Sekelumit Catatan tentang Genealogi

2.3. Sekelumit Catatan tentang Genealogi

2.3.1. M itos Penciptaan

Sebagian orang M uyu, t epat nya sebagian sub suku (marga) hingga kini, masih meyakini sebuah mit os bahw a seluruh manusia di dunia ini merupakan ket urunan, at au t epat nya berasal dari Et nik M uyu. Bahkan, t idak hanya it u, mereka juga meyakini bahw a t empat pencipt aan manusia pert ama kali juga di bumi Papua. Thadeus Kambayong, 54 t ahun, juga informan- informan lain mengat akan,

“ Kam i punya nenek m oyang m engajarkan kepada kami bahw a Et nik M uyu m erupakan asal-usul seluruh um at m anusia di dunia. Dim anapun saat ini m anusia t inggal, baik yang berkulit put ih, hit am , m aupun coklat . Pun dem ikian juga m ereka yang beram but lurus m aupun kerit ing.”

Ungkapan penuh keyakinan t ersebut , menjadi sedemikian menarik unt uk didiskusikan ket ika, sekali lagi, kit a mencoba “ membaca” dan mencerit akan kembali sejarah Et nik M uyu; baik

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

menyangkut genealogi dan sederet t at a nilai yang mereka yakini dan (juga) keberadaannya dalam kont eks kekinian.

M it os t ent ang pencipt aan umat manusia it u begit u populer di kalangan masyarakat M uyu. Sekali lagi, hal ini karena keyakinan it u t idaklah dim iliki oleh Thadeus Kam bayong seorang. Hampir semua informan yang penelit i t emui juga memiliki keyakinan yang sama. Sebuah keyakinan yang diajarkan oleh t et e -nene (kakek-nenek) mereka dan masih diyakininya hingga kini.

Sebuah perist iw a yang selalu dijadikan sebagai bukt i karena dianggap memiliki ket erkait an dengan mit os pencipt aan it u adalah perist iw a kont ak pert ama et nik ini dengan Barat (Belanda). Dikisahkan, dalam perjalanan ekspedisinya t ahun 1933, Past or Pat er Pet rus Hoeboer yang dit emani beberapa orang dit angkap oleh sekelompok orang M uyu yang t inggal di dat aran at as. Sang past or yang dit angkap it u hendak mereka bunuh dan dimakan.

Namun t erjadi perbedaan pendapat diant ara mereka mengenai apa dan bagaimana langkah selanjut nya yang harus dilakukan set elah menangkap sang Past or. Sat u pihak bersikeras hendak membunuh dan memakan sang Past or, t et api t idaklah demikian dengan sebagian yang lain. Pihak yang berbeda it u bersikeras (pula) unt uk t idak membunuh apalagi memakannya karena beranggapan bahw a sang past or t ersebut (sebenarnya) adalah masih ket urunan mereka yang kembali ke t anah kelahirannya, w ilayah M uyu.

“ Aku akan kembali ke t anah kelahiran ini” , demikian konon janji yang pernah diucapkan oleh leluhur m ereka. M enurut keyakinan mereka, janji it u diucapkan saat t erjadi sebuah perist iw a yang menimpa para leluhur mereka di masa silam. Oleh karena it u, kehadiran Past or Pet rus Hoeboer di t engah-t engah mereka pada saat it u diyakini sebagai w ujud pemenuhan janji

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

leluhur it u; kembali ke t anah kelahiran. Akhirnya, merekapun bersepakat unt uk t idak membunuh dan memakan Past or Pet rus Hoeboer, bahkan past or kemudian dianggapnya sebagai saudara sendiri karena masih ket urunan leluhur mereka.

Dalam kepercayaan masyarakat M uyu, pada zaman dahulu t erjadi sebuah perist iw a pent ing yang menandai keberadaan Et nik M uyu, t epat nya di Kampung Yenfmut u, Woropko. Di daerah ini t inggal sebuah keluarga. Sebagaimana sekelompok orang yang t inggal di daerah it u, keluarga it u juga memiliki kebiasaan menokok sagu.

