bung Hat t a di Tanah M erah, Boven Digoel Sum ber: Dokument asi peneliti, Juni 2014

37 Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 265.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Penjara yang dulu dipergunakan unt uk mengasingkan t okoh-t okoh pergerakan nasional it u, kini beralih fungsi sebagai kant or Kepolisian Resort (Polres) Boven Digoel. Tepat di depan kant or Polres Boven Dogoel ini dibangun sebuah monumen dengan pat ung M oh. Hat t a berdiri kokoh di at asnya. Pat ung menghadap ke bandara udara Tanah M erah dengan jari t elunjuk t angan kanan

menunjuk ke bawah it u seolah ingin memberit ahukan kepada siapapun yang melihat nya, “ …demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, di sini dulu aku dibuang dan diasingkan! ” .

Sedikit menoleh ke belakang, w ilayah Boven Digoel dibuka pert ama kali oleh Kapt en LTh. Becking pada 27 Januari 1927. Kaw asan ini pada dulunya berupa hut an rimba dengan raw a-raw a t empat hidup ular, buaya, dan nyamuk malaria. Konon, banyak korban pengasingan meninggal di sini karena serangan nyamuk malaria it u. Saat ini, Tanah M erah merupakan ibu kot a Dist rik M andobo, Kabupat en Boven Digoel.

Kabupat en Boven Digoel memiliki luas w ilayah kurang lebih 27.108 km 2 dan t erdiri dari 20 dist rik, yakni Jair, Subur,

M indipt ana, Iniyandit , Kombut , M andobo, Fofi, Arimop, Kouh, Bomakia, Firiw age, M anggelum, Yaniruma, W oropko, Ambat kw i, Kombay, Ninat i, Sesnukt , Ki, dan Kaw agit . Ibu kot a kabupat en

t erlet ak di Tanah M erah, Dist rik M andobo. 38 Set elah melepas penat semalam di kot a bersejarah it u,

esok paginya penelit i melanjut kan perjalanan ke M indipt ana. Dist rik M indipt ana berjarak 72 km dari ibu kot a Kabupat en Boven Digoel, Tanah M erah.

Jalan menuju M indipt ana, meskipun t idak t erlihat “ parah” sepert i ruas jalan sepanjang M erauke-Tanah M erah, namun dua dari t iga jembat an yang t erdapat di sepanjang jalan ini t erlihat

38 BPS, 2012. Boven Digoel dalam Angka, 27-34.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

rusak dan t engah diperbaiki, sehingga belum dapat dilew at i kendaraan. Terpaksa, sebagaimana jalan dari M erauke menuju Tanah M erah, kendaraan, baik mobil maupun mot or harus melew at i jalan sement ara yang t ersedia di samping jembat an. Dan, sekali lagi, masih dalam kondisi yang sama, apabila hujan t urun, maka jalan sement ara t ersebut akan berupa t anah liat berlum pur yang siap “ menelan” kendaraan yang melint asinya.

Sebagaimana pemandangan di sepanjang jalan M erauke- Tanah M erah, di sepanjang kiri kanan jalan dari Tanah M erah ke M indipt ana ini juga berupa hut an belant ara. Sebanyak dua pos penjagaan perbat asan TNI, juga kami jumpai sepanjang jalan ini. Di samping it u, meskipun berjarak sangat berjauhan, di sisi kiri dan kanan jalan kami juga mendapat i sat u dua rumah khas penduduk set empat ; bangunan bert iang di at as penyangga kayu set inggi 1-2 met er, berdinding kayu dari pelepah pohon sagu dan/ at au bat ang pohon nibung, berat ap anyaman rumbia, dan berlant aikan anyaman pohon nibung.

Gambar 2.5. Rum ah Penduduk di Kam pung Andopbit , M indipt ana Sum ber: Dokument asi peneliti, M ei 2014

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Rumah bert iang dengan t inggi ant ara 1-2 m et er it u sebenarnya sudah merupakan modifikasi dari model rumah khas yang biasa dibangun oleh masyarakat

M uyu sebelum pergumulannya dengan M isi Kat olik. Jauh sebelum masuknya misi Kat olik ke w ilayah ini, rumah-rumah penduduk dibangun di at as t iang lebih dari t iga met er. Rumah bert iang t inggi it u memiliki pint u masuk dari lant ai baw ah.

