Prinsip Hidup Sama Rata Sama Rasa

c. Prinsip Hidup Sama Rata Sama Rasa

Set iap kemat ian seseorang disebabkan oleh perbuat an jahat orang lain, bukan karena sudah dit akdirkan! M ungkin ungkapan ini yang dapat digunakan unt uk menggambarkan cara pandang masyarakat M uyu t ent ang makna sebuah kemat ian. Oleh sebab it u, bagi mereka menaruh kecurigaan t erhadap set iap orang seolah sebuah keharusan. Hal ini, menurut mereka karena bisa jadi orang it u akan mencelakainya, bahkan membunuhnya. Sikap selalu w aspada dan curiga it u berlaku bagi siapapun, baik musuh-musuh yang jauh, pun juga t et angga dekat , sebelah rumah.

Salah sat u bent uk dari perilaku selalu curiga dan w aspada yang selalu diprakt ekkan masyarakat M uyu adalah t idak sembarang membuang sisa makanan, bahkan lebih dari it u, kot oran sekalipun. Dalam kont eks ini, Thadeus Kambayong menjelaskan

bahw a jangan sampai membuang secara sembarangan kot oran bayi yang dilet akkan di dalam m en. M eskipun sedang dalam perjalanan at au di kebun, kot oran bayi it u harus dibungkus daun dan dilet akkan kembali ke dalam m en, bercampur bayi, unt uk dibaw a pulang dan dibuang di rumah. Ia mengat akan,

“ ...kalau m am a ada pergi ke kebun mem baw a bayi dalam men… lalu bayi m engeluarkan kot oran, m aka m am a t idak akan langsung buang kot oran it u... Tetapi kot oran bayi it u t et ap dibaw a pulang… kot oran it u dibungkus daun dan dim asukkan kem bali ke dalam men... ketika sam pai di rum ah, kot oran bayi it u baru dibuang… M em buang di rum ah pun harus dit anam , jangan sam pai t em pat nya diket ahui orang lain, kalau

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

orang lain t ahu, dan dia ada m arah sam a kit a, m aka kot oran bayi it u akan dipakai unt uk m encelakai kit a punya bayi…”

Sikap dan pandangan it u, benar-benar mew akili sikap dari keseharian dan kesuluruhan masyarakat M uyu. Sikap it u, (seolah) benar-benar mendarah daging, bahkan bersumsum t ulang dalam pribadi masyarakat M uyu. Pernyat aan senada juga penelit i dapat kan dari Krist afora Kanggirenon, 36 t ahun, dan Siria Nananok, 42 t ahun. Keduanya adalah w arga Kampung Anggumbit . “ ...bapak jangan buang sisa makanan dan punt ung rokok sembarangan, nant i orang pakai unt uk mencelakai Bapak” , ingat nya kepada penelit i.

Seakan-akan (bahkan) t elah menjadi sebuah ajaran hidup, sikap dan pandangan it u juga t elah diajarkan kepada anak-anak mereka. Anak-anak M asyarakat M uyu. Sebuah sikap dan pandangan: Jangan mudah percaya dan harus selalu menaruh curiga kepada orang lain, at au siapapun karena kemungkinan akan berbuat

jahat kepadanya. Fajriansyah, 9 t ahun, mengat akan,

“ ..om , kalau t idur siang jendela kam arnya jangan dibuka, harus dit ut up. ...kalau m alam -m alam ada suara-suara di depan at au belakang rum ah, om jangan buka pint unya, it u kupuk. ...om juga jangan buang sem barang sisa m akanan karena nant i akan diam bil orang... untuk m encelakai om …”

Pernyat aan polos bernada pesan bocah kelas 3 SD yang biasa main ke t empat penelit i it u jelas-jelas sangat mengejut kan. M engejut kan dan dan sekaligus semakin menjadi pembenar dari penilaian-penilaian bahw a masyarakat M uyu adalah masyarakat pencuriga. Lebih dari it u, bet apa sikap selalu harus menaruh rasa curiga dan w aspada it u t elah dit ularkan oleh lingkungan (orang

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

t ua dan masyarakat ) kepada anak-anak dan (kemudian) menjadi bagian dari cara pandangnya t erhadap orang lain.

Penilaian serupa juga disampaikan oleh Past or Yoseph Jorolan, 38 t ahun. Past or asal Kabupat en Banggai Kepulauan, Sulaw esi Tengah ini juga menilai bahw a para orang t ua t elah mengajarkan sikap kepada anak-anaknya agar selalu curiga dan w aspada

orang it u dapat mencelakainya. Ia mengat akan, “ ...hampir semua orang t ua di sini selalu mengingat kan anak-anaknya unt uk curiga kepada set iap orang, t idak sendirian di jalan maupun di rumah karena orang lain dapat mencelakainya” .

Sikap hidup selalu curiga dan w aspada yang t ert anam dan t erekspresi dalam perilaku mereka it u bukan t anpa alasan. Tharsisia mengat akan,

“ Bagi m asyarakat M uyu, sikap it u harus selalu dim iliki karena pada dasarnya di ant ara m ereka m udah sekali t im bul rasa “ cem buru” dan iri hat i kepada yang lain. Cem buru dan iri hat i it u m uncul apabila melihat orang lain dianggap mem iliki “ kelebihan” apabila dibandingkan dengan

dirinya. Terut am a kelebihan dalam hal kepem ilikan hart a benda. Kepemilikan at as kekayaan m at eri.

kepem ilikan atas “ kekayaan” it u ada disebabkan oleh usaha pribadi orang yangdicem burui. At au, hal it u karena “ pem berian” orang/ pihak lain… sam a saja it u.”

Bukt i dari penilaian it u, sebut saja misalnya, apabila ada salah sat u anggot a masyarakat Et nik M uyu mendapat bant uan

“ rumah bat u” 116 dari pemerint ah, maka semuanya harus mendapat kan hal yang sama. Apabila hanya “ beberapa orang”

116 ‘Rum ah bat u’ adalah ist ilah set em pat untuk rum ah perm anen dari sem en dan bat u-bat a. Rum ah m asyarakat Et nik M uyu sebelum nya pada um um nya

m erupakan rum ah kayu yang t erbuat dari papan dan berat apkan daun rum bia.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

saja yang mendapat kan hal t ersebut , maka beberapa orang yang mendapat kan bant uan t ersebut t idak akan berani menempat i rumah bant uan t ersebut . Hal it u mereka lakukan karena t idak ingin t erlihat menonjol dibanding orang lain, t et angga maupun keluarganya sendiri. “ Sama rasa, sama rat a” , mungkin kiasan inilah yang paling cocok unt uk menggambarkan sit uasi bat in masyarakat M uyu ini.

Thadeus Kambayong seolah menguat kan penilaian it u, ia mengat akan, “ Beberapa orang yang m enerim a bant uan Respek, 117 seringkali tidak berani m enem pat inya. Ia khaw at ir rum ah bat u bant uan dari pem erint ah it u dapat m enim bulkan kecem buruan yang lain. ...ia khaw atir hal it u dijadikan alasan yang lain unt uk m encelakainya.”

Dalam pengamat an penelit i, secara kasat mat a memang kehidupan sosial ekonomi yang t erjadi di masyarakat M uyu t erkesan biasa-biasa saja. Terlebih menyangkut penampilan rumah (t empat t inggal), baik bent uk dan model rumah sert a perabot an di dalamnya, semuanya biasa-biasa saja. Demikian juga dalam perilaku keseharian mereka, cenderung sederhana dan bersahaja, t idak nampak ada yang menonjol salah sat unya. Semuanya berpenampilan sama, sederhana dan bersahaja. M ukayin mengat akan,

“ …kalau Bapak bert em u dengan orang M uyu yang m em akai celana pendek, m em baw a men at au noken, dengan baju yang lusuh… jangan kaget Pak! Bisa jadi it u kepala dist rik, at au kepala kam pung… orang sini kalau m em iliki uang t idak berani menunjukkan, sem uanya

117 Pembahasan lebih det ail m engenai RESPEK ini akan diulas t ersendiri dalam bab selanjut nya.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

disim pan saja, meskipun dia it u sebenarnya orang kaya at au pejabat t inggi…”

Pernyat aan ini menegaskan bet apa dalam kesehariannya, masyarakat Et nik M uyu memang cenderung menampilkan kesederhanaannya. Ket enangan yang t erlihat mendamaikan dan det ak kehidupan yang berjalan sangat lambat it u, t ernyat a menyimpan pot ensi besar yang dapat berujung kemat ian. “ Kemat ian” akibat kecemburuan dan iri hat i yang seolah “ direst ui” oleh adat . Semua berlangsung dengan sangat t enang… diam. Sepert i sudah dimahfumkan, menjadi rahasia umum.

Dalam sebuah cerit a, apabila ada sebuah keluarga Et nik M uyu yang dianggap berhasil, anak-anaknya sukses, dan menjadi kaya, maka kondisi it u dapat menjadi sumber kecemburuan keluarga Et nik M uyu yang lain. Risikonya dapat berujung pada hilangnya nyaw a, kemat ian. Sekali lagi, risiko kemat ian adalah konsekuensi dari sifat “ pencemburu” t ersebut . Dan, prakt eknya t idak lagi mempedulikan silsilah keluarga, t idak peduli pula bahkan it u saudara kandung sendiri.

Salah sat u bukt i dari penilaian t ersebut sebagaimana disampaikan oleh Xaverius M anombut , 51 t ahun. Lelaki put ra M uyu asli ini mengat akan,

“ …ada sat u sifat jeleknya Et nik M uyu Pak... Et nik M uyu it u pencem buru, suka iri hat i. Bila ada sat u keluarga yang m aju, m aka bisa jadi t iba-t iba dia m eninggal t anpa sebab yang jelas… karena it u Pak, seringkali orang M uyu yang sudah berhasil tidak m au kem bali ke kam pungnya. Sebenarnya bukan karena m ereka t idak m au kem bali ke kam pungnya, t et api m ereka t akut kesuksesannya m em buat orang lain iri hat i dan m encelakainya…” .

Ungkapan senada disampaikan oleh Tharsisia Kont arep, “ Ya..., memang begit u Pak sifat jeleknya, suka iri hat i. Apabila ada saudara yang mint a t olong, t api dia t idak mau m embant u, maka

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

umurnya t idak akan panjang... Saudara sendiri pun bisa ‘dimakan’…!” .

Senada dengan pernyat aan-pernyat aan sebelumnya, Thadius Kambayong juga menyat akan hal yang sama. Ia mengat akan,

“ ..saya pernah dit aw ari seseorang buka kios untuk usaha. Dia akan m enyuplai barang-barangnya, saya hanya m enjualnya saja. Tet api saya t olak... Saya t akut kalau saya punya usaha m aju akan dapat m enim bulkan kecurigaan, kecem buruan, dan sakit hat i orang lain. Saya t akut akan dicelakai secara adat oleh orang-orang yang sakit hat i karena kecem buruan kepada saya it u…”

Cerit a H. Najamuddin semakin memperjelas bahw a bet apa rasa t akut akan t imbulnya kecemburuan yang berujung pada kemat ian it u menjadi “ momok” yang sedemikian menakut kan bagi seluruh orang Et nik M uyu.

Pendat ang asal Bugis it u mencerit akan bahw a ia pernah memberikan kesempat an kepada salah seorang w arga lokal unt uk membuka usaha di rumahnya dengan mengambil barang dagangan darinya. Barang dagangan it u diberikannya dengan harga lebih murah agar w arga lokal it u dapat memperoleh unt ung karena menjualnya dengan harga lebih t inggi.

Namun apa yang t erjadi? Warga lokal yang mengambil barang di t empat nya it u menjual dengan harga yang sama dengan saat diambil darinya. Alasannya, ia t idak mau dianggap mengambil unt ung dari t et angganya sendiri dan apabila it u t erjadi, ia khaw at ir t et angganya marah dan mencelakainya. “ ...ia t akut t et angganya cemburu, sakit hat i lalu mencelakainya dengan cara adat ” .

Dalam pengamat an penelit i, ist ilah “ dicelakai at au dibunuh dengan cara adat ” yang dimaksudkan oleh masyarakat di sini, baik w arga asli Et nik M uyu maupun pendat ang, adalah

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

sebuah t eknik “ pembunuhan” yang mereka anggap t elah ada dan diprakt ekkan sejak nenek moyang mereka. Dan masyarakat masih sangat meyakini bahw a kemat ian seseorang karena dicelakai at au dibunuh dengan cara adat it u, hingga kini masih berlaku dan diprakt ekkan. M asyarakat menyebut dengan ist ilah kupuk dan m it im .

Sement ara—sebagaimana t elah disinggung—fakt or yang melat arbelakangi at au menjadi penyebab ut ama mengapa mencelakai at au membunuh dengan cara adat it u dilakukan adalah rasa iri hat i, cemburu, sakit hat i, dan/ at au dendam yang disebabkan oleh perbedaan kepemilikan/ kekayaan, sengket a t anah (w ilayah), dan anak perempuan.

Krist afora Kanggirenon menegaskan, “ ..sakit hat i dan dendam karena persoalan t anah dan

anak perem puan seringkali m enjadi penyebab ut am a orang M uyu m em bunuh orang lain dengan cara adat . Kam i punya adat m enyebut nya kupuk dan mit im. Tanah dan anak perem puan adalah hart a yang sangat bernilai bagi kam i orang M uyu. Apabila dua hal it u diperm ainkan oleh orang lain, kam i akan lakukan kam i punya adat.”

Siria Nanakok, sebagaimana pengakuan informan-informan yang lain, rasa sakit hat i, cemburu, dan iri hat i orang M uyu it u juga dapat t imbul karena melihat orang lain lebih kaya dan berhasil dibanding dirinya. Dan masih senada seirama, sebagaimana pengakuan Krist afora Kanggirenon, juga informan lainnya, jika rasa cem buru dan iri hat i it u t imbul, maka mencelakai dengan cara adat akan dilakukan.

Sedangkan

menurut

M emang, perbincangan mengenai kemat ian seseorang dengan cara adat seolah-olah sudah menjadi menu keseharian masyarakat di M indipt ana ini. Tidak peduli, apakah mereka w arga yang berasal dari Et nik M uyu ini, w arga yang berasal dari

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

pendat ang, at au orang-orang yang hanya sekedar singgah di kot a ini.

Suat u sore, penelit i minum kopi di w arung milik Sumarni, orang-orang yang ada di w arung kopi it u (juga) t engah ramai “ bergosip” t ent ang kemat ian seseorang dengan cara adat . M enurut mereka, kemat ian t iga orang penggagas pemekaran dist rik at au alih st at us Dist rik M indipt ana menjadi Kabupat en M uman (M uyu-M andobo), yakni Donat us Kasab, Clement s K. Kundinet , dan Pet rus Yamanop, adalah dilakukan dengan cara adat .

M enurut salah seorang informan di w arung kopi it u, ket iganya dit emukan meninggal di t ahun yang sama, 2013. Bahkan, meninggalnya Clement s K. Kundinet dan Pet rus Yamanop hampir besamaan, selang sat u hari saja. Apabila Clement s K. Kundinet meninggal pada 13 Sept ember 2013, Pet rus Yamanop meninggal pada 15 Sept ember 2013. Sedangkan w akt u meninggal Donat us Kasab, meski di t ahun yang sama, t et api t erjadi beberapa bulan sebelumnya. Wakt u kemat ian ket iganya yang hampir bersamaan it ulah yang menimbulkan gosip di masyarakat bahw a kemat ian mereka t idaklah w ajar adanya, t et api karena akibat perbuat an orang lain; dibunuh dengan cara adat .

Gosip kemat ian dengan cara adat it u semakin menguat karena mayat Clement s K. Kundinet , menurut salah seorang informan, ket ika hendak dimakamkan pukul 12 siang pada keesokan harinya, sudah dalam keadaan membusuk dan mengeluarkan aroma busuk yang luar biasa. Padahal, ia baru meninggal kemarinnya, sekit ar pukul 10 pagi. Pada malam hari sebelum pemakamannya, w ajah mayat Clement s K. Kundinet bahkan sudah t idak dapat dikenali karena t elah sangat bengkak. Akibat nya, pada saat hendak dimasukkan ke dalam pet i jenazah

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

harus dibungkus plast ik karena t ulang-t ulangnya sudah hampir hancur.

M enurut Lucas Kindom, 38 t ahun, di samping iri hat i hart a (kekayaan), sengket a t anah, dan anak perempuan yang menjadi pemicu ut ama t erjadinya kemat ian dengan cara adat adalah iri hat i karena keberhasilan seseorang dalam prest asi pendidikan. Ia mencont ohkan apa yang dialami oleh kakaknya, Reigina Kindom.

Lucas Kindom yakin bahw a kemat ian kakaknya disebabkan oleh perbuat an jahat orang lain karena iri hat i t erhadap keberhasilan kakaknya menyekolahkan kelima anaknya, bahkan beberapa di ant ara anak-anaknya sampai jenjang perguruan t inggi.

“ ...kakak dibunuh karena ada orang yang iri dengan saya punya kakak… kakak dapat m enyekolahkan anak- anaknya, bahkan ada yang kuliah… saya punya kakak dianggap sukses, m aka ia kem udian dibunuh dengan cara adat . Saya punya kakak, dipukul dengan balok di kepalanya, t epat ada di pancuran it u” , kat anya sam bil m enunjuk pancuran air di depan rum ahnya.

Thadeus Kambayong pun memberikan ilust rasi mengapa dan bagaimana “ proses” mencelakai dan membunuh orang lain dengan cara adat it u dilakukan. Ia mengat akan,

“ Apabila rasa cem buru dan iri hat i it u dimiliki dan berubah m enjadi kebencian, m aka m encelakai dan (bahkan) m em bunuh orang lain yang dia ada benci it u, akan

dilakukan… dilakukan dengan cara adat . M encelakai dan m em bunuh it u (seringkali) t idak dilakukannya sendiri, t et api dengan m enyew a at au m em bayar orang lain. Pelaku at au pem bunuhnya disebut

jahat )… sedang perbuat annya

kat uk

kupuk (orang

dinam akan

kupuk .

Tapi apabila

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

m em bunuhnya dengan m enggunakan barang-barang m ilik korban yang dim ant ra-m ant rai dinam akan mit im” .

Gambaran yang diberikan oleh Krist afora Kanggirenon dan Siria Nanakok berikut mungkin dapat lebih menjelaskan t ent ang kupuk dan m it im . Secara bergant ian dan (seolah) saling melengkapi, keduanya mengat akan,

“ ...ini seandainya ya Bapak... seandainya Bapak.. (kat anya sam bil t ersenyum ), saya ada sakit hat i dan ada dendam kepada Bapak karena t elah m elanggar saya punya t anah dan saya punya anak perem puan... Sedangkan Bapak t idak m au mengakui kesalahan dan m em int a m aaf kepada saya punya keluarga… m aka saya akan m em bayar orang lain unt uk m em bunuh Bapak. Cara adat ini yang disebut kupuk. Tet api kalau saya punya iri hat i dan cem buru kepada Bapak karena Bapak punya kekayaankah, rum ahkah, t anahkah, m ot orkah lebih dari saya punya, m aka saya akan mem bunuh Bapak dengan m engggunakan Bapak punya barang bekas. Punt ung rokok Bapakkah.. sisa m akanan Bapakkah.. atau sobekan baju Bapakkah. Barang-barang bekas Bapak punya it u kem udian saya m ant ra-m ant rai dan dit aruh di perut kodokkah, buayakah, at au ularkah. Tidak lam a kem udian Bapak akan m at i. It ulah yang kam i punya adat dinam akan mit im Bapak... M aaf Bapak, ini hanya cont oh Bapak, bukan sungguhan” , kat anya saling berpandangan dan keduanya pun kem bali t ert aw a lepas.

Lalu, ket ika penelit i t ent ang apa yang dinamakan jaw ot it u? Lagi-lagi dengan penuh semangat keduanya menjelaskan,

“ ...kalau jawot it u m em bunuh dengan cara kam i punya adat karena pem balasan Bapak... M isalnya ya Bapak, saya punya keluarga ada m at i karena dikupuk atau mit im . Saya akan mencari orang yang t elah m em bunuh saya punya keluarga. Kalau saya sudah m enem ukan

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

orang yang kami curigai, kami akan m elakukan pem balasan kepada orang it u karena dia t elah m em bunuh saya punya keluarga. Caranya, saya akan m engam bil pot ongan kukukah, ram but kah, darahkah, at au kot oran m ayat saya punya keluarga it ukah. Lalu saya akan cam pur dengan ram uan-ram uan dan dim asukkan ke dalam perut kodokkah, ularkah, at au buayakah. Lalu saya akan lihat t anda-t anda yang dialam i oleh orang yang kam i m aksudkan it u. Apabila dia sakit dan kem udian m at i, saya sekeluarga akan senang. Bersuka cit a, m eskipun dia adalah t et angga sebelah saya punya rum ah. Kam i sekeluarga m erasa puas karena m ereka punya keluarga juga m at i seperti saya punya keluarga dia bikin m ati. Saya puas karena saya punya dendam t erbalaskan. It u, kam i punya adat nam anya jaw ot . ”

Sement ara Lucas Kindom , sepert i juga Krist afora Kanggirenon dan Siria Nanakok, juga informan-informan yang lain, sangat yakin, bahw a pembunuhan dengan kupuk, memiliki “ t eknik” t ersendiri. Ia menjelaskan,

“ Orang yang m at i karena kupuk, sebenarnya sudah dibunuh beberapa w akt u sebelum nya Pak, bisa beberapa jam kah, harikah at au bahkan minggukah... Orang it u dibunuh dengan beberapa cara, dipat ahkan bat ang leherkah dan t ulang-t ulangkah, dit usuk benda t ajam di leherkah dan/ at au sekujur t ubuhkah. Set elah m at i, si korban “ dihidupkan” kem bali dengan cara disiram air yang dim ant ra-m ant rai. Sem ua bekas luka, baik karena pukulankah at au t usukankah, hilang t idak nam pak sedikit pun pada t ubuhnya bersam aan dengan hidupnya kem bali si korban. Ada sem acam perjanjian ant ara korban dan pelaku, bahw a pada saat yang t elah disepakat i korban akan m at i dengan beragam perant ara, kecelakaankah at au sakit kah...”

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Lucas Kindom pun mencont ohkan apa yang t erjadi at as mayat kakaknya. menurut nya, begit u kakaknya dit emukan meninggal, beberapa saat kemudian, ia menemukan bagian kepala kakaknya t erlihat lebam membiru dan bat ang leher sert a beberapa t ulangnya pat ah.

Sebagaimana t elah disebut kan, masyarakat M uyu sangat meyakini bahw a luka maupun t usukan, t idak akan nampak langsung begit u si korban mat i, t et api beberapa jam set elahnya. Beberapa jam dari kemat iannya, di t ubuh korban baru akan dit emukan at au nampak t anda-t anda pembunuhan dimaksud. Bahkan t idak jarang, mayat yang baru meninggal it u, selang beberapa jam selanjut nya t elah mengeluarkan bau busuk yang sangat menyengat , sepert i bau busuk mayat yang sudah meninggal beberapa hari lamanya.

mungkin dapat dijadikan sebagai t ambahan dat a at as “ keyakinan” masyarakat M uyu it u. Saat masih bert ugas di Rumah Sakit Bergerak (RSB) M indipt ana, ia pernah memandikan seorang mayat . M ayat yang dimandikan it u meninggal pukul set engah sembilan malam , sedangkan ia memandikannya pagi esoknya.

Pengalaman 118 Ardiansyah berikut

Sesampainya di ruang pemandian mayat , ia t erkejut begit u luar biasa. Ia mendapat i ada bekas lubang yang nampak masih menganga di leher si mayat t embus ke rahangnya. Padahal, ket ika sebelum meninggal, t idak nampak luka apapun di t ubuh si mayat . Di samping bekas luka t usuk yang masih nampak menganga it u, t ercium pula bau busuk begit u menyengat keluar dari si mayat . Bau busuk seolah-olah si mayat sudah meninggal beberapa hari sebelumnya. Sampai-sampai, ia m emakai masker

118 Ardiansyah, 26 t ahun, saat ini adalah Kepala Puskesm as Dist rik Kom but . Nam un, sekali lagi, ket ika perist iw a it u t erjadi, ia sedang bert ugas sebagai

salah sat u peraw at di RSB M indipt ana.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

penut up hidung sebanyak t iga lapis unt uk mengurangi bau busuk menyengat hidung it u.

“ ...saat it u saya baru saja pergant ian jam jaga, sekit ar jam set engah sem bilan m alam. Lalu jam 9-an ada seorang

harinya saya m em andikannya. Pet ugas lain t idak ada yang mau m em andikannya karena baunya luar biasa busuk, padahal baru m eninggal sem alam . Akhirnya saya yang m em andikannya. Ket ika m au m em andikan, saya kaget luar biasa, di leher si m ayat nam pak ada lubang yang nam pak t erbuka, m enganga… dari lubang it u keluar cairan yang sangat bau sekali, sam pai-sam pai saya m em akai m asker penut up hidung hingga t iga lapis. Tet api baunya m enyengat sekali. M enurut t em an-t em an yang menjaga sebelum nya, kat anya tidak ada luka di leher si m ayat .”

laki-laki

m eninggal.

Pagi

Set elah dimandikan, si mayat diant ar ke rumahnya, Kampung Wanggat kibi. Selama di mobil jenazah dalam perjalanan ke kampungnya, pihak keluarga sudah berbicara dan menyimpulkan bahw a anggot a keluarganya yang meninggal it u karena dibunuh dengan cara adat oleh seseorang. Bukan hanya it u, bahkan dengan penuh keyakinan mereka menyebut salah sat u nama sebagai pelakunya. Pihak keluarga ini memut uskan unt uk melakukan pembalasan.

“ …saya sudah khaw at ir akan t erjadi apa-apa nant i jika sam pai di rum ah si m ayat ... karena keluarga sudah ada sebut -sebut nam a seseorang yang diyakini sebagai pelakunya. Dan benar, begit u sam pai di rum ahnya, nam pak orang-orang berkerum un dan t elah siap dengan busur dan anak panah… sem acam m au m elakukan perang… saya kat akan ke sopir agar m obil t idak dim at ikan unt uk berjaga-jaga. Begit u m ayat diangkat

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

dari m obil am bulans dan dibaw a m asuk ke dalam rumah, kam i langsung cabut , kem bali ke RSB.”

Lalu, bagaimana cara menget ahui pihak t erduga at au yang dicurigai t elah melakukan pembunuhan dengan cara adat , baik dengan t eknik kupuk maupun m it im it u? M enurut salah seorang informan, dan juga diakui oleh informan-informan yang lain, masyarakat M uyu memiliki sat u rit ual khusus unt uk menget ahui at au

mengenai siapa pelaku pembunuhan dengan cara adat t erhadap anggot a keluarganya. M asyarakat M uyu menyebut nya dengan rit ual aw on at uk (upacara panah babi).

mendapat kan

pet unjuk

Rit ual aw on at uk sudah biasa dilakukan oleh masyarakat M uyu sejak dulu. Rit ual aw on at uk biasanya dilakukan oleh pihak keluarga korban dalam jangka w akt u 1-40 hari kemat ian anggot a keluarganya. Hal ini karena dalam kisaran w akt u it u, mereka menganggap bahw a roh si mayat masih dapat menunjukkan siapa pembunuhnya. Seorang informan mencont ohkan. Pada hari ke-39 dari kemat iannya, keluarga Clement s K. Kundinet mengadakan rit ual aw on at uk unt uk menget ahui siapa yang t elah membunuh Clement s K. Kundinet dengan cara adat.

Dalam pengamat an Past or Yoseph Jorolan, kemat ian karena perbuat an orang lain dan mencari pembunuhnya melalui rit ual aw on at uk merupakan keyakinan mayorit as, bahkan hampir dimiliki oleh keseluruhan masyarakat M uyu. Tidak peduli lat ar belakang at au st at us sosial apapun yang dimiliki oleh seseorang t ersebut . Ia mencont ohkan apa yang dialami dan

dilakukan oleh keluarga Tekla Kundimgo 119 ket ika suaminya, Gabriel Wacendre meninggal dunia. Kemat ian Gabriel Wacendre

yang dirasa mendadak it u kemudian menimbulkan keyakinan

119 Tekla Kundim go, saat st udi ini dilakukan m enjabat sebagai Kepala Sekolah SM PN M indipt ana.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

pihak keluarga bahw a kemat iannya disebabkan oleh perbuat an jahat orang lain.

Past or Yoseph Jorolan mengisahkan, “ …kem at iannya mem ang mendadak. Pada sore sekit ar

jam 4, pak Gab (m aksudnya Gabriel Wacendre, pen) m asih t erlihat sehat saat m engikut i acara doa bersam a di gereja. Sekit ar jam 7 m alam , korban m erasa kepalanya pusing, kem udian dibaw a ke rum ah sakit . Sekit ar jam 8 m alam dikabarkan sudah m eninggal dunia. M em ang, kem at iannya cepat sekali…”

Kemudian, menurut Past or Yoseph Jorolan, pihak keluarga mengadakan rit ual aw on at uk unt uk menget ahui pelaku at au pembunuhnya. “ …saya sempat mint a ijin unt uk hadir di rit ual it u, t api t idak diperkenankan karena saya dianggap sebagai orang luar.”

M enurut salah seorang informan, adapun hal-hal yang dipersyarat kan dalam rit ual aw on at uk ini adalah (1) rit ual aw on at uk ini t idak boleh melew at i 40 hari kemat ian si mayat , dan saat t erbaiknya adalah dalam kurun w akt u 7 (t ujuh) hari kemat iannya, (2) pelaksanan aw on at uk t idak boleh di at as jam 7 pagi, karena jam ini dianggap sudah t erlalu siang dari saat -saat pergant ian malam ke siang. Wakt u t erbaiknya adalah saat fajar at au sebelum mat ahari t erbit , (3) semua peralat an yang hendak digunakan (anak panah dan busur) pada esuk hari, pada malam hari sebelumnya akan dibaw a ke kuburan si mayat oleh dukun adat yang sekaligus bert ugas sebagai pemanah babi. Tujuannya adalah memint a kepada arw ah si mayat agar menunjukkan siapa pembunuhnya, dan t ent u, (4) seekor babi.

Dalam rit ual aw on at uk , pihak keluarga akan mengundang semua orang, t erut ama pihak-pihak yang dicurigai unt uk hadir dalam acara t ersebut . Para undangan biasanya dalam posisi melingkar at au berkerumun biasa, t ergant ung kondisi

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

t empat pelaksanaan aw on at uk. Hal yang t idak boleh dilupakan adalah menulis nama-nama yang dicurigai. Nama-nama yang dicurigai, biasanya, dit uliskan dalam nama marganya di at as kert as dan dilet akkan di t empat pelaksanaan aw on at uk.

Selanjut nya, babi yang sudah dipersiapkan dipanah oleh dukun adat . Babi yang t erkena anak panah it u akan berlarian di sekit ar undangan—at au t epat nya pihak-pihak yang dicurigai, dan memercikkan darahnya. Darah it u dipercikkan oleh babi ke arah kert as yang bert uliskan nama marga at au (bahkan) t ubuh pelaku yang (kebet ulan) hadir di acara aw on at uk it u. Selain percikan darah babi, dapat juga “ pelaku” dit unjukkan oleh arah panah yang menancap di t ubuh babi ket ika dia t erjat uh dan mat i. Bahkan, t idak jarang juga, posisi robohnya babi yang mat i karena anak panah t ersebut berada persis di kaki “ pelaku” .

Salah seorang informan mengat akan, “ Babi yang t erkena anak panah it u dapat m enunjukkan

siapa pelakunya lew at percikan darah at au arah anak panah yang m enancap di t ubuhnya. Orang yang t erkena percikan darah it ulah yang diyakini sebagai pelakunya. Babi dapat m em ilih pelaku m elalui percikan darahnya. Seandainya orang yang kena percikan bahkan berada di t engah-t engah kerum unan, orang-orang yang berada di sam pingnya yang t idak m enjadi pelaku, t idak akan t erkena percikan darahnya. Selain percikan darah di t ubuh at au kert as yang sudah dit ulisi nam a pelaku (m arga), seringkali pelaku juga dit unjukkan oleh arah anak panah yang m enancap di t ubuh babi ket ika roboh. Bahkan, t idak jarang pula babi roboh dan m at i t epat berada di kaki pelaku.”

M enurut Pius Birak dan Barnabas Kalo, bukan hanya it u pert anda yang dit unjukkan oleh babi yang t erkena anak panah mengenai siapa pelakunya. M enurut mereka,

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

“ …babi yang t erkena panah it u juga bisa m enunjukkan siapa pelakunya dengan cara babi akan m asuk ke sat u rum ah… lalu babi it u ada m engam uk di rum ah itu... bahkan bisa jadi babi ada m at i di rum ah it u… pemilik rum ah it ulah yang dianggap sebagai pelakunya. Sedangkan w akt u pelaksanaannya, m em ang t erbaik sebelum t ujuh hari... Jam nya, siang, sekit ar jam 10-an… asalkan jangan selepas siang hari… karena kalau t erlalu siang bahkan sore, nant i babinya sudah kecapekan… sehingga t idak bisa kasih t unjuk lagi siapa pelakunya” , selorohnya kem udian disam but t aw a oleh Pius Birak. Keduanya pun kem udian t ert aw a lepas.

Pelaku yang dit unjuk, lanjut informan, baik oleh percikan darah babi, arah anak panah, bahkan posisi robohnya babi, bukan selalu sebagai pelaku ut amannya. Pelaku yang dit unjukkan oleh percikan darah, arah anak panah, dan posisi robohnya babi it u, di samping bisa jadi (memang) sebagai pelaku ut amanya, juga hanya sekedar orang yang diduga menget ahui at au memiliki informasi mengenai pembunuhan t ersebut .

Biasanya, seseorang yang diduga sebagai “ pelaku” at as pet unjuk rit ual aw on at uk it u, baik karena t erpercik darah babi, dit unjuk oleh anak panah, dan posisi robohnya babi t ersebut akan melakukan klarifikasi kepada pihak keluarga. Klarifikasi dilakukan dengan cara mendat angi rumah pihak keluarga korban at au mengundang keluarga korban ke rumahnya.

Set elah proses klarifikasi it u dilakukan dan pihak keluarga belum dapat menerima at au t idak puas dengan alasan dan penjelasan at au argument asi yang disampaikan oleh seseorang yang diduga sebagai pelaku t ersebut , maka pihak keluarga akan melakukan pembalasan. Pembalasan inilah yang dikenal dengan ist ilah jaw ot . Jaw ot ini dilakukan khusus dit ujukan kepada pihak- pihak yang dicurigai t elah melakukan pembunuhan t erhadap anggot a keluarganya t ersebut .

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Prosesi jaw ot , sebagaimana kupuk dan m it im , juga sudah sedemikian dimafhumi dalam keseharian masyarakat M uyu. Prosesi it u dimulai dengan mempersiapkan hal-hal berikut ; daging babi yang dipanah, sagu, ubi-ubian, pot ongan kuku, rambut , at au darah si mayat , dan nama-nama orang yang dicurigai. Barang-barang t ersebut kemudian dicampur dan dibungkus ke dalam sat u bungkusan. Banyaknya bungkusan sangat t ergant ung dari jumlah pihak yang dicurigai. Set iap sat u bungkusan t erdapat sat u nama yang dicurigai.

Bagi masyarakat M uyu, oleh karena jaw ot it u dianggap sebagai sebuah kelaziman karena alasan adat yang harus dijunjung t inggi dan dijalankan, maka masyarakat dengan mudah dapat menget ahui apakah sebuah keluarga akan melakukan at au t idak melakukan jaw ot at as kemat ian anggot a keluarganya kepada pihak yang dicurigai. M asyarakat , t erut ama orang-orang yang dicurigai, biasanya mencari t ahu, apakah pihak keluarga mengambil at au t idak mengambil “ hal-hal yang digunakan dalam rit ual jaw ot ” dari si mayat sesaat sebelum mayat dikuburkan, sepert i pot ongan kuku, rambut , darah, at au hal-hal lainnya. Apabila pihak keluarga mengambilnya, maka diyakini bahw a pihak keluarga t ersebut akan melakukan jaw ot . Demikian juga sebaliknya.

Sebagaimana yang dicerit akan oleh Lucas Kindom. Sesaat set elah kemat ian kakaknya, Reigina Kindom, ia mengambil pot ongan rambut , kuku, dan darah kakaknya sebelum dikuburkan. Akibat nya, ia dicari dan akan dibunuh oleh orang- orang yang merasa akan menjadi sasaran dari jaw ot yang dilakukannya. “ Saya ada dicari-cari dan akan dibunuh oleh orang- orang yang ada saya curigai sebagai pembunuh saya punya kakak… orang-orang it u merasa ket akut an karena saya ada mau melakukan pembalasan” .

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Kembali ke proses rit ual jaw ot di at as, bungkusan- bungkusan yang berisi “ ramuan” khusus t ersebut kemudian direbus, dimasak. Set elah proses memasak selesai, selanjut nya akan dilihat apakah ada bungkusan yang t idak masak. Apabila ada bungkusan yang t idak masak, maka pihak keluarga meyakini bahw a nama dalam bungkusan yang t idak masak it ulah pelakunya. Set elah nama yang diyakini sebagai pelaku didapat kan, maka proses yang dilakukan selanjut nya adalah memberikan mant ra-mant ra ke bekas makanan, rokok, at au apapun yang berhubungan dengan orang yang dicurigai, bahkan kot oran orang yang dicurigai t ersebut sekalipun.

Set elah “ ramuan” it u dimant ra-mant rai, sebagaimana pernyat aan para informan, kemudian dim asukkan at au dilet akkan ke dalam media t ert ent u. M edia-media yang digunakan beragam, ant ara lain kodok, ular, kepit ing, sarang semut , bahkan dilet akkan di air t erjun. Apabila medianya berupa kodok misalnya, maka “ ramuan” t adi akan dimasukkan ke dalam perut kodok. Kodok berisi “ ramuan” it u kemudian dilepas.

M edia yang digunakan t ersebut sekaligus akan menjadi bahan analisis bagi masyarakat ket ika seseorang mengalami kemat ian. Apabila ia mat i disebabkan karena perut nya kembung at au menggelembung, berart i media yang digunakan adalah kodok at au ular. Jika ia mat i dan t ubuhnya diket ahui membusuk dan t erdapat luka-luka berart i medianya berupa kepit ing dan sarang semut . Apabila ia diket ahui mat i dengan badan yang menggigil berart i “ ram uan” it u dilet akkan di air t erjun. Bahkan, apabila seseorang mat i karena t ersambar pet ir, berart i medianya berupa pet ir.

M enjejak dari fenomena ini, maka dapat dipaham i mengapa persoalan membuang secara sembarangan sisa makanan, punt ung rokok, at au apapun, bahkan kot oran sekalipun menjadi sesuat u yang sangat dihindari oleh masyarakat

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

M uyu. Terhadap hal-hal it u, masyarakat Et nik M uyu akan menjaganya dan t idak akan pernah membuangnya secara sembarangan.

Kemat ian seseorang yang diyakini karena dilakukan dengan cara adat , jaw ot , seseorang dalam kurun w akt u t ersebut kemudian dianalisis dan dikait kan dengan media yang digunakan unt uk melakukan jaw ot kepadanya.

Berbicara mengenai sifat iri hat i dan mudah sakit hat i dan kemudian mencelakai secara adat yang sangat menonjol bagi masyarakat M uyu dapat lah dihilangkan. M enurut Barnabas Kalo, sifat iri hat i dan suka cemburu it u dapat dihilangkan, semua t ergant ung pada individunya. Di lain pihak, sifat dan sikap it u t elah menyebabkan Et nik M uyu t ert inggal dan t idak dapat maju. Ia mengat akan,

“ ...orang M uyu t idak m ungkin dapat bersaing dengan orang lain karena t erus m enyim pan rasa iri hat i dan cem buru sedem ikian t inggi t erhadap keberhasilan orang lain. Akibat nya, orang M uyu yang ingin m aju m erasa t akut

karena apa yang akan dicapainya dapat m em buat nya celaka dan m at i.”

Pernyat aan Lucas Kindom berikut m ungkin sangat t epat unt uk menggambarkan penilaian t ersebut . Lucas Kindom mencont ohkan dirinya. Ia pernah berhasil meraih predikat sebagai pet ani t eladan di daerahnya ini. Penghargaan it u diperoleh karena hasil padi yang dipanennya dianggap paling bagus dan banyak dibanding orang-orang lain yang juga menanam padi. M enurut nya, bert on-t on gabah kering hasil panennya pernah menenuhi rumahnya. Ket ika dit anya, mengapa sekarang t idak menanam padi agar dapat memanen gabah bert on-t on lagi? “ ...unt uk apa saya t anam padi dan punya gabah banyak, kalau saya akan celaka karena orang lain t idak suka… orang lain ada punya iri kepada saya…! ” , alasannya singkat .

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Bagi masyarakat M uyu ada semacam anggapan bahw a apabila seseorang ingin maju, baik menyangkut kepemilikan hart a maupun st at us sosial, maka ia harus meninggalkan daerah M uyu, hijrah ke t empat lain. Apabila hal it u dilakukan, maka pengaruh jahat akibat kupuk kemungkinan kecil, at au bahkan t idak akan mengenainya. Namun, apabila t idak mau pergi meninggalkan daerahnya unt uk menet ap di daerah lain, ya jangan memiliki im pian unt uk dapat melebihi yang lainnya.

Lant as kepada dan oleh siapa “ prakt ek” kupuk it u dilakukan? Semua masyarakat M uyu meyakini bahw a kupuk hanya dapat digunakan oleh dan kepada sesama Et nik M uyu. Kupuk t idak akan “ mempan” (baca: berfungsi) apabila diprakt ekkan oleh dan kepada orang lain yang bukan berasal dari Et nik M uyu. Seorang informan mengat akan, bahw a hal it u disebabkan oleh et nik yang berbeda.

Hanya saja yang sangat menarik adalah just ru seringkali dalam banyak kasus yang t erjadi, pelakunya adalah keluarga besar dari korban. Seorang informan mengat akan, “ Seringkali t erjadi ant ar anggot a keluarga, bahkan sesama saudara set ungku api pun juga bisa t erjadi. Saya sangat meyakini memang begit u adanya” .