Suat u hari, keluarga it u mendapat i pohon sagunya ada yang mencuri. Akhirnya, mereka kemudian membuat sebuah perangkap at au jebakan unt uk menangkap si pencuri sagu t ersebut . Perangkap (kurungan: Jaw a) pun dibuat , dilet akkan di pohon sagu, dan diujungnya diikat seut as t ali yang dit arik sampai rumahnya, lalu diikat di salah sat u t iang rumahnya.

Keesokan harinya, menjelang fajar t ali t ersebut bergerak- gerak menandakan ada sesuat u yang t erjebak dalam kurungan. M erekapun mendekat ke t empat jebakan unt uk melihat mahluk gerangan apa yang t elah t ert angkap. Begit u t iba di t empat jebakan, bet apa t erkejut nya keluarga it u sesaat set elah melihat mahluk yang t erperangkap t ernyat a berupa mahluk yang sangat aneh; berbadan separuh manusia dan separoh babi. Badan bagian perut ke baw ah berupa t ubuh babi, t et api perut ke at as sampai kepala berupa manusia. Orang-orang yang melihat nya berniat membunuhnya.

Sebelum keluarga it u membunuh dan memakannya, mahluk aneh t ersebut memint a agar dipenuhi persyarat an- persyarat an. Set elah semua persyarat an dipenuhi, mahluk t ersebut memiliki sat u permint aan lagi, yakni set elah dibunuh, t ubuhnya agar dipot ong menjadi dua. Bagian perut ke baw ah agar diberikan ke masyarakat yang t inggal di baw ah (dat aran

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

lebih rendah) dan

masyarakat diperbolehkan memakannya. Sedangkan sat u bagian lagi, pot ongan t ubuh bagian at as agar diberikan kepada masyarakat yang t inggal di dat aran at as dan hanya kaum lelaki dan anak muda yang melalui acara permulaan yang diikut sert akan dan boleh memakannya. Kaum perempuan t idak boleh diikut sert akan, apalagi memakan dagingnya karena dinggap t idak pant as (pam ali).

semua

Seluruh perm int aan, pesan, sekaligus t at a cara upacara yang harus dilaksanakan mahluk it u dipenuhi oleh keluarga t ersebut . M ahluk separuh manusia separuh babi it upun kemudian dibunuh. Pot ongan t ubuh bagian baw ah mereka berikan kepada sekelompok orang yang t inggal di dat aran baw ah, sedang sat u pot ongan lagi, pot ongan t ubuh bagian at as, mereka berikan kepada sekelom pok orang yang t inggal di dat aran bagian at as. Tubuh yang t erpot ong menjadi dua bagian t ersebut , kemudian masing-masing bagian ut uh kembali.

Penduduk bagian at as kemudian menyelenggarakan upacara memakan daging babi berkepala manusia it u. Di t engah- t engah pest a babi t ersebut , mereka kehausan. Sedangkan di sekit ar t empat pest a it u t idak ada sumber air sedikit pun. Di t engah rasa haus yang luar biasa it u, mereka melihat seekor anjing dengan sisa-sisa t et esan air di ujung-ujung rambut di mulut nya. M ereka yakin si anjing t ersebut habis minum karena di bulu-bulu ujung mulut nya nampak basah dan masih menyisakan t et esan-t et esan air.

Hal it u menimbulkan rasa penasaran di ant ara mereka dan ingin menget ahui dimana si anjing mendapat kan air minumnya. Kemudian, seorang yang memiliki kesakt ian di ant ara mereka berubah w ujud menjadi seekor cicak dan mengikut i ke arah anjing mendapat kan air. Cicak jadi-jadian it u menempel di bat ang-bat ang pohon dan t erus mengikut i ke arah mana anjing t ersebut berjalan menuju sumber air.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Akhirnya, si cicak it u melihat si anjing meminum air yang keluar dari mat a air yang t ert ut up daun yem en anggon (keladi johor hut an). Kemudian si cicak kembali ke t em pat sekumpulan orang yang menunggunya. Si cicak pun menyampaikan kabar it u. Akhirnya, sekelompok orang yang t engah berpest a babi dan menahan haus yang luar biasa it u menuju t em pat sumber air yang dicerit akan. Begit u menemukan t empat yang dimaksudkan, mereka segera menyibak daun yem en anggom t ersebut yang t ernyat a menut upi sebuah sumber mat a air yang sangat jernih.