Rumah bert iang t inggi dan dibangun di at as t anah dengan pint u masuk di lant ai baw ah inipun sebenarnya sudah merupakan modifikasi dari model rumah-rumah khas suku ini sebelumnya. Rumah-rumah sebelumnya dibangun set inggi 3-10 met er di at as t anah dengan luas pekarangan ant ara 4-80 met er persegi. Rumah-rumah it u dibangun di at as sat u at au lebih t onggak pohon yang dipot ong dan biasanya dit opang oleh t iang- t iang sebagai penyangga t ambahan. Dindingnya sering dibuat dari dua lapis papan kayu, sebagai perlindungan t erhadap anak panah dan dilengkapi dengan lubang-lubang kecil di dinding

unt uk mengamat i dan menembakkan anak panah 39 . Pembahasan secara det ail mengenai rumah t empat t inggal akan dibahas

dalam bab selanjut nya. Kembali ke perjalanan menuju lokasi, ket ika hendak memasuki Kot a M indipt ana, barulah nampak beberapa rumah dalam model dan kondisi yang berbeda. Rumah-rumah sudah nampak berdekat an, bert et angga—meskipun t idaklah banyak jumlahnya, berdinding papan, bukan dari pohon nibung, berlant aikan papan pula, dan berat ap seng. Jelas ini sebuah model dan bent uk rumah yang sangat berbeda apabila dibandingkan dengan rumah-rumah di pinggir-pinggir jalan menuju kot a ini yang penelit i jumpai sebelum nya.

39 Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 22-23.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Lebih-lebih set elah penelit i melew at i jembat an Kali Kao— kali (sungai) yang memiliki panjang 200 km, lebar ant ara 200-360

met er, dan kecepat an arusnya ant ara 3-5 km/ jam ini, 40 rumah- rumah penduduk sudah saling berdekat an dan juga (bahkan)

beberapa di ant aranya berdinding bat u, dan jumlahnya lebih banyak. Set elah melew at i lapangan Trikora, kendaraan penelit i berhent i karena sudah sampai di lokasi, Kot a M indipt ana. Sebuah kot a t ua yang pernah menjadi bagian dari afdeling Nugini Selat an dan bersejarah bagi Et nik M uyu.

Gambar 2.6. Suasana Kot a M indipt anaKini Sum ber: Dokument asi Penelit i, M ei 2014

Ramah dan begit u bersahaja. It u kesan yang pert ama kami rasakan dari masyarakat di sini. Sapaan hangat selalu kami dapat kan dari set iap orang yang berpapasan dengan kami di Dist rik M indipt ana ini. M indipt ana adalah kot a yang t enang, t idak begit u ramai, dan (bahkan) cenderung sepi. Kehidupan (seolah) serasa berjalan lambat ket ika menikmat i hari-hari di kot a ini. Namun, apabila dibandingkan dengan suasana kampung-

40 BPS, 2012. Boven Digoel dalam Angka, 10.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

kampung yang masuk di w ilayah adm inist rat if dist rik ini, M indipt ana adalah kot a yang sangat ramai. Jalanan nampak bagus karena aspalnya baru diperbaiki sekit ar t ahun 2006 lalu.

Di dist rik ini, demikian pula sebagian kampung-kampung yang berada di dalam w ilayah administ rat ifnya, sudah t erdapat penerangan list rik. List rik bert enaga diesel yang sudah ada sejak pert engahan t ahun 2000-an it u akan dinyalakan dan dipadamkan ant ara pukul 17.30 sampai 24.00 WIT, meskipun seringkali akan dinyalakan dan dipadamkan sebelum w akt unya, kadang-kadang menyala pukul 18.00 WIT dan dipadamkan pukul 23.30 WIT, t api t idak jarang pula baru dipadamkan pukul 00.30 WIT, bahkan sampai jam 01.00 WIT. Namun rat a-rat a list rik hanya menyala selama enam jam sehari semalam menerangi kot a t ua di t engah hut an belant ara Papua bagian Selat an ini.

Ket ika malam mulai beranjak naik, jalanan kot a ini hanya akan menyisakan sat u at au dua pejalan kaki saja yang dapat dijumpai. Suasana ini menjadikan kot a ini t erasa benar-benar sepi. Hanya suara jangkrik, kodok, lolong anjing, lalu lalang hew an-hew an piaraan (kambing dan sapi) di jalan-jalan karena t idak diikat dan dimasukkan kandang, sert a suara-suara binat ang- binat ang (serangga) hut an yang menghuni pepohonan t erdengar begit u nyaring. M erdu bagai sebuah simponi, simponi alam a la M indipt ana.

Kebanyakan para kaum lelaki sudah meninggalkan rumah sejak mat ahari t erbenam t adi. M asuk ke t engah hut an dan menyusuri pinggir-pinggir sungai unt uk berburu dan menangkap ikan. Sement ara kaum ibu-ibu, anak perempuan dan anak laki- laki t inggal di rumah-rumah mereka sambil menikmat i t erangnya lampu yang hanya enam jam menyala set iap hari it u. Hal ini dikarenakan t anggung jaw ab unt uk mencari makanan ada pada kaum laki-laki dew asa.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Akhirnya, menikmat i t ayangan t elevisi menjadi pilihan t ersendiri sembari melepas penat set elah meramu di hut an seharian. Namun, menikmat i siaran t elevisi t ernyat a bukan sesuat u yang murah dan mudah unt uk dilakukan oleh semua orang di sini. Bagi kebanyakan masyarakat di kot a ini, memanjankan mat a dan t elinga dengan t ayangan t elevisi adalah sesuat u yang mahal; sebuah kemew ahan. Di samping t erbat asnya aliran list rik, t idak semua rumah m emiliki t elevisi. Sement ara ingin mendengarkan siaran radio juga mengalami nasib yang sama. Tidak sat upun gelombang radio dapat dit angkap di w ilayah ini. Sesekali dapat t ert angkap siaran, it upun gelombang radio dari st asiun radio seberang, Radio Fly FM negara PNG.

Sement ara bagi beberapa w arga yang memiliki t elevisi harus menunggu malam hari t iba, saat list rik menyala. Apabila ingin menikmat i siaran t elevisi di siang hari, berart i harus memiliki genset sendiri di rumahnya. Dan, kebanyakan dari mereka yang dapat melakukan it u adalah w arga pendat ang, meskipun ada juga panduduk asli daerah ini memilikinya. It ulah mengapa, kehidupan (seolah-olah) berjalan begit u lambat di sini. Lalu lalang informasi apapun yang t erjadi dan sedang berlangsung di luar kot a ini, t idak dapat “ seenaknya” mampir menyambangi dan memanjakan mat a dan t elinga masyarakat yang t inggal di Kot a M indipt ana ini, pun juga mereka yang t inggal di kampung-kampungnya.

M eskipun demikian adanya, namun julukan sebagai sebuah kot a t ua memang pant as disandangkan bagi Kot a M indipt ana ini. Sisa-sisa bangunan di masa pemerint ahan kolonial Belanda Belanda masih nampak kokoh berdiri meskipun beberapa di ant aranya t elah berubah fungsi. M isalnya sebuah bangunan yang kini dijadikan sebagai kant or BPD Papua dulunya adalah kant or dist rict shoofd (kepala kecamat an) di masa

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

pemerint ahan kolonial Belanda. Demikian juga halnya dengan asrama Koramil 1711-02, bangunan gereja yang masih nampak kokoh berdiri dan t et ap berfungsi sepert i aw alnya, dan juga Rumah Sakit M indipt ana yang kini beralih menjadi Puskesmas M indipt ana.

Di dekat lapangan Trikora nampak bangunan t ow er menjulang t inggi. Tow er yang dibangun oleh Kement erian Percepat an Derah Tert inggal (KPDT) ini baru berdiri pada t ahun 2013. Namun, sudah hampir set engah t ahun lebih peralat an mahal it u t idak lagi berfungsi; rusak dan hanya menyisakan t ongkrongannya yang menjulang t inggi. Prakt is, komunikasi melalui t elepon seluler yang baru saja dapat dinikmat i harus kembali t erhent i.

M eskipun demikian, bahkan jauh sebelum berdiri t ow er milik KPDT it u, penduduk M indipt ana dan sekit arnya sudah familiar dengan handphone dan memilikinya. Beberapa kios, (lagi-lagi) milik para pendat ang, juga menyediakan berbagai merk dan t ipe handphone. Hanya saja, bagi masyarakat di sini, fungsi handphone t idak lagi sebagai alat kom unikasi, t et api lebih sebagai alat unt uk mendengar musik, kamera, dan penunjuk w akt u (jam) saja.

Unt ungnya, di Kot a M indipt ana t erdapat sekit ar t ujuh kios w arung t elekomunikasi (Wart el) milik pendat ang dari Bugis yang t elah lama menet ap dan membuka usaha di sini. Namun Wart el sat elit it u pun t idak selalu dapat berfungsi karena t ergant ung pada cuaca yang menyelimut i langit M indipt ana dan sekit arnya. M eskipun demikian, keberadaan Wart el ini sangat pent ing karena dapat digunakan sebagai alt ernat if unt uk berkomunikasi lew at udara.

Geliat kot a t ua ini semakin nampak dengan beroperasinya dua bank, Bank BPD Papua dan Bank BRI Kant or Cabang

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

M indipt ana 41 . Di samping kedua bank t ersebut , juga t erdapat sat u Kant or Pos milik PT Pos Indonesia yang t erlet ak di sebelah

bangunan Bank BRI Kant or Cabang M indipt ana it u. Belum lagi, sebuah bangunan kant or Kepolisian Sekt or M indipt ana, kant or Koramil 1711-02, dan kant or Dist rik M indipt ana yang berada di t engah kot a ini. Keberadaan beberapa inst ansi t ersebut semakin menambah eksist ensi kot a t ua M uyu ini.

Dist rik M indipt ana memiliki kampung dengan jumlah paling banyak apabila dibandingkan dengan dist rik-dist rik lain di Kabupat en Boven Digoel, yakni 13 kampung. Jumlah kampung ini t erbanyak apabila dibandingkan dengan dist rik-dist rik lain di w ilayah administ rat if Kabupat en Boven Digoel. Adapun nama- nama dari 13 kampung t ersebut adalah Anggumbit , Andopbit , Aw ayanka, Epsembit , Imko, Kamka, Kakuna, M indipt ana,

Niyimbang, Osso, Tinggam, Umap, dan Wanggat kibi 42 . Wilayah Dist rik M indipt ana sebelah Barat berbat asan

dengan Dist rik Kombut , sebelah Timur berbat asan dengan Dist rik Iniyandit , sebelah Ut ara berbat asan dengan Dist rik Woropko, dan sebelah Selat an berbat asan dengan Dist rik Sesnukt .

41 BRI Kant or Cabang M indipt ana m ulai beroperasi sejak t ahun 1994, sedangkan BPD Papua t elah beroperasi beberapa t ahun sebelum nya.

42 Sedangkan distrik-dist rik lain di w ilayah Kabupat en Boven Digoel memiliki jum lah kam pung lebih sedikit jika dibandingkan dengan Dist rik M indipt ana;

Dist rik Woropko m emiliki 9 kam pung, Fofi m em iliki 8 kam pung, M andobo, Jair, dan Bom akia memiliki 5 kam pung, Kouh dan Yanim ura m erupakan distrik dengan jumlah kam pung paling sedikit , yakni 3 kam pung. BPS Kabupat en Boven Digoel, Boven Digoel dalam Angka, 21-28.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Gambar 2.7. Pet a Wilayah Dist rik M indipt ana Sum ber: Profil Puskesm as M indipt ana t ahun 2013

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Saat st udi ini dilakukan, jumlah penduduk dist rik ini, mengacu pada dat a yang dimiliki oleh Puskesmas M indipt ana adalah sebanyak 3.631 jiw a dengan kepadat an penduduk per-

km2 adalah 9,46 43 . Kepadat an penduduk ini menempat i urut an pert ama jika dibandingkan dengan seluruh dist rik di w ilayah

administ rat if Kabupat en Boven Digoel. Sedangkan rincian jum lah penduduk per kampung 44 dapat dilihat pada t abel 2.2.

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Dist rik M indipt ana, Kabupat en Boven Digoel t ahun 2013

Jum lah No

Nam a Kam pung

Perem puan Tot al 1. Epsem bit

60 53 113 5. Wanggat kibi

88 188 6. Tinggam

115 245 7. Aw ayanka

195 415 8. Epsem bit

116 248 10. Niyim bang

151 322 11. Anggum bit

43 41 84 Sum ber: Profil Puskesm as M indipt ana t ahun 2013.

43 Terdapat perbedaan jumlah penduduk ant ara dat a milik BPS Boven Digoel dengan Puskesm as M indipt ana. Periksa Ibid., 76.

44 Khusus dat a m engenai jum lah penduduk Kam pung Um ap dikutip dari dokum en Puskesm as Sesnukt karena t idak diperoleh dat a sedikit pun

m engenai jum lah dan kom posisi penduduk dari kant or Dist rik M indipt ana. Sebenarnya, secara administ rat if kam pung ini berada dalam w ilayah Distrik M indipt ana, nam un ia m enjadi bagian dari w ilayah kerja Puskesm as Sesnukt.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Beberapa lem baga pendidikan t ingkat dasar yang diselenggarakan di w ilayah dist rik ini, yakni: 1 buah PAUD M uhajirin di pusat Kot a M indipt ana, 1 buah TK Yasint a di pusat Kot a M indipt ana, SD Inpres M indipt ana di Kampung Epsembit , SD Inpres Osso-Kamka di Kampung Osso, dan SD YPPK (Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Kat olik) Sant o Fr. Xaverius di pusat Kot a M indipt ana. Di beberapa kampung lain yang berada di baw ah w ilayah adm inist rat if M indipt ana juga t erdapat SD Inpres, di ant aranya SDN yang t erlet ak di Kampung Tinggam.

Sement ara unt uk lembaga pendidikan t ingkat menengah pert ama dan at as, di kot a ini t erdapat SM P YPPK Sant o Yoanes di pusat Kot a M indipt ana, SM PN M indipt ana di Kampung Niyimbang, SM A YPPK Pet rus Hoeboer di pusat Kot a M indipt ana, dan SM KN M indipt ana yang t erlet ak di Kampung Kakuna, berjarak sekit ar 3 km dari Kot a M indipt ana.

Berbicara perihal penyelenggara dari masing-masing lembaga pendidikan t ersebut adalah sebagai berikut ; PAUD M uhajirin dikelola/ diselenggarakan oleh Pengurus Kesejaht eraan M asjid (PKM ) Al-M uhajirin, sedangkan TK Yasint a, SD YPPK Sant o Fr. Xaverius, SM P YPPK Sant o Yoanes, dan SM A YPPK Pet rus Hoeboer diselenggarakan oleh misi, Kat olik. Sement ara SD Inpres M indipt ana, SD Inpres Osso-Kamka, SM PN M indipt ana, dan SM KN M indipt ana diselenggarakan oleh pem erint ah. SM KN M indipt ana (bahkan) t ercat at sebagai sat u-sat unya lembaga pendidikan set ingkat menengah at as kejuruan di Indonesia yang

menyenggarakan Jurusan Keperaw at an 45 . Kot a M indipt ana memang kot a t ua. Selain dit unjukkan

oleh beberapa bukt i di at as, di kot a ini, juga pernah

Selain Jurusan Keperaw atan, SM KN ini juga m em buka Jurusan Pert anian. Saat st udi ini dilakukan, Jurusan Keperawat an baru m em asuki t ahun penyelenggaraan ke-4. Art inya, baru sat u angkat an yang t elah diluluskan, yakni pada t ahun pelajaran 2013/ 2014 ini.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

diselenggarakan sekolah-sekolah yang menjadi t empat t ujuan st udi bagi masyarakat dari w ilayah dist rik lain. Sekolah-sekolah yang pernah ada namun sekarang t idak lagi diselenggarakan t ersebut adalah SGB (Sekolah Guru Baw ah) dan SKKP (Sekolah Kejuruan Kepandaian Put ri). Kedua lembaga pendidikan set ingkat SM P it u sisw a-sisw inya berasal dari berbagai daerah (dist rik) di sekit arnya, yakni Dist rik Jair, Bade, Edera, Kepi, dan Dist rik Tanah M erah.

Sedangkan SM A YPPK Pet rus Hoeboer—hingga saat ini masih berdiri—just ru pernah menjadi sat u-sat unya sekolah menengah t ingkat at as yang ada di w ilayah Boven Digoel, ket ika Boven Digoel saat it u masih menjadi sebuah dist rik, bagian dari Kabupat en M erauke.

Namun kini, dua sekolah “ t ua” it u kini t idak lagi “ beroperasi” . Di samping karena jenjang pendidikan it u t idak lagi diselenggarakan (t erut ama) oleh Kement erian Pendidikan Nasional, di sat u sisi, juga t erjadinya perist iw a berdarah t ahun 1984 di w ilayah ini menjadi penyebab “ t ut upnya” sekolah- sekolah it u, pada sisi berseberangan. Perist iw a berdarah 1984 it u akan dibahas sendiri dalam sub bab selanjut nya.

Kembali ke Kot a M indipt ana saat ini. Di w ilayah ini, juga dist rik-dist rik lain di sekit ar dist rik ini, unt uk mendapat kan kebut uhan air bersih, air hujan masih menjadi pilihan ut ama bagi masyarakat di sini. Di samping mengandalkan air hujan, air bersih juga didapat kan dari beberapa sumur bor yang dibangun di beberapa t it ik di kot a ini. M eskipun mengandalkan air hujan, namun hampir t idak menjadi kendala dalam mendapat kannya karena apabila dirat a-rat a hampir set iap 2-3 hari sekali t urun hujan. M eskipun t idak jarang pula, dalam seminggu bahkan t erkadang lebih, hujan t idak t urun sama sekali.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Gambar 2.8. Sum ber dan Tem pat Penam pungan Air Sum ber: Dokument asi Penelit i, M ei, 2014

Sebagai langkah ant isipasi dari kondisi it u, hampir di set iap rumah t erdapat pemandangan t empat persediaan air yang t erbuat dari drum-drum bekas dan (sebagian kecil) berupa prof ile t ank . Sumber air dan segala yang bersangkut paut dengannya, khususnya berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) akan dibahas dalam bab selanjut nya.

Khusus mengenai asal daerah penduduk yang menet ap di Kot a M indipt ana, selain Et nik M uyu, penduduknya juga berasal dari beragam daerah. Pendat ang dari Bugis menempat i jumlah t erbanyak lalu disusul pendat ang dari Toraja, Jaw a, dan M akasar. Jumlah t ert ingginya t ent u masih dit empat i w arga lokal, Et nik M uyu. Tidak dit emukannya secuilpun dat a/ dokument asi t ent ang komposisi dan keadaan jum lah penduduk di sini, baik dari dist rik dan apalagi kampung, menjadikan kesulit an t ersendiri unt uk menent ukan jumlah past inya. Namun, apabila dipersent ase, jumlah penduduk yang berasal dari Et nik M uyu yang t inggal di Kot a M indipt ana berkisar sekit ar 85-90 persen dari jum lah t ot al. Sement ara di kampung-kampung w ilayah dist rik ini, hampir t idak dit emukan penduduk yang berasal dari pendat ang, semuanya w arga suku asli, M uyu.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

M at a pencaharian at au pekerjaan penduduknya beragam, sebagian kecil menjadi pegaw ai negeri sipil, mayorit asnya adalah meramu (berkebun) dan penyadap karet , baik milik sendiri maupun orang lain, dan pedagang—kesemuanya w arga pendat ang. Namun, hampir keseluruhan w arga lokal t idak hanya mengandalkan sat u jenis mat a pencaharian t ert ent u. Sehingga, sekalipun mereka adalah pegaw ai negeri sipil t et api mereka t et ap meramu (berkebun), juga berburu.

Sebagaimana sedikit disinggung di at as, bahw a menuju lokasi kot a ini dapat juga dijangkau dengan menggunakan alat t ransport asi laut , at au t epat nya sungai. Alat t ransport asi sungai it u—dari M erauke dan Asiki ke M indipt ana at au sebaliknya adalah berupa kapal kecil berbahan kayu yang dioperasikan mesin diesel dan dapat langsung berlabuh di pelabuhan M indipt ana. Sedangkan apa yang dinamakan pelabuhan it u, saat ini yang t ersisa hanyalah berupa sebuah dat aran rat a t erlet ak di pinggiran Sungai Kao; t anpa bangunan, t anpa papan nama.

Padahal di masa-masa pemerint ahan kolonial, set elah int egrasi, bahkan sebelum jembat an Kali Kao dibangun, menggunakan sarana t ransport asi laut (sungai) menunju M indipt ana adalah pilihan ut ama. Namun, saat ini, sisa-sisa yang menunjukkan bahw a di t empat it u pernah bersandar kapal-kapal dan hilir mudik penumpangnya, t idak nampak lagi.

M emang, semenjak dibangun jembat an Kali Kao (at as) dan difungsikan sekit ar t ahun 1999 it u, kapal-kapal it u t idak lagi beroperasi karena ket ika Kali Kao airnya pasang, t inggi kapal t idak lagi dapat melew at i jembat an it u. Sement ara pelabuhan t empat bersandarnya kapal yang t idak lagi nampak sisa-sisanya it u, kini dijadikan sebagai t empat mengepul t am bang pasir oleh w arga sekit ar. Selain jembat an Kali Kao at as it u, t erdapat sat u jembat an lagi yang melint asi sungai ini, masyarakat menyebut nya

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

jembat an Kali Kao baw ah yang dibangun lebih belakangan jika dibandingkan dengan jembat an Kali Kao at as.

Gambar 2.9. Suasana pelabuhan M indipt ana t em po dulu Sum ber: Schoorl, 1997

Sement ara apabila menggunakan alat t ransport asi udara, maka mencapai kot a ini melalui bandara Iga Erok—dem ikian nama bandara di Kot a M indipt ana ini dapat dijangkau dari Dist rik Oksibil, Kabupat en Pegunungan Bint ang dan Kabupat en M erauke. M enuju dan dari Dist rik Oksibil, penerbangan biasanya menggunakan pesaw at Caravan yang dioperasikan oleh AM A (Assosiat ed M ission Avait ion). Sedangkan penerbangan dari dan ke M erauke menggunakan pesaw at

jenis Cesna yang dioperasikan oleh Susi Air. Jadw al penerbangan t idaklah set iap hari, t et api hanya dapat dilakukan seminggu t iga kali, set iap

Selasa, Kamis, dan Jumat 46 . It upun hanya ada sekali penerbangan di set iap harinya.

46 Nam un t idak jarang juga jadw al penerbangan it u berubah, bat al dan/ at au dit am bah. Selain hari-hari yang telah dit ent ukan (Selasa, Kam is, dan Jum ’at ),

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Pada hari-hari selain jadw al penerbangan,kondisi bandara sangat lah sepi. Hampir-hampir t idak didapat i t anda-t anda yang menunjukkan bahw a t empat it u adalah sebuah bandara udara. M emang t erdapat sebuah papan nama, t et api t ulisannya t idak t erbaca karena hampir semua huruf-hurufnya t elah mengelupas, t idak nampak pet ugas bandara, dan apalagi lalu lalang penumpang pesaw at yang memadat inya. Sehingga yang t ersisa hanyalah t iga buah bangunan dan sebuah landasan di sisi belakangnya.

Namun suasana berbeda akan dit emui ket ika hari-hari penerbangan. Suasana bandara yang semula sepi berubah menjadi sangat ramai. Banyak pengunjung dari berbagai kalangan usia, t idak t erkecuali anak-anak berseragam sekolah, nampak memadat i bandara. Bahkan sebagian dari mereka masuk bandara dan berdiri di sisi dekat landasan karena ingin melihat pesaw at dari jarak dekat .

Bagi sebagian masyarakat M indipt ana dan sekit arnya, menyempat kan dat ang ke bandara dan dapat melihat pesaw at dari dekat di set iap hari penerbangan merupakan sebuah hiburan t ersendiri. “ …kami sekeluarga sering ke bandara Pak.. hanya unt uk melihat -lihat pesaw at yang t erbang dan mendarat . Ini sebagai hiburan kami punya...” , demikian kom ent ar Yubelina Windew ani yang pagi it u dat ang ke bandara bersama suami dan anaknya dengan kendaraan sepeda mot or.

kadang-kadang penerbangan juga dibuka selain hari-hari it u. Bahkan, tidak jarak jarang pula pesaw at t idak jadi mendarat m eskipun t elah m elew ati w ilayah udara M indipt ana karena kondisi cuaca yang tidak m em ungkinkan unt uk m elakukan pendarat an.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Gambar 2.10. Suasana Bandara M indipt ana Sum ber: Dokument asi peneliti, Juni 2014

Oleh karena it u, hampir dapat dipast ikan, set iap hari Selasa, Kamis, dan Jumat , suasana bandara akan t erlihat ramai. M ereka yang dat ang ke bandara bukan hanya karena menjemput at au mengant ar anggot a keluarganya yang menggunakan penerbangan hari it u. Namun kedat angan m ereka memang sengaja unt uk (sekedar) menyaksikan pesaw at yang mendarat di bandara sekaligus t erbang kembali. Set elah pesaw at t erbang t inggalkan landasan, mereka juga meninggalkan bandara dan melanjut kan kembali akt ifit asnya. Dan, bandara M indipt ana pun kembali sepi.