Pola M enyusui

4.6. Pola M enyusui

M enurut dat a Profil Puskesmas M indipt ana t ahun 2013 masih t erdapat 38,56% ibu yang t idak memberikan bayinya Air Susu Ibu (ASI) ekseklusif. Jumlah t ersebut merupakan persent ase dari 57 bayi berumur 0-6 bulan yang ada di 12 kampung yang menjadi w ilayah kerja Puskesmas M indipt ana. Secara t erperinci persent ase pencapaian ASI ekseklusif per kampung dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Set elah dit elusur ke beberapa informan ibu rumah t angga, memang kebiasaan yang lazim berlangsung di w ilayah Dist rik M indipt ana ini ibu-ibu cenderung memberikan ASI ekseklusif hanya sampai dengan bayi berumur t iga sampai empat bulan. M enginjak bulan ke-empat at au lima biasanya bayi sudah diberikan makanan keras.

M akanan keras yang dimaksudkan kadangkala sudah merupakan makanan yang diperunt ukkan bagi orang dew asa, hanya saja dalam proses pemberiannya dihaluskan t erlebih dahulu. M asyarakat Et nik M uyu mengenal ist ilah dokman kom bi, yait u memberi makan bayi dengan makanan yang t elah dikunyah oleh ibunya t erlebih dahulu.

Sedang unt uk pemberian kolost rum pada bayi, penelit i menemui pendapat yang berbeda-beda. Ada yang berpendapat sama sekali dilarang bagi perempuan M uyu unt uk memberikan kolost rum kepada bayinya, sedang yang lainnya memberikannya begit u saja karena dia t idak mendengar ada larangan sama sekali dari orang t uanya t erkait hal t ersebut .

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

IM KO 50.00% AM GGUM BIT

NIYIM BANG 100.00% ANDOKBIT

50.00% EPSEM BIT

WANGGATKIBI 80.00% KAKUNA

50.00% OSSO

KAM KA 66.67% M INDIPTANA

Gambar 4.5. Dat a Cakupan ASI Ekseklusif (0-6 bulan) Bulan Januari-Desem ber 2013 di Wilayah Puskesm as M indipt ana Sum ber: Profil Puskesm as M indipt ana Tahun 2013

Florent ina Ambokt en (40 t ahun), mengakui t idak memberikan kolost rum saat kelahiran anaknya yang pert ama;

“ ...dulu saya m elahirkan di bévak pak, dulu saya belum m engert i soal it u. Saya dilarang saya pu m am a untuk m em berikan it u susu yang pert am a kali keluar. Sampai

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

sekarang saya juga t idak t ahu apa alasannya? Pokoknya t idak boleh begit u saja...”

Tet api unt uk ke-enam anak berikut nya, perempuan M uyu yang t inggal di Kampung Kamka ini mengaku memberikan kolost rum pada anak-anaknya. Perannya sebagai kader kesehat an membuat Florent ina mempunyai akses informasi kesehat an saat berint eraksi dengan pet ugas kesehat an.

M enurut t okoh masyarakat Et nik M uyu dari Kampung Aw ayanka, Barnabas Kalo (68 t ahun), air susu yang keluar pert ama kali memang t idak boleh diberikan pada bayi, karena air yang keluar pert ama kali it u bukan air susu;

“ ...it u air yang keluar pert am a it u t ra (t idak) boleh diberikan pada bayi pak. It u bukan air susu... it u kan w arnanya bening... it u hanya selaput yang melapisi m am a pu air susu. Jadi sebenarnya it u bukan bagian dari m am a pu air susu... it u harus dibuang... t ra boleh dim inum kan. Set elah beberapa saat mam a pu payudara direm as-rem as, air yang pert am a keluar dibuang... baru air susu put ih yang keluar kem udian diberikan pada bayinya...”

Informasi yang senada disampaikan oleh Thadeus Kambayong (54 t ahun), menurut Thadeus orang-orang t ua mereka pada jaman dulu, t idak memberikan air susu pert amanya (kolost rum) kepada bayinya. M ereka membuangnya ke t anah. M enurut Thadeus hal ini dilakukan sebagai simbol memberikan minum kepada dem a (dew a-dew i at au roh halus) penguasa bumi agar bayi yang baru lahir bisa selamat .

Informasi t ersebut dikuat kan dengan pernyat aan M art ina Denkok (30 t ahun). Perempuan M uyu yang sudah beberapa kali menolong persalinan ini menyat akan t idak perlu memberikan air susu ibu yang t idak berw arna put ih.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

“ ...it u adalah perkat aan dari orang-orang t ua... it ulah yang harus kit a ikut i. Harus mem berikan air susu yang berw arna put ih, bukan yang berw arna kuning. Air susu pert am a it u berw arna kuning dan t idak baik. Bayi baru lahir t ra (t idak) minum ASI dari pagi hingga sore, dan set elah ASI yang keluar berw arna put ih, barulah diberikan kepada bayi.”

Pengalaman yang berbeda dit ut urkan oleh Pet ronela Apai (32 t ahun). Perempuan M uyu yang t inggal di Kampung Wanggat kibi ini mengaku memberikan kolost rum pada bayinya, meski dia t idak mendapat informasi apapun dari pet ugas kesehat an. Karena t idak ada larangan apapun yang didengarnya, maka dia memberi bayinya kolost rum begit u saja, t anpa juga Pet ronela Apai t ahu at au menyadari apa manfaat kolost rum bagi bayinya.

Unt uk perempuan M uyu yang akan menyusui, t et api t idak ada air susu yang keluar, maka ada beberapa cara secara adat t radisional M uyu yang bisa diupayakan. Ada dua hal, yait u dengan menggunakan kayu busuk dan/ at au menggunakan pisang hut an yang dibungkus dengan daun bom kung.

Kayu busuk yang dimaksud adalah kayu busuk dalam art i yang sebenarnya, yait u kayu yang mengalami proses pembusukan secara alamiah di hut an. Caranya hanya dengan meremas-remas kayu busuk sampai keluar airnya, kemudian air perasan kayu busuk t ersebut dipercik-percikkan di at as payudara ibu.

Tidak dicerit erakan adanya pembacaan mant ra-mant ra pada saat meremas kayu busuk at aupun saat memercikkannya ke payudara. M asyarakat Et nik M uyu meyakini bahw a air yang dihasilkan dari remasan kayu busuk dengan sendirinya akan mendat angkan air susu. “ Iya it u… ada cara pake kayu busuk

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

unt uk kasih keluar ASI. Percik-percik saja air ramasan kayu busuk ke payudara mama…,” jelas M art ina Denkok (30 t ahun).

Gambar 4.6. Daun Bomkung Sum ber: Dokument asi peneliti, M ei 2014

Selain menggunakan kayu busuk, ada juga cara lainnya, yait u dengan menggunakan pisang. Tidak dilaporkan adanya kekhususan jenis buah pisang yang bisa dipergunakan.

Cara melakukannya adalah dengan menumbuk buah pisang, kemudian membungkusnya dengan daun bom kung, selanjut nya meremas-remas bungkusan buah pisang di dalam daun bom kung t adi di at as kepala ibu dan juga payudara ibu. Dengan melakukan cara demikian masyarakat Et nik M uyu meyakini bahw a payudara ibu akan berisi air susu dalam beberapa hari.

Sedang unt uk melancarkan air susu ibu yang keluar, masyarakat M uyu sudah mengenal daun kat uk sebagai salah sat u jenis sayuran yang dapat memperlancar air susu. Selain it u

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

masyarakat Et nik M uyu juga mengenal beberapa makanan pant angan (am òp) bagi ibu bersalin. Beberapa diant aranya adalah daging t uban (t ikus hut an), kaluang (kelelaw ar), om dik birim (kuskus kuning), burung mamruk, ònkéw ét (burung t aw on- t aw on), buaya, sert a babi.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014