Kemudian mereka meminum air dari sumber mat a air t ersebut . Namun karena sumber mat a air it u kecil dan airnya pun sedikit , sement ara jumlah mereka banyak, airpun it u t idak mencukupi. Lalu mereka menggalinya. Akhirnya air yang keluar dari sumber it u semakin lama semakin banyak dan bahkan meluber seiring dengan semakin dalam dan lebarnya t empat yang mereka gali. Semakin dalam dan lebar m ereka menggali, semakin banyak dan deras pula air yang keluar. Airpun meluap, meluber kemana-mana. M ereka kemudian membuat bendungan unt uk mencegah air meluap dan meluber kemana-kemana.

Belum hilang rasa kaget nya akan keluarnya air yang begit u derasnya it u, mereka dikaget kan kembali oleh munculnya seekor ikan yang begit u besar dari dalam sumber air t ersebut . Ikan it upun mereka panah. Tiga anak panah berhasil mereka t ancapkan di t ubuh ikan it u. Sat u anak panah t epat mengenai bagian belakang ikan, dua anak panah yang lain masing-masing mengenai bagian samping ikan. Konon, ket iga anak panah yang menancap it ulah kini menjadi duri, ikan duri namanya. Dan keyakinan t ent ang anak panah yang menancap dan berubah menjadi duri di t ubuh ikan duri it u t et ap menjadi keyakinan masyarakat M uyu.

Ikan it u beront ak dan membuat lubang mat a air semakin besar. Airpun semakin meluap dan meluber kemana-mana.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Namun t iba-t iba air it u t ersedot masuk ke lubang sumber mat a air bersamaan dengan ikan duri dan orang-orang yang berada di sekit ar sumber mat a air it u. Seket ika it u pula, air kolam penuh ikan yang semula meluap it upun lenyap. Tidak t ersisa set et espun air di kolam it u. Kolam sumber air it upun benar-benar kering! Di saat -saat t ubuhnya t ersedot ke dalam sumber air, mereka meneriakkan sebuah janji bahw a suat u saat mereka akan dat ang ke t empat it u lagi.

Nah, berdasar cerit a dari para leluluhur yang mereka yakini it ulah ket ika Past or Pet rus Hoeboer dat ang di t engah- t engah mereka akhirnya t idak jadi dibunuh dan dimakan. M ereka yakin bahw a kehadiran sang Past or Pet rus Hoeboer di t engah- t engah mereka adalah perw ujudan dari janji leluhur mereka it u. Past or Pet rus Hoeboer akhirnya dit erima dengan baik karena ia dianggap sebagai saudara mereka, ket urunan Et nik M uyu.

Kepercayaan t erhadap m it os sepert i yang dimiliki oleh sub suku ini memang sangat dapat diperdebat kan, t erut ama oleh sub suku-sub suku yang memiliki t afsiran berbeda at as perist iw a yang dinilai memiliki makna pent ing bagi eksist ensi et nik ini. Bant ahan-bant ahan “ keras” bahkan kami dapat kan dari beberapa t okoh sub suku yang lain. “ ..dari mana cerit a it u, sebagian besar dari cerit a it u penuh t ambahan, dikarang-karang. Kami t idak memiliki cerit a dan pemahaman sepert i it u” , sanggah Philip Leonard Bunggo, 64 t ahun, dan Yohanes Konambe, 67 tahun.

Kedua informan it u kemudian memberikan versi lain. Sampai di t it ik kisah t ent ang orang-orang yang kehausan dan menemukan sumber air kemudian menggali sumber air it u, keduanya sepakat . Namun, namun kemudian keduanya memberikan versi berbeda t ent ang kejadian selanjut nya. M enurut keduanya, orang-orang di sekit ar it u bukan t ersedot ke dalam sumber mat a air, t et api t ersapu dan hanyut oleh luapan air yang sedemikian besar dan deras.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

M ereka hanyut dan kemudian t erbaw a ke t empat -t empat lain, jauh dari t empat kelahiran mereka. M ereka yang t ersebar di berbagai t empat it ulah yang diyakini sebagai cikal bakal umat manusia di berbagai belahan bum i. Sedangkan sumber mat a air yang meluap it u, diyakini pula sebagai cikal bakal t erbent uknya Sungai Kao.

Versi yang hampir sama juga dapat kit a peroleh dari cat at an Schoorl. Versi modern m it os Kam berap dan asal-usul Sungai Kao menerangkan adanya orang-orang, kekayaan dan penget ahuan mereka. Kont ak dan kekayaan orang asing memperkuat gambaran orang M uyu t ent ang dunia. Kepala Desa Kakuna mengat akan bahw a ket ika para pemburu burung it u t erus–menerus dat ang dan pergi, orang M uyu sadar bahw a mereka t idak berhubungan dengan dengan arw ah, t et api dengan manusia. M ereka it u t ent u orang-orang M uyu yang t erbaw a oleh arus air ket ika Sungai Kao unt uk pert ama kalinya menyembur dari dalam t anah.

Apabila kit a cermat i lebih lanjut , sekilas memang hampir t erdapat persamaan ant ara mit os asal muasal pencipt aan manusia yang diyakini hampir oleh semua Et nik M uyu it u dengan sebuah gerakan yang t erjadi di M erauke, t epat nya Klapalima. Gerakan di M erauke yang dipimpin oleh Kuram ini adalah sebuah gerakan yang kemudian dinamakan gerakan keselamat an. Salah sat u isu pent ing dari gerakan it u, sepert i dit ulis Schoorl, adalah proses pencipt aan sebagaimana dicerit akan dalam mit os babi berkepala manusia (Kam berap). Sehingga, dapat dipahami pula mengapa mit os t ent ang pencipt aan dan asal-usul manusia ant ara keduanya memiliki perspekt if yang sama.

M asih menurut versi gerakan ini, manusia-manusia pert ama adalah dari Ayukari dan Bon. Anak laki-laki mereka, W oe menikah dengan W ukop dan memiliki t iga orang anak; Kajuk, Diw inap , dan Kam berap. Kajuk kaw in dengan Diw inap. Kam berap

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

berbuat salah t erhadap Kajuk, dan melarikan diri. Ket ika ia pulang lagi, ia hanya makan sagu yang belum dicuci. Kemudian menyusul cerit a t ent ang Kam berap yang dit angkap sebagai babi dan dimakan dalam pest a babi. Dalam pest a it u t idak dit emukan air, lalu dit emukan sebuah sumber air yang ket ika digunakan t erus menerus mengalir, dan akhirnya membent uk Sungai Kao dan semua sungai dan laut .

M enurut gerakan ini, aliran yang deras it u melempar semua orang ke t epi, menghanyut kan mereka kemana-mana. Orang-orang yang hanyut t erbaw a air it ulah yang kemudian menurunkan banyak orang. Hanya seorang yang bernama Kadin t erbang ke Amerika. Kemudian Kajuk mengikut inya ke negara it u, dan ia menjadi pandai. Kemudian ayahnya, W oe mencipt akan mat ahari, dan dimana-mana menjadi t erang. Kemudian ia mencari anaknya, sampai ia menemukannya di Amerika. Dengan demikian, pada malam hari ada bulan. Apabila mat ahari at au bulan t elah t erbenam, berart i ia t elah memat ikannya.

Versi lain dari cerit a ini, w anit a-w anit a Yum kon dan Borom kon t erbaw a oleh air, dan mereka it ulah asal-usul orang Eropa. Bagian babi yang dilet akkan di at as baki t erbaw a arus air dan dari sini asal orang-orang Indonesia. Bagian babi yang dilet akkan di at as daun, t ert inggal di darat an, dan dari sinilah lahir orang-orang M uyu.

Sement ara mengenai kekayaan yang mereka t emui saat ini, mereka anggap berasal dari M uyu, dan ket ika Sungai Kao mengganas, barang-barang it u t erbaw a ke t empat orang-orang Indonesia dan Eropa yang kini t inggal. Sehingga kepemilikan kekayaan it u t idak secara ot omat is dianggap sebagai sebuah kemajuan. Pengert ian t ent ang perkembangan dