M asa Kehamilan

4.2. M asa Kehamilan

Pada pokok bahasan ini akan dibahas t ent ang empat t opik seput aran masa kehamilan. Empat t opik it u t erdiri dari upaya secara t radisi dari pasangan Et nik M uyu yang belum punya anak, kemudian t ent ang peraw at an kehamilan, peran suami dalam peraw at an kehamilan, dan pola pemeriksaan kehamilan dari perempuan Et nik M uyu di pelayanan kesehat an yang disediakan oleh Pemerint ah.

4.2.1 Pasangan yang Belum Punya Anak

M erupakan sebuah masalah t ersendiri bagi pasangan suami ist ri yang belum dikaruniai momongan at au belum memiliki anak set elah sekian lama hidup berumah t angga. Serasa kehidupan rumah t angganya belum lengkap.

Bagi masyarakat Et nik M uyu, ada sat u “ air” khusus yang mereka yakini mampu menyelesaikan masalah t ersebut . Tana yérép ók, demikian mereka menyebut air yang bisa membant u pasangan suami-ist ri mendapat kan mom ongan.

Tana yérép ók (t ana=anak; yérép=keinginan; ók=air), dalam Bahasa M uyu diart ikan sebagai “ ingin punya anak” at au “ haus unt uk punya anak” . t ana yérép ók diyakini masyarakat Et nik M uyu dapat menyuburkan pasangan yang mandul at au belum mempunyai ket urunan.

Tana yérép ók yang dimaksudkan masyarakat Et nik M uyu adalah sebuah hulu sungai yang airnya menet es dari bebat uan;

“ …it u ada kepala kali (hulu sungai) disana... yang airnya dapat keluar m enet es dari bat u-bat uan. It u air t et esan bisa dit am pung unt uk dikasih minum . It u bat u saat kit a am bil air t et esannya keluar suara m acam bayi m enangis…” . (Rosa M ianip, 56 t ahun)

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Lokasi t ana yérép ók menjadi mist eri bagai sebagian besar orang M uyu. Informasi ini dirahasiakan oleh orang M uyu yang t ahu, karena informasi semacam ini t ermasuk am óp(pamali) unt uk diberit akan. Informan hanya berani memberi perkiraan ancar-ancar lokasinya yang berada di ant ara Kampung Wanggat kibi, Kampung Amuw an dan Kampung Kakuna.

Thadeus Kambayong (54 t ahun), mengaku pernah memanfaat kan t ana yérép ók. Lelaki M uyu dari Kampung Angumbit

ini mencerit erakan pengalamannya pada pernikahannya yang kedua. Set elah ist ri pert amanya meninggal, Thadeus menikah kembali dengan seorang janda yang usianya lebih t ua dua t ahun dari usia Thadeus. Usia yang t ak lagi muda membuat Thadeus sempat w as-w as dan berpikir, apakah masih memungkinkan baginya unt uk mempunyai anak lagi? Karena it u ia memint a kepada m am a kaw in-nya (saudara sepupu) unt uk membaw a t ana yérép ók.

Pada akhirnya mereka berhasil mendapat kan t ana yérép ók. Thadeus Kambayong dan ist rinya mengaku meminum air ajaib it u. Selang set ahun kemudian Rosa M ianip (56 t ahun), ist ri Thadeus, bisamengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Bahkan set elahnya Thadeus dan ist ri masih dikaruniai lagi seorang put ri.

“ …Sa dengan ibu kan w akt u kaw in it u beda um ur. Ibu um ur 39 dan sa 37. Jadi sa m acam kecew a begit u. Bisa dapat anak ka tidak. baru sa pu mam a kaw in yang pergi baw a air it u baru m am a m inum t rus sa juga minum. Baru nant i dapat Novaris…” (Thadeus Kam bayong, 54 t ahun)

Pengakuan lain dinyat akan Ludw ina Tom (26 t ahun), yang menget ahui bahw a beberapa t eman sekolahnya yang t elah berkeluarga t urut meminum t ana yérép ók agar bisa diberi momongan, dan dicerit erakan mereka akhirnya berhasil memiliki

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

anak, “ ...saya punya t eman-t eman sekolah juga ada yang minum air it u, t ana yérép ók it u. ada orang yang ambil baru dong minum. M emang langsung punya anak...,” t erang Ludiw ina.

Set elah pasangan suami-ist ri yang dit olong t elah t erkabul keinginannya unt uk mendapat kan mom ongan, maka biasanya disediakan im balan balas jasa kepada orang yang membaw akan air t ana yérép ók it u, biasanya berupa hasil kebun. M eski ada juga berupa pew arisan nama kepada bayi yang akan lahir dari pasangan yang t elah dit olong. Pola pew arisan nama mengikut i nama si pembaw a t ana yérép ók, at au suami/ ist rinya. Tergant ung pada jenis kelam in bayi yang lahir kemudian.

Bagi pasangan suami ist ri yang sudah lama menikah dan t idak mempunyai anak, bisa mengundang pembicaraan yang kurang nyaman di kalangan masyarakat kampung;

“ …ada sa pu sodara perem puan yang su kaw in, baru su dua t ahun ini, di dengan di pu suam i dong dua t rada anak. Jadi kit ong bilang, kenapa bisa begit u e..orang suka t anya-t anya, kenapa t rada anak, padahal su kaw in lam a…” (Pet ronela Apai, 32 t ahun)

Bagi masyarakat Et nik M uyu ada upacara at au rit ual adat khusus yang bisa dilakukan unt uk mendapat kan anak. Upacara ini merupakan jenis upacara persembahan. Upacara dilakukan dengan cara memot ong ayam put ih. Dalam prosesnya, darah ayam it u diberikan kepada perempuan M uyu yang menginginkan anak unt uk dim inum ;

“ …ada sa pu ist ri pu keluarga dekat , dia dengan dia pu suam i kaw in t api su dua t ahun t idak punya anak. Trus ada panggil orang dari luar kam pung dat ang baru bikin upacara adat . Dong baw a ayam put ih, baru pot ong ayam it u dan di pu darah kasi m inum ke sodara perem puan it u. Trus sekarang sudah punya anak. Di pu anak yang

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

lahir ada kem bar t api sat u su m eninggal, t api ada punya anak lagi. Jadi sekarang sudah punya anak...” (Eduardus Kim bun, 35 t ahun)

Sebagai imbalan unt uk membalas jasa kepada orang khusus yang t elah menolong dan memimpin upacara unt uk memperoleh anak, biasa diberikan imbalan berupa babi at au uang. Imbalan it upun diberikan jika orang t ersebut memint a, t et api jika t idak maka t idak perlu unt uk membayar imbalan apapun. Ini disesuaikan dengan keadaan ekonomi orang yang dit olong.

Nuraini, dkk mencat at ada upaya memperoleh kehamilan dengan met ode yang berbeda pada Et nik Dayak Siang M urung di Desa Dirung Bakung, Kabupat en M urung Raya. M asyarakat di Desa Dirung Bakung menggunakan buah nanas yang dipanaskan

sebagai media unt uk mendapat kan ket urunan 201 , “ …t radisi dengan m enggunakan melaka at au yang biasa

dikenal dengan buah nanas. Caranya adalah, sang ist ri harus m em anaskan buah nanas t ersebut di at as api, kem udian sang suam i harus m em belahnya. Cara m em belahnya pun harus dalam keadaan berdiri dan buah harus t erbelah dengan sekali t ebas, t idak boleh lebih dari it u. Set elah t erbelah m aka nanas harus dijat uhkan ke lant ai dan dilihat posisinya. Jika belahan nanas it u t ert ut up m aka harus dim akan oleh laki-laki, sedangkan jika belahan it u t erbuka m aka nanas harus

Nuraini, Syarifah, M . Gullit Agung W., Isabella Jeniva, M aw at i erlina, Rachm alina S. Prasodjo, 2012. Buku Seri Et nografi Kesehat an Ibu dan Anak 2012, Et nik Dayak Siang M urung, Desa Dirung Bakung, Kecamatan Tanah Siang, Kabupat en M urung Raya, Provinsi Kalimant an Tengah . Pusat Hum aniora, kebijakan Kesehat an dan Pem berdayaan M asyarakat , Badan Penelit ian dan Pengem bangan Kesehat an, Kem enterian Kesehat an Republik Indonesia; Surabaya, 78

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

dim akan oleh perem puan. Nanas harus segera dim akan hingga habis dan t idak ada yang boleh t ersisa.”

Sedang M asyarakat Et nik M amasa melakukan prakt ek t radisi yang berbeda unt uk mendapat kan ket urunan, meski ada sedikit kesamaan pola dengan masyarakat Et nik M uyu, yang

melibat kan sungai sebagai salah sat u medianya 202 . Et nik M amasa di Desa M akuang, Kabupat en M amasa, ini m enyebut t radisi

t ersebut sebagai rit ual m em ala’; “ …di Desa M akuang ada t radisi unt uk bisa m endapat kan

anak, yait u pergi memala’ guna m emint a ket urunan. Tradisi t ersebut dilakukan di sungai dengan m em baw a t elur kem udian dilem parkan ke dalam sungai. Apabila perm int aan mereka dapat t erkabul (ist ri bisa hamil), m aka set elah ibu m elahirkan, m ereka akan dat ang kem bali ke sungai sam bil mem baw a dua ekor ayam , yait u ayam m erah dan ayam rame. Jum lah ayam yang dibaw a minim al adalah dua ekor, nam un jika m em baw a lebih dari dua ekor t idak m asalah. Bahkan, ada pasangan yang m engaku m em baw a sepuluh ekor ayam sebagai rasa syukur t elah m endapat kan ket urunan 203 .”

Upaya-upaya dengan t radisi yang berbeda unt uk mendapat kan kehamilan pada set iap Et nik yang berbeda merupakan sebuah gambaran, bahw a berket urunan merupakan sebuah kew ajiban bagi set iap et nik secara luas, dan marga dalam lingkup yang

lebih sempit , unt uk dapat meneruskan

202 Lely Indraw at i, Suharjo, Nur Anit a, Haniel Dom inggus, Nurcahyo Tri Ariant o, Sugeng Rahant o, 2012. Buku Seri Et nografi Kesehat an Ibu dan Anak 2012,

Et nik M amasa, Desa M akuang, Kecamatan M essaw a, Kabupat en M amasa, Provinsi Sulaw esi Barat . Pusat Hum aniora, kebijakan Kesehat an dan Pemberdayaan M asyarakat , Badan Penelit ian dan Pengembangan Kesehat an, Kement erian Kesehat an Republik Indonesia; Surabaya, 76-77 203 Ibid .

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

eksist ensinya, mencegahnya dari kepunahan. Seringkali upaya ini berkait an erat dengan nilai (value) anak bagi orang t ua, yang berlaku pada masing-masing et nik.

204 Di t anah Papua, Djoht mencat at ada beberapa marga pada Et nik Tow e Hit am di Kabupat en Jayapura yang t erancam

mengalami kepunahan, karena hanya t inggal sat u sampai t iga jiw a saja yang t ersisa pada marga t ert ent u;

“ …t erdapat m arga Pul, Kom ond, Yebgeb, Wemi, Songge, M ent e, Kom be, dan Wuva yang populasinya sudah ham pir punah karena hanya berjum lah sat u orang sam pai t iga orang. Diduga m enyusut nya populasi Clan t ert ent u selain karena rent an t erhadap penyakit karena kekurangan gizi, juga karena kepercayaan t erhadap Suanggi (w hichcraft ) yait u suat u kepercayaan yang m enghubungkan

yang m enimpa seseorang karena sakit keras dengan kekuat an gaib yang dim iliki oleh orang lain unt uk m encelakakan. Namun anehnya orang yang dit uduh m em iliki Suanggi adalah perem puan. Para perem puan yang dit uduh Suanggi akan diadili dan kem udian dihukum dengan m em bunuh m ereka dihut an. Akibat nya di Tow e kit a banyak m enem ukan anak-anak piat u yang dipelihara oleh saudara laki-laki ibunya at au saudara laki-laki ayahnya

suat u

perist iw a

yang sudah berkeluarga 205 .”

4.2.2. Peraw atan Kehamilan

Tradisi peraw at an keham ilan bagi masyarakat Et nik M uyu memiliki beragam bent uk dan versi yang berbeda. Seringkali

204 Djekky R., Djoht , 2003. Tow e, M asyarakat yang Ham pir Punah. Jurnal Ant ropologi Papua , Volume 2. Nom or 4 Agust us 2003, 13-26

205 Ibid .

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

bergant ung pada sub marga yang ibu hamil bersangkut an. Karena informasi t ent ang hal ini diw ariskan secara t urun-t emurun pada masing-masing keluarga.

Secara t radisi M uyu ada rit ual khusus yang dilakukan oleh ibu kandung at au t ua-t ua adat (sebut an unt uk t okoh at au pemimpin masing-masing sub marga) pada saat usia kandungan perempuan M uyu mencapai umur sembilan bulan, at au mendekat i usia persalinan. Hanya saja informasi t erkait hal ini t ermasuk amòp (pamali/ pant angan) unt uk dicerit erakan pada orang lain. M enurut keyakinan mereka sangat berisiko bila dicerit erakan, baik bagi yang bercerit era maupun bagi yang mendengarkan. Risikonya bisa mendapat kan celaka bagi kedua belah pihak.

4.2.3. Peran Suami dalam M asa Kehamilan

Pada masyarakat Et nik M uyu, peran suami pada masa kehamilan ist rinya sama saja dengan et nik lainnya, sebagaimana layaknya sebuah pasangan suami-ist ri. Hanya saja menjadi sangat berbeda ket ika mendekat i persalinan. Pada saat t ersebut suami akan mulai menghindar dari ist rinya. Kekhaw at iran karena pengaruh ìpt ém (supernat ural) persalinan yang menjadi alasannya.

Pada umur kehamilan sampai dengan sekit ar delapan bulan, peran suami pada Et nik M uyu yang paling kent ara adalah t urut menghindari makanan yang menjadi pant angan bagi ist rinya pada saat hamil (secara det ail t ent ang makanan pant angan bagi ibu hamil dibahas pada bab t ersendiri t ent ang makanan pada Et nik M uyu). Selain it u t urut mengerjakan pekerjaan lainnya sepert i biasanya.

M enurut Priska Temat ep (63 t ahun), perempuan yang sedang hamil mulai dijauhi suaminya hanya pada saat

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

perempuan it u mau mendekat w akt u persalinan. Usia kandungan sat u sampai delapan bulan, laki-laki t et ap bisa membant u ist rinya unt uk bekerja sepert i membelah kayu, berkebun dan mencari makan. M erupakan t anggung jaw ab bersama bagi suami dan ist ri unt uk bekerja.

Walaupun usia kandungan ibu pada Et nik M uyu t elah mencapai umur delapan bulan, t et api t et ap saja harus bekerja, hal ini dimaksudkan agar pada proses persalinan bisa lebih cepat . Cepat nya proses persalinan dipandang mengunt ungkan bagi kesehat an ibu bersalin. Apabila selama keham ilan sang ibu t idak bekerja, maka dalam keyakinan masyarakat Et nik M uyu pada saat usia kandungan sudah sembilan bulan sekalipun ibu belum bisa bersalin.

M enjelang masa persalinan, at au pada usia kehamilan sembilan bulan, suami akan mulai menghindari ist rinya. Hal ini dilakukan agar suami t et ap sehat , dan w aruk (kesakt ian) yang dimilikinya t idak hilang;

“ ...ìpt ém persalinan it u bahaya pak. Laki-laki harus m enjauhi it u. Tra (t idak) boleh dekat -dekat dengan dia pu ist ri saat m endekat i m asa m elahirkan. Nant i dia pu w aruk bisa hilang... bisa jat uh sakit m acam bat uk, sesak nafas, bengkak-bengkak...” (Pius Birak, 69 t ahun)

Peran lain suami pada masyarakat Et nik M uyu saat ist rinya hendak melahirkan adalah membuat kan gubuk at au rumah kecil unt uk pengasingan ist rinya. Rumah kecil ini biasa disebut sebagai t ana baram bon am bip (t empat persalinan) at au bévak . Bévak harus dengan segera disiapkan agar pada saat perempuan Et nik M uyu hendak bersalin bisa segera diungsikan di t empat t ersebut , “ Ya harus dibuat kan bévak pak. M au melahirkan dimana? Tra boleh melahirkan di dalam rumah t o! ” ujar Vict or Tenjab, 52 t ahun.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Dalam keyakinan masyarakat Et nik M uyu, ìpt ém perempuan M uyu yang sedang bersalin sama dengan ìpt ém mereka saat mengalami menst ruasi. Keduanya diyakini bisa membuat w aruk laki-laki M uyu lunt ur, dan bahkan bisa menyebabkan sakit . Hilangnya w aruk laki-laki M uyu merupakan malapet aka besar bagi keluarga Et nik M uyu. Karena fungsi sebagai pencari nafkah bagi laki-laki M uyu menjadi lemah. Bila berburu dia sulit mendapat kan binat ang buruan, bila berdagang dagangannya t idak laku, bila berkebun hasilnyapun menjadi kurang bagus, “ …it u (ìpt ém persalinan) bisa buat laki-laki pu w aruk hilang… pergi… menjadi berkurang. Padahal laki-laki kan t anggung jaw ab it u… cari makan… berburu…,” aku Florent ina Ambokt em (40 t ahun).

4.2.4. Pola Pemeriksaan Kehamilan

Pola pemeriksaan kehamilan yang dimaksud di sini adalah kont ak perempuan M uyu yang sedang mengandung dengan t enaga kesehat an. Baik kont ak pemeriksaan yang t erjadi di fasilit as pelayanan kesehat an maupun kont ak hanya dengan t enaga kesehat an saja.

Pola pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil Et nik M uyu yang ada di dist rik M indipt ana secara umum dilakukan dengan cara kunjungan langsung ke kampung-kampung melalui kegiat an Posyandu. Sedang pola lainnya adalah ibu hamil M uyu memeriksakan dirinya sendiri dengan dat ang ke Puskesmas. Tet api pola ke-dua ini kurang begit u populer karena akses t ransport asi yang seringkali menjadi kendala. Baik karena jarak maupun karena ket iadaan sarana t ransport asi.

M eski pet ugas sudah secara pro-akt if dat ang ke kampung- kampung set iap bulan dalam rangkaian kegiat an Posyandu, t et api ant usiasme ibu-ibu hamil M uyu t erasa sangat kurang;

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

“ ...m ereka it u m alas t ahu dengan kondisi kesehat annya pak. Kam i yang harus dat ang ke rum ah-rum ah untuk m engundang m ereka. Agar m ereka m au dat ang Posyandu. Kalo t idak ya mereka t et ap t idak akan dat ang ke Posyandu. Kalo kam i Cum a dat ang ke Posyandu dan t unggu m ereka... sulit sekali m ereka m au dat ang...” (Nat alia Tuw ok, 35 t ahun)

Pada t abel 4.1 dit ampilkan persent ase angka peran sert a ibu ham il dalam memeriksakan kehamilannya pada t enaga kesehat an. Kunjungan pert ama (K1) hanya mencapai 63,4%, sedang kunjungan ke-empat (K4) t urun menjadi 46,3%.

Tabel 4.1. Persent ase Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) di Puskesmas M indipt ana Tahun 2013

Jm l % 1. M indipt ana

Kam pung

Bum il

Jm l

13 7 53,8 2 15,3 2. Kam ka

7 4 57,1 2 28,5 3. Niyim bang

7 4 57,1 3 42,8 4. Aw ayanka

9 4 44,4 7 77,7 5. Andopbit

7 11 157,1 5 71,4 6. Epsenm bit

7 1 14,2 2 28,5 7. Am gum bit

6 4 66,7 3 50,0 8. Osso

12 9 75 6 50,0 9. Kakuna

2 2 100 1 50,0 10. Wanggat kibi

4 2 50 4 100 11. Tinggam

1 16,6 12. Im ko

2 4 200 2 100 TOTAL PKM

82 52 63,4 38 46,3 Sum ber: Profil Kesehat an Puskesm as M indipt ana Tahun 2013

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Sedang Tabel 4.2 membedakan secara lebih det ail kunjungan at au kont ak pert ama ibu ham il yang t erjadi dengan t enaga kesehat an. Diuraikan secara lebih t erperinci ant ara “ K1 M urni” dengan “ K1 Kont ak” . K1 M urni adalah kunjungan pert ama ibu hamil ke t enaga kesehat an yang t erjadi pada t rimest er pert ama, dan hasil cakupannya adalah 63,4%. Sedang K1 Kont ak adalah kunjungan pert ama ibu hamil ke t enaga kesehat an yang t erjadi set elah melew at i t rimest er pert ama, dan hasil cakupannya hanya sekit ar 47,5%.

Tabel 4.2. Persent ase Cakupan K1 M urni dan K1 Kont ak Ibu

Hamil di Puskesmas M indipt ana Tahun 2013

Ibu Ham il K1 Nam a

Sasaran Tot al No.

Kont ak Kam pung

M urni

Bum il

Jm l % Jm l % 1. M indipt ana

Jm l

3 23,0 10 76,9 2. Kam ka

4 57,1 8 114,2 3. Niyim bang

2 28,5 6 85,7 4. Aw ayanka

5 71,4 16 71,4 6. Epsenm bit

1 14,2 2 28,5 7. Am gum bit

2 100 4 200 10. Wanggat kibi

4 2 50 1 25 3 75 11. Tinggam

1 16,6 1 16,6 12. Im ko

39 47,5 91 110,9 Sum ber: Profil Kesehat an Puskesm as M indipt ana Tahun 2013

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Pet ronela Apai, 32 t ahun, yang baru sat u bulan sebelumnya melakukan persalinan mengaku bahw a dirinya mulai memeriksakan kehamilan pada saat kandungannya berusia t iga bulan. Perempuan Et nik M uyu yang t inggal di Kam pung Wanggat kibi ini pert ama kali pemeriksakan kehamilannya dengan melakukan kunjungan secara

langsung ke Puskesmas M indipt ana.

Unt uk pemeriksaan kehamilan selanjut nya, Pet ronela mengaku dat ang ke Posyandu yang diselenggarakan t idak jauh dari rumahnya.

Pengalaman berbeda dicerit erakan oleh Florent ina Ambokt em (40 t ahun). Perempuan M uyu yang t inggal di Kampung Kamka ini mengaku t idak memeriksakan sama sekali kandungannya;

“ Saya pas ham il it u kelas t iga SM A pak... ham pir lulus... it u sekolah di SM A Pet rus Hoboer. Jadi sa m alu sam a t em an-t em an... m alu kalo ket ahuan sudah ham il... jadi saya t ra periksa sam a sekali ke rum ah sakit (Puskesmas M indipt ana), t akut ket ahuan t em an-t em an sekolah... m alu...”

Pengalaman yang sama juga diakui oleh Sisilia Konanem (68 t ahun) dan adiknya Priska Temat ep (63 t ahun), pada saat hamil, mereka sama sekali t idak melakukan pemeriksaan kehamilan di layanan kesehat an. Walaupun pelayanan kesehat an pada w akt u it u sudah t ersedia (Klinik M isi Kat olik), namun mereka t idak menggunakannya. Seringkali alasan yang dipakai adalah karena mereka t inggal di kampung.

Bagi masyarakat M uyu yang t inggal di kampung, cara unt uk menget ahui keham ilan dengan menghit ung hari at au t anggal saat mana mereka dat ang bulan at au t idak. Pada saat dat ang bulan mereka t erhent i, maka mereka akan menget ahui bahw a mereka sedang hamil.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

4.2.5. Upaya M embatasi Kehamilan

M eski Puskesmas M indipt ana membuka pelayanan unt uk pembat asan kehamilan at au keluarga berencana (KB), t et api pelayanan KB sat u-sat unya di Dist rik M indipt ana ini kurang populer bagi masyarakat Et nik M uyu. Part isipasi masyarakat sebagai aksept or KB t erasa masih sangat kurang. Tabel 4.3 berikut menguraikan persent ase cakupan program KB di w ilayah Puskesmas M indipt ana pada t ahun 2013. Dari sekit ar 603 pasangan usia subur yang ada di w ilayah Dist rik M indipt ana, hanya 27,69% saja yang berpart isipasi dalam program KB sebagai aksept or.

Tabel 4.3. Persent ase

Keluarga Berencana di Puskesmas M indipt ana Tahun 2013

Cakupan

Jum lah Aksept or Nam a

Jum lah

Jum lah

Sunt ik % Kam pung

PIL

PUS

Akspet or

Baru Lam a M indipt ana

2 6 26,4 Niyim bang

1 1 7 28,3 Aw ayanka

51 29 1 3 2 9 58,8 Epsenm bit

- 4 16,6 Am gum bit

2 - 2 87,5 Wanggat kibi

0 - 3 22,5 Tinggam

0 1 4 42,1 Tot al PKM

2 10 13 57 27,69 Sum ber: Profil Kesehat an Puskesm as M indipt ana Tahun 2013

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Keikut sert aan dalam program KB belum sepenuhnya dapat dit erima oleh pasangan suami-ist ri Et nik M uyu yang ada di beberapa kampung di Dist rik M indipt ana. Nat alia Tuw ok (35 t ahun), bidan yang melayani pelayanan KB di Puskesmas M indipt ana mengaku bahw a masih banyak ibu-ibu yang belum mengikut i program KB. Seringkali dikarenakan mereka sulit mendapat kan ijin dari suam inya;

“ Ada suam i t idak m au unt uk ist rinya ikut karena suam i t akut kalau ist rinya selingkuh. Saya juga agak repot . Tapi t idak sem ua ibu m au ikut KB. Hanya sat u-sat u. Ada ibu yang diam -diam ikut dan ket ahuan suami, lalu suam i dat ang ke pet ugas dan m arah-m arah pet ugas. M akanya unt uk ikut KB, harus perset ujuan suam i juga...” (Nat alia Tuw ok, 35 t ahun)

M enurut pengakuan Nat alia Tuw ok, ibu-ibu yang biasa dibant u persalinannya, set elah bersalin mereka dianjurkan unt uk mengikut i program KB. Namun seringkali para ibu mengeluh bahw a mereka t akut nant inya suami-suami mereka akan berselingkuh, meski para suami juga mengeluhkan alasan yang sama.

Bidan Puskesmas M indipt ana lainnya, Pamijaya Wangbon (37 t ahun), mengungkapkan alasan yang senada. M enurut Pamijaya bahw a pada saat ibu akan mengikut i program KB, t ent unya akan membat asi kehamilan ibu, suaminya t akut kalau- kalau dengan jalan demikian, ibu akan berhubungan dengan pria lain, dan it u t idak ket ahuan. Oleh karena it u, para suami t idak mengijinkan para ist ri mereka mengikut i program KB.

M eski secara umum masyarakat Et nik M uyu jarang yang mau berpart isipasi unt uk mengikut i program KB yang diselenggarakan oleh Pemerint ah, t et api mereka mempunyai rit ual at au t at a cara KB mandiri secara adat . Unt uk KB yang jenis

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

ini mereka mengaku mau saja menjalankannya. Berikut adalah t at a cara KB yang diyakini sebagai adat Et nik M uyu;

1) Pada w akt u bayi dan plasent a lahir, kemudian plasent a bayi dipot ong;

2) Bayi dipisahkan dari plasent anya;

3) Kemudian plasent a diikat dengan bent uk simpul;

4) Plasent a yang t elah diikat simpul t adi dipegang bersama- sama dengan t ali pusat dan digosokkan dari pusat perut ibu sampai t urun ke bagian kemaluan;

5) Plasent a t adi dilet akkan di bagian baw ah ari-ari lalu dikubur

dengan posisi demikian. Biasa dikubur di bagian belakang rumah.

Demikian cara KB alam i menurut keyakinan masyarakat Et nik M uyu yang dilakukan unt uk membat asi kehamilan ibu-ibu M uyu. Apabila ingin mengembalikan agar sang ibu kembali bisa memiliki ket urunan, maka orang yang melakukan KB adat t ersebut akan memberikan air put ih kepada si ibu. Diyakini kemudian si ibu it u akan kembali mempunyai ket urunan. Karena orang t ersebut yang melakukan KB adat kepada orang yang memint a, maka air put ih hanya bisa diberikan kepada orang yang sudah menyelenggarakan KB adat t ersebut . Hal ini t idak bisa berlaku pada orang lain;

“ ...w akt u it u saya bikin unt uk ibu Florent ina Am bokt em m akanya di pu anak kem bar dua lahir lagi. Jadi saya kasih air put ih. Tidak bisa orang lain. Harus orang yang bikin KB unt uk ibu it u. Karena ibu dia yang bikin jadi dia yang harus kasi air…” (Pam ijaya Wangbon, 37 t ahun)

Bidan Nat alia Tuw ok adalah salah sat u bidan di Puskesmas M indipt ana yang t idak mempercayai cara KB adat t ersebut , “ ...cara KB adat sepert i yang dilakukan oleh mereka it u

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

hanya sugest i dan kepercayaan mereka saja pak,” dalih Nat alia. M eski demikian Nat alia mengaku membiarkan saja ibu-ibu yang konsult asi dengannya, yang mengaku bahw a mereka masih mau mengikut i KB adat t ersebut . Nat alia Tuw ok t idak dapat memaksakan pada mereka unt uk mengikut i KB yang dianjurkan oleh Pemerint ah. Nat alia memilih membiarkan mereka unt uk mengikut i KB adat sesuai kepercayaannya, dan nant i apabila KB adat yang mereka lakukan t idak berhasil, barulah Nat alia akan memberi pengert ian kembali pada mereka. “ Saya bilang pada mereka ikut i saja... nant i kalau sudah hamil dan kembali kepada bidan baru kit a kasi perjelas. Kalau dia sudah gunakan punya dia, lalu kit a mau masuk, nant i agak susah...,” t ut up Nat alia.