Konsep Sehat Sakit

3.1. Konsep Sehat Sakit

Secara et ik ada beragam konsep sehat yang dit aw arkan oleh beberapa lembaga maupun para ahli di bidang kesehat an. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 t ent ang Kesehat an memberikan pengert ian kesehat an sebagai berikut ; “ Kesehat an adalah keadaan sehat , baik secara fisik, ment al, sprit ual maupun sosial yang memungkinkan set iap orang unt uk hidup produkt if secara

sosial dan

ekonomis” .

Sedang W orld Healt h

124 Dist rik set ara dengan Kecam at an di w ilayah lain. Penyebut an Kecam at an sebagai Distrik hanya berlaku khusus unt uk Propinsi Papua.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Organizat ion 125 mendefinisikan konsep sehat sebagai; “ a st at e of com plet e physical, m ent al, and social w ell being, and not m erely

t he absence of disease or infirm it y” . Berdasarkan definisi yang dikeluarkan oleh WHO ini dapat disimpulkan bahw a sehat it u t idak hanya menyangkut kondisi fisik, melainkan juga kondisi ment al dan sosial seseorang.

Secara emik konsep sehat -sakit t ent u saja dapat menjadi sangat berbeda apabila dibandingkan dengan konsep secara et ik. Konsep sehat -sakit secara emik sangat bergant ung pada kebudayaan yang berkembang pada suat u w ilayah. Apabila kit a kait kan dengan kont eks sehat berdasarkan pendekat an secara emik bagi suat u komunit as yang menyandang konsep kebudayaan mereka, ada pandangan yang berbeda dalam menanggapi konsep sehat t adi. Hal ini karena adanya penget ahuan yang berbeda t erhadap konsep sehat , w alaupun secara nyat a akan t erlihat bahw a seseorang secara et ik dinyat akan t idak sehat , t et api masih dapat melakukan akt ivit as sosial lainnya. Kondisi ini dapat diart ikan bahw a orang t ersebut

dapat menyat akan dirinya sehat 126 . Secara emik, konsep sehat -sakit bagi Et nik M uyu di

M indipt ana berbeda dengan konsep sakit secara et ik pada ranah kesehat an. Pada umumnya orang M uyu bisa menyebut dirinya sakit saat sudah t ergelet ak di t empat t idur t anpa daya. Bila hanya sakit flu at au demam biasa masih dianggap belum sakit . Dit emui di ruang t unggu Puskesmas M indipt ana, Okt ovina Bengib, 26 t ahun, mengaku baru pert ama kali berobat ke Puskesmas sat u-

125 World Healt h Organizat ion, 1981. Development of Indicator for M onitoring Progress towards Healt h for All by The Year 2000. Geneva; WHO.

126 A.E., Dum at ubun, 2002. “ Kebudayaan, Kesehat an Orang Papua dalam Perspektif Antropologi Kesehat an” dalam Jurnal Ant ropologi Papua Volume 1,

Nomor 1, Agust us Tahun 2002 , 44-62.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

sat unya di w ilayah Dist rik M indipt ana ini, meski sebenarnya sudah t iga minggu dia merasakan gejala sakit ;

“ Saya sakit ini sudah t iga m inggu pak ... t imbul t enggelam sakit nya. Sebent ar t erasa pusing, dem am ... ini di punggung sepert i dit ikam sam pai ke pinggang. Terasa di seluruh badan sakit sem ua...”

Pernyat aan berbeda diut arakan Suzana Biyarob, 31 t ahun. Perempuan M uyu yang t inggal di Kampung Osso ini mengaku biasanya berobat ke Rumah Sakit Bergerak;

“ Saya ada berobat it u ke Rum ah Sakit Bergerak pak... jarang ke Puskesm as. Biasanya kalau dem am at au bat uk- pilek, baru dua at au t iga hari jalan ke Rum ah Sakit Bergerak. Kalau sudah t idak kuat , at au kalau sudah t erbaring saja di t em pat t idur... baru berobat ...”

Realit as ini diperkuat oleh Koordinat or Klinik Pengobat an Puskesmas M indipt ana yang seorang peraw at , Elpi M usa, 34 t ahun, yang mengungkapkan kejengkelannya. Elpi mengat akan,

” Orang sini it u dat ang ke Puskesm as kalau sudah t iga- em pat hari sakit pak... Nunggu parah baru berobat . Ada kem arin yang dat ang berobat karena digigit anjing… sam pai sem inggu baru berobat . Sudah parah, bengkak dim ana-m ana, sudah infeksi pula…”

Pengakuan Elpi M usa ini juga diperkuat oleh pernyat aan rekan sekerjanya, Tharsisia Kont arep, 47 t ahun. Peraw at senior asli M uyu ini menyat akan,

“ ...kalau sakit m em ang biasanya m ereka t unggu beberapa hari pak. Set elah lem as... t idak kuat bangun dari

t em pat t idur, baru m ereka berangkat ke puskesm as... M ungkin m ereka m erasa kuat pak... jadi m erasa m asih bisa t ahan...”

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Konsep sehat -sakit Et nik M uyu ini m irip dengan konsep sakit yang dilaporkan oleh Krist iana, dkk., 127 yang melakukan

st udinya pada masyarakat Et nik Jaw a di Desa Gadingsari, Bant ul, Jogjakart a. Krist iana, dkk. menuliskan sebuah ilust rasi menarik t erkait konsep sehat -sakit t ersebut ;

“ Tet angga IK pernah m enjalani am put asi lim a jari kaki sebelah kanan. Tet angga IK t ersebut m enderit a penyakit kulit yang tidak kunjung sem buh. Dia m asih m ampu bekerja di saw ah dan berjalan jauh t anpa t erasa sakit. At as anjuran beberapa kerabat dekat dan t enaga medis di rum ah sakit yang m enanganinya, t et angga IK t ersebut bersedia diam put asi karena khaw at ir t erjadi luka yang lebih parah pada jari-jari kakinya. Ternyat a set elah diam put asi, t et angga t ersebut just ru t idak bisa lagi berjalan dengan leluasa sepert i sebelum dilakukannya t indakan m edis t ersebut . Dengan sendirinya orang t ersebut t idak dapat lagi bekerja, yait u pergi ke sawah unt uk bercocok t anam . Bahkan, dia m erasa sakit ket ika berjalan.

m engat akan bahw a am put asi kaki yang dijalaninya just ru m em buat dia sakit .”

Tet angga

t ersebut

Adalah sebuah kenyat aan bahw a seseorang dapat menent ukan kondisi kesehat annya baik, at au dapat dikat akan sehat , bilamana ia t idak merasakan t erjadinya suat u kelainan fisik maupun psikis. Walaupun ia menyadari akan adanya kelainan, t et api t idak t erlalu menimbulkan perasaan sakit , at au t idak

127 Lusi Krist iana, Tonny M urw ant o, Sant i Dw iningsih, Harum ant o Sapardi, Kasnodihardjo, 2012. Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Et nik

Jaw a, Desa Gading Sari, Kecamatan Sanden, Kabupat en Bant ul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Surabaya: Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehat an

Badan Penelit ian dan Pengem bangan Kesehat an, Kem ent erian Kesehat an RI., 34.

dan Pem berdayaan

M asyarakat ,

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

dipersepsikan sebagai kelainan yang memerlukan perhat ian medis secara khusus, at au kelainan ini t idak dianggap sebagai suat u penyakit . Dasar ut ama penent uan t ersebut adalah bahw a ia t et ap dapat menjalankan peranan-peranan sosialnya set iap

hari sepert i biasa 128 . Konsep sehat -sakit dengan bat asan “ menjalankan peranan sosial” biasanya kit a t emui secara empiris

di lapangan, dan hal inilah yang seringkali menjadi pembeda ant ara konsep sehat -sakit secara et ik dan konsep sehat -sakit secara emik.

Konsep sakit secara emik yang dirasakan masyarakat dan konsep sakit secara et ik dalam pengert ian dunia kedokt eran seringkali disebut sebagai konsep illness (sakit ) dan dan disease (penyakit ). Kedua konsep t ersebut hingga saat ini memang masih menjadi diskusi yang sangat menarik bagi para ant ropolog, khususnya yang mendalami ant hropologi kedokt eran (m edical ant hropology ).

Dalam sebuah st udi yang dilakukan oleh Eisenberg and Kleinman yang bert ujuan melihat efekt ifit as ant acida dosis t inggi unt uk t erapi pept ic ulcer (lesipada lapisan(mukosa) dari saluran pencernaan, biasanya di perut at au duodenum, disebabkan oleh aksi pencernaan pepsin dan asam lambung), menunjukkan hasil yang bisa menjadi panduan bagi kit a unt uk membedakan konsep

ant ara penyakit dan sakit , 129 “ Eisenberg and Kleinman illust rat e t his w ith a st udy that

looked at t he effect iveness of high-dose ant acid t herapy for pept ic ulcer. All part icipant s in t he st udy were

128 Nico S. Kalangie, 1994. Kebudayaan dan Kesehatan: Pengembangan Pelayanan Kesehat an Primer melalui Pendekat an Sosiobudaya. Jakart a; PT.

Kesaint Blanc Indah Corp. 129 Robert Pool and Wenzel Geissler, 2005. M edical Ant hropology. New York;

Open University Press, 53-54.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

examined w it h an endoscope at t he st art of t he st udy and at t he end four w eeks lat er. Half t he pat ient s received t he ant acid and t he ot her half a placebo in a double-blind set up. The endoscopic result s show ed a clear effect of t he t reat ment in t he int ervention group, but t here w as no difference in sympt oms bet w een t he groups: some w hose ulcer had healed st ill had pain and some w hose ulcer had not changed no longer had.”

Fakt a penelit ian yang dihasilkan Eisenberg dan Kleinman dalam penelit ian t ersebut selaras dengan fakt a empirik yang t erjadi pada masyarakat Et nik M uyu. Unt uk memahami fenomena-fenomena sepert i it u, maka para ilmuw an sosial membangun dua unsur pembeda ant ara disease (penyakit ) dan

illness 130 (sakit ),

1) Dokt er mendiagnosa dan mengobat i penyakit – abnormalit as pada st rukt ur dan fungsi dari organ dan sist em dalam t ubuh.

2) Pasien merasakan sakit – pengalaman kerusakan pada keberadaan dan fungsi sosial.

Dua unsur pembeda t ersebut , secara lugas dinyat akan Eric Cassell dengan lebih sederhana, 131 “ Illness is w hat t he pat ient

feels w hen he goes t o t he doct or, disease is w hat he has on t he w ay hom e ” (Sakit adalah apa yang pasien rasakan saat dia pergi pada seorang dokt er, sedang penyakit adalah apa yang dia t erima saat pulang).

Konsep sakit dan penyakit mungkin saja t umpang t indih, overlap , t et api belum t ent u sama luasnya; pat ologi fisik yang sama dapat menghasilkan pengalaman yang berbeda dari rasa

130 Ibid . 131 Cassell, EJ., 1976. The Healer’s Art : A New Approach to t he Doct or–Patient Relat ionship. New York; Lippincot t .

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

sakit dan penderit aan yang dirasakan. Perist iw a sakit sangat subyekt if berdasarkan pengalaman seorang pasien secara fisik maupun ment al, baik hal it u disebabkan oleh penyakit secara pat ologis at aupun t idak. Tet api perist iw a sakit juga bisa t erjadi secara sosial, pengalaman dari beberapa kali sakit t idak hanya t erbat as pada gejala-gejala, t et api juga t ermasuk “ sakit yang ke- dua” – reaksi dari lingkungan at au masyarakat – misalnya st igma yang dikait kan dengan kecacat an at au ket idakmampuan. Labelisasi dengan sebuah st igma adalah dimensi t ambahan pada sebuah pengalaman sakit seseorang. Bahkan pada beberapa

kasus dalam aspek sosial, st igma adalah perist iw a sakit 132 ./ Selaras dengan perbedaan ant ara sakit (illness) dan

penyakit (disease), perbedaan yang sama juga bisa kit a buat ant ara cure (pengobat an) dan healing (penyem buhan). Dokt er mungkin saja mengobat i suat u penyakit (disease), t et api it u bukan berart i rasa sakit (illness) si pasien disembuhkan. Pengobat an (cure) bisa menyebabkan hilangnya suat u penyakit , at au penyebab penyakit nya keluar dari t ubuh, sedang penyembuhan (healing) lebih mengacu pada perbaikan bagian

t ubuh dan kenyamanan orang yang sedang sakit 133 . Secara sederhana konsep hubungan ant ara illness (sakit ),

disease (penyakit ), curing (pengobat an) dan healing (penyembuhan), digambarkan oleh Young 134 dengan sebuah

skema sepert i t ergambar pada Gambar 3.1. Pada gambar t ersebut Young memasukkan illness dan disease sebagai bagian dari sickness.

132 Robert Pool and Wenzel Geissler, 2005. M edical Ant hropology. New York; Open University Press, 53-54.

133 Ibid. 134 Young A., 1982. “ The Ant ropologies of Illness and Sickness” dalam Annual Review of Anthropology

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Gambar 3.1. Sickness, Illness dan Disease Sum ber: Young, 1982

Konsep sakit yang berkembang pada masyarakat Et nik M uyu juga bisa kit a bedakan berdasarkan kat egori penyebabnya. Set idaknya ada empat penyebab ut ama yang bisa menyebabkan sakit dalam keyakinan masyarakat Et nik M uyu yang sangat jauh dari kesan medis modern;

1. Sakit karena dibuat orang;

Bagi masyarakat Et nik M uyu seringkali sakit at au bahkan kemat ian t idak ada yang berjalan normal. Semua ada alasannya, seringkali dipercaya karena disebabkan buat an orang lain. ” …bagi orang M uyu, kemat ian t idak ada yang normal. Past i it u kesengajaan…,” demikian pernyat aan Phillips Leonard Bonggo, salah sat u t okoh masyarakat yang berhasil diw aw ancarai.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Pada jaman pemerint ahan kolonial Belanda, Schoorl mencat at bahw a t idak banyak kemat ian yang t erjadi karena sebab-sebab yang dianggap alamiah. Dalam kebanyakan

dicurigai adanya pembunuhan at au sihir. Penyakit yang mendahului kemat ian sering dipandang dengan kacamat a yang sama. Kemungkinan

kejadian,

selalu

kekuat an-kekuat an supernat ural, baik dalam hal kejadian sakit maupun

juga

melibat kan

kemat ian, t anpa dikehendaki oleh seseorang 135 .

Keyakinan bahw a set iap sakit at au kemat ian selalu berhubungan dengan kesengajaan yang disebabkan oleh orang M uyu lain ini erat berkait an dengan prakt ek kupuk (lihat di Bab 2) pada masyarakat M uyu. Hal ini menunjukkan kuat nya dunia supernat ural m enguasai set iap sendi kehidupan masyarakat Et nik M uyu, set iap kejadian “ fisik” selalu dianggap ada yang bersifat “ non fisik” yang melat arbelakangi.

2. Sakit karena gangguan dem a;

Selain sebab buat an orang lain, masyarakat Et nik M uyu juga mengenal sakit yang disebabkan oleh gangguan alam at au lingkungan yang diyakini sebagai

t empat keramat (ket pòn 136 ). Adolfia Tepu, 44 t ahun mengat akan,

135 Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 82. 136 Ket pòn adalah ist ilah yang digunakan di Kam pung Kaw angt et dan Yibi; di Kanggew ot dan Jom kondo menyebutnya ketpon, dan amopon di Woropko dan

Kat anam. Tempat seperti it u dijaga at au dikelola oleh m akhluk halus, penguasa t em pat keram at , yang dapat t am pak dalam bent uk binat ang- binat ang tert ent u sepert i — biaw ak besar (jáwàt ), kangguru hut an (bàmbátí), ular besar (nínárí), dan babi liar yang besar (áw ònkup). Ibid, 190-192.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

“ Orang it u bisa sakit karena gangguan alam pak… karena gangguan lingkungan. Karena alam di sekit ar kit a it u hidup t oh… dia bisa kasih kit a sakit bila kit a ganggu… kit a kasih kot or dia pu t em pat , m enurut orang-orang t ua dulu sepert i it u pak…”

Informan lain menyat akan penyebab gangguan t ersebut secara lebih spesifik sebagai gangguan dem a, sang penguasa t empat keramat. Et nik M uyu meyakini bahw a ada dem a, yang merupakan dew a-dew i at au penunggu yang mendiami dan at au berkuasa pada pohon- pohon besar, sungai, bukit , lubang alam besar, dan lain sebagainya.

Unt uk sakit jenis ini masyarakat Et nik M uyu akan mencari kesembuhan pada orang-orang yang diyakini bisa berkomunikasi dengan dem a di banyak t empat keramat .

“ …yaa m ereka dat ang pada orang-orang yang bisa bicara-bicara (kom unikasi) banyak t em pat . M ereka bisa sebut -sebut penguasa sungai, pohon, at au t em pat - t em pat lainnya… bisa m encari t ahu siapa (dema)yang bikin sakit , dan mint a supaya t idak ganggu lagi pada nam a yang sakit …” (Thadeus Kam bayong, 54 t ahun)

Upaya pencegahan t erbaik t erhadap gangguan dem a adalah dengan menghindarinya. Tidak m elakukan kont ak sama sekali dengan t empat keramat (ket pon). Sebanyak mungkin t empat -t empat keramat dibiarkan t ak t erjamah. Kalau sebuah t empat keramat it u merupakan bagian dari hut an lebat , maka sebaiknya t idak ada pohon di sit u yang akan dit ebang, kalau t empat keramat let aknya di suat u kisaran air sungai, maka jangan menangkap ikan di sana, dan kalau t empat keramat it u suat u lubang dalam

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

di t anah, maka sebaiknya berburu binat ang di t empat lain saja.

3. Sakit karena melanggar am óp(pant angan at au pam ali)

Pada masyarakat Et nik M uyu ada pant angan t ert ent u t erhadap beberapa jenis makanan. Bagi anak laki-laki yang sedang menjalani inisiasi dilarang unt uk memakan buah-buahan dan binat ang t ert ent u,t ermasuk ket apang, sukun, nibung, ular, ikan sembilan, udang,dan kuskus. Kecuali it u, makanan yang dimasak oleh w anit a t idak boleh dimakan selama inisiasi.

Schoorl mencat at bahw a pelanggaran t erhadap at uran-at uran ini akan mengakibat kan penyakit pada si calon yang sedang menjalani proses inisiasi. Penyakit yang bisa menjangkit i yait u radang pada kemaluan, luka,

dan demam 137 .

4. Sakit karena ìpt èm menst ruasi dan persalinan;

Saat seorang perempuan M uyu mengalami menst ruasi dan at au persalinan, maka biasanya akan diungsikan ke luar rumah. Dibuat kan semacam pondok kecil dari bahan rumbia, baik at ap maupun dindingnya,

yang biasa disebut sebagai t ana barambon am bip 138 .

Tindakan pengucilan sement ara ini dilakukan t erkait dengan mit os bahw a ìpt èm (supernat ural) perempuan yang sedang mengalami haid at au menst ruasi bisa menyebabkan w aruk (kekuat an) laki- laki melemah at au hilang. Bisa menjadi sebab sakit nya

Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 178. 138 Tana barambon ambip adalah pondokan kecil yang disediakan secara

khusus bagi perem puan M uyu yang sedang m engalam i m enst ruasi at au sedang bersalin.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

dan bahkan kemat ian. Schoorl mencat at salah sat u mit os yang berlaku pada masyarakat Et nik M uyu di

w ilayah Yibi, 139 “ Dalam sebuah mit os lain (dari Yibi) Komot 140 m em balas kepada

m usuhnya Trioknat —karena t ipuan yang dilakukan Trioknat

m em bujuk anak-anak perem puannya Wukom dan Borom kon unt uk mengolesi t ubuh Trioknat dengan darah haid m ereka, yang m enyebabkannya sakit keras, penyakit nya disebut àmjáw àt . Kem udian Komot m enasihat kan kepadanya unt uk bersanggam a dengan m ereka dan kem udian m andi. Ini m em buat Trioknat lebih sakit lagi, sampai kulit kayu harus dicari unt uk m em bungkus t ubuhnya. Akan t et api, Kom ot kem udian m elakukan w aruk dan Trioknat sem buh. Bahkan sam pai sekarang orang laki- laki akan jat uh sakit kalau seorang w anit a dat ang bulan di dalam rum ah, at au kalau laki-laki it u m andi sesudah bersanggama. Juga dicerit akan bahw a ket ika Komot sudah lanjut usia, dan ist ri-ist rinya dat ang bulan di dalam rum ah, ini m enyebabkan kemat iannya….”

dengan

139 Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 207-208. 140 Komot , Penguasa Binat ang Liar. Baik di Yibi m aupun di Kaw angt et , Sebagaim ana

pembahasan t ent ang roh-roh yang berpengaruh bagi etnik ini, Kómòt adalah salah sat u m akhluk halus paling pent ing di dalam mit ologi. Dikat akan bahw a ia it u bukan manusia, juga bukan arw ah (t aw at) orang m ati. Tidak diket ahui bagaim ana wujudnya, t et api ia disam akan dengan angin. Dikat akan bahw a kom ot itu adalah burung pem angsa yang m enangkap ikan. Dialah yang m engat ur kehidupan orang M uyu bagaim ana keadaan sekarang. Dia juga dikat akan t elah mencipt akan m at ahari, t anah, pulau-pulau, dan binat ang-binatang, dan it u dikerjakannya t anpa mengeluarkan t enaga sam a sekali: yang dibuat nya hanyalah m em ikirkan sesuat u, dan t ercipt alah apa yang dipikirkan itu.

disinggung

dalam

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Selain pengaruh ìpt èm haid at au menst ruasi yang bisa membaw a pengaruh buruk pada laki-laki, ìpt èm perempuan M uyu yang sedang mengalami persalinan juga diyakini bisa menyebabkan w aruk seorang laki-laki M uyu melemah;

“ Ìpt èm yang keluar dari w anit a yang sedang bersalin juga dit akut i. Oleh karena it u, persalinan harus t erjadi di luar perm ukim an, di t em pat perlindungan yang dibangun oleh suaminya di dalam hut an unt uk keperluan it u. Di Yibi seorang w anit a m elahirkan di kolong rum ahnya ket ika suam inya berada di Sorong. Kepala desa menolak unt uk m engunjungi rum ah it u— m eskipun ia set uju unt uk berbuat dem ikian ketika akan regist rasi penduduk. Kepala desa it u t akut kalau-kalau lant aran ìpt èm w anit a t ersebut , m akhluk-m akhluk halus di dalam rum ah it u t idak puas lagi, dan m ungkin akan m enangkap jiw anya dan m em baw anya pergi. Dat ang bulan di dalam rumah juga dapat m em baw a akibat ini” 141 .

Secara umum gejala sakit yang diyakini dapat dit imbulkan oleh ìpt èm menst ruasi adalah sakit t enggorokan dan radang pada set iap persendian. Terjadi bengkak-bengkak at au memar pada set iap persendian laki-laki;

“ …begini pak, pada saat seorang ibu at au ist ri sedang haid, dia dilarang m enggunakan kaos atau celana pendek suam inya unt uk dikasih sebagai pem balut nya. Apabila dia m elakukannya, m aka sem ua persendian suam i bisa m engalam i bengkak-bengkak pak… lut ut nya bisa memar- m em ar... Demikian juga apabila anak perem puanyang sedang dapat haid m em akai kaos at au celana kakak atau adik laki-laki dia punya, m aka kakak at au adiknya

141 Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 210.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

t ersebut bisa m engalam i pem bengkakan di set iap sendinya. Bengkak-bengkak it u t idak dapat disem buhkan m elalui pengobat an m edis. Ini keyakinankami punya adat pak... Saya percaya it u pak... adat kami yang kam i harus pegang t eguh…” (Tharsisia Kont arep, 47 t ahun).

Kepercayaan pada “ kot or” nya darah perempuan yang sedang mengalami menst ruasi dan at au bersalin it u juga berlaku pada Et nik Ngalum di Oksibil, Kabupat en Pegunungan Bint ang, dan Et nik Tow e Hit am di Kabupat en

Jayapura. Kurniaw an dkk. 142 menyebut kan bahw a Et nik Ngalum juga mengucilkan perempuan yang sedang

bersalin pada pondokan kecil yang mereka sebut sebagai

Sukam 144 . Sedang Djoht lebih menekankan pada “ kot or” nya darah pada proses persalinan perempuan

Tow e yang dipercaya bisa membaw a sial bagi laki-laki, sehingga membuat kekuat an laki-laki melemah, dan it u art inya bisa menjadi malapet aka bagi seluruh isi rumah,

142 Periksa Aan Kurniaw an, Ivon Ayomi, Pet rodes M . M ega S. Keliduan, Elyage Lokobal, Agung Dw i Laksono,2012. Buku Seri Et nografi Kesehatan Ibu dan

Anak 2012, Et nik Ngalum , Distrik Oksibil, Kabupat en Pegunungan Bint ang, Provinsi Papua. Surabaya; Pusat Hum aniora, Kebijakan Kesehat an dan Pemberdayaan M asyarakat , Badan Penelit ian dan Pengembangan Kesehat an, Kement erian Kesehat anRI., 80. 143 Rum ah khusus ini dibangun t idak jauh dari rum ah induk (abip), biasanya

hanya beberapa m eter jauhnya. Kaum laki-lakilah yang m em bangun rum ah ini. Bent uk bangunannya tidak berbeda jauh dari bent uk rum ah ut am a, hanya ukurannya lebih kecil. Biasanya sebuah sukam berukuran kurang lebih 2X2 m et er. Tidak semua keluarga dalam sat u rum pun iwol m em iliki sukam. Biasanya sebuah sukam dibangun unt uk m em enuhi kebut uhan sebuah keluarga besar. 144 Djekky R., Djoht , 2003. “ Tow e, M asyarakat yang Ham pir Punah” dalam

Jurnal Ant ropologi Papua , Volum e 2. NO. 4 Agust us 2003, 13-26.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

karena bisa menjadi kegagalan laki-laki Tow e unt uk mencari nafkah bagi keluarganya. Oleh karena it u w anit a Tow e harus diasingkan pada saat sedang bersalin.

Secara filosofis, seringkali konsep sehat -sakit pada bermacam et nik yang ada t anah Papua selalu dikait kan dengan masalah at au konsep keseimbangan. Bila keseimbangan t erganggu maka akan ada kejadian sakit . Penyebab gangguan bisa bermacam-macam , t et api seringkali gangguan disebabkan oleh roh-roh, arw ah, at au sihir yang dibuat (black m agic) oleh orang lain.

Et nik M oi di beberapa w ilayah yang berbeda di Papua juga memiliki konsep yang berbeda. M eski sedikit banyak juga memiliki kemiripan;

“ Orang M oi

kot a Jayapura m engkonsepsikan sakit sebagai gangguan keseim bangan fisik apabila masuknya kekuat an alam m elebihi kekuatan m anusia. Gangguan it u disebabkan oleh roh m anusia yang m erusak t ubuh m anusia 145 . Orang M oi di Kepala Burung Papua (Sorong) percaya bahw a sakit it u disebabkan

kekuat an-kekuatan supernat ural, sepert i dew a-dew a, kekuat an bukan m anusia seperti roh halus dan kekuat an m anusia dengan m enggunakan black magic. Di sam ping it u ada kepercayaan bahw a kalau orang melanggar pant angan- pant angan secara adat m aka akan menderit a sakit . Orang M oi, bagi ibu ham il dan suam inya it u harus berpant ang t erhadap beberapa m akanan, dan kegiatan, at au t idak boleh m elew at i t em pat -t em pat yang keram at

oleh

adanya

145 Dum at ubun, 2002. “ Kebudayaan, Kesehat an Orang Papua” , 44-62.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

karena bisa t erkena roh jahat dan akan sakit 146 . Hal yang sam a pula bagi orang M oi Kalabra yang berada di hulu

Sungai Beraur (Sorong). M ereka percaya bahw a penyakit it u disebabkan oleh adanya gangguan roh jahat , buat an orang sert a m elanggar pant angan-pant angan secara adat . M isalnya bila seorang ibu ham il m engalam i keguguran at au perdarahan selagi hamil it u berart i ibu t ersebut t erkena ‘haw a kurang baik’ (t erkena black magic / at au roh jahat ). M ereka juga percaya kalau ibu it u t idak bisa ham il/ t idak bisa meneruskan ket urunan, berart i ibu t ersebut t elah dikunci karena suam i belum m elunasi m as kawin. Kehamilan akan t erjadi bila sang suam i sudah dapat m elunasinya, m aka penguncinya

akan m em buka black magic-nya it u” 147 . Et nik M arind-anim yang bert et angga dengan Et nik M uyu

di w ilayah Papua bagian Selat an, dan Et nik Ngalum yang berbat asan secara langsung di sebelah Ut ara, juga memiliki konsep sehat -sakit yang dihubungkan konsep keseimbangan dan black m agic ;

“ Orang M arind-anim yang berada di Selat an Papua juga m em punyai konsepsi t ent ang sehat dan sakit , dim ana apabila seseorang it u sakit berart i orang t ersebut t erkena

guna-guna (black magic ). M ereka juga m em punyai pandangan bahw a penyakit it u akan dat ang apabila sudah t idak ada lagi keim bangan ant ara lingkungan hidup dan m anusia. Lingkungan sudah t idak dapat m endukung kehidupan m anusia, karena m ulai banyak. Bila keseim bangan ini sudah t erganggu m aka

A.E., Dum at ubun, 1999. Rapid Ethnographic Assesment : Pengembangan KIE dalam Rangka Penurunan Angka Kemat ian Ibu di Kecamatan Beraur, Salaw ati dan Kecamat an Samat e, Kabupaten Sorong. Jayapura; UNICEF-PM D 147 Ibid .

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

akan ada banyak orang sakit , dan biasanya m enurut adat m ereka, akan dat ang seorang kuat (Tikanem) yang m elakukan pem bunuhan t erhadap w arga dari m asing- m asing kam pung secara berurut an sebanyak lim a orang, agar lingkungan dapat kem bali norm al dan bisa m endukung kehidupan w arganya” 148 .

“ Kesehat an dalam pandangan orang Ngalum adalah sebuah sinergi ant ara kehidupan yang sekarang mereka jalani dengan adat set em pat yang m asih berlaku. Dalam bahasa Ngalum sehat adalah Yep sedangkan sakit adalah Yol. Kondisi sehat secara um um dapat diart ikan sebagai kondisi siap kerja, yait u kondisi saat seseorang m asih dapat

berakt ivit as

secara

norm al dan dapat

m elaksanakan kew ajiban dan t anggung jaw abnya” 149 . Orang Papua yang t inggal di w ilayah bagian Ut ara

sebagai hubungan keseimbangan dengan kekuat an gaib;

mengkonsepsikan

sehat -sakit

lebih

“ Orang Biak Num for m engkonsepsikan penyakit sebagai suat u hal

yang m enyebabkan t erdapat ket idak- seim bangan dalam diri t ubuh seseorang. Hal ini berart i adanya sesuat u kekuat an yang diberikan oleh seseorang m elalui kekuat an gaib karena kedengkiannya t erhadap orang t ersebut ” 150 .

Beberapa et nik lain yang t ersebar di Papua juga memiliki kemiripan t erkait

yang seringkali berhubungan dengan masalah keseimbangan, hal gaib, at aupun black m agic ;

konsepsi

sehat -sakit

148 Dum at ubun, 2002. “ Kebudayaan, Kesehat an Orang Papua” , 44-62. 149 Aan Kurniaw an, dkk.,2012.“Buku Seri Et nografi Kesehat an” , 41-43. 150 Dum at ubun, 2002. “ Kebudayaan, Kesehat an Orang Papua” , 44-62.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

“ Hal yang sam a pula t erdapat pada orang Am ungm e, dim ana

bila t erjadi ket idak seim bangan ant ara lingkungan dengan m anusia m aka akan t im bul berbagai penyakit . Yang dim aksudkan dengan lingkungan di sini adalah yang lebih berkait an dengan t anah karena t anah adalah ‘m am a’ yang m emelihara, m endidik, m erawat , dan m em berikan m akan kepada m ereka” 151 .

“ Orang Hat am yang berada di daerah M anokwari percaya bahw a sakit it u disebabkan oleh gangguan kekuat an supranat ural sepert i dew a, roh jahat , dan buat an m anusia. Orang Hat am percaya bahw a bila ibu ham il sulit m elahirkan, berart i ibu t ersebut t erkena buat an orang dengan obat racun (rumuep) yait u suanggi, at au penyakit oleh orang lain yang disebut priet ” 152 .

“ Orang Kaureh di Kecam at an Lereh percaya bahw a seorang ibu yang m andul adalah hasil perbuat an orang lain yait u dengan black magic at au juga karena kut ukan oleh keluarga yang t idak m enerim a bagian hart a m as kaw in” 153 .

“ Hal yang serupa pula pada orang Walsa (Keerom ), percaya bahw a sakit disebabkan oleh gangguan roh jahat , buat an orang, at au t erkena gangguan dew a-dew a. Bila seorang ibu ham il m eninggal t anpa sakit t erlebih dahulu, berart i sakit nya dibuat orang dengan jam pi- jam pi (sinas), ada pula disebabkan oleh roh-roh jahat (beuvw a). Di sam ping it u sakit juga disebabkan oleh

151 Ibid. 152 Dum at ubun, 1999. Rapid Et hnographic Assesment : Pengembangan KIE dalam Rangka Penurunan Angka Kemat ian Ibu di Kecamatan Prafi dan

Kecamatan Bint uni, Kabupat en M anokwari . 153 Ibid .

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

m elanggar pant angan-pant angan secara adat baik berupa m akanan yang dilarang, dan perkaw inan” 154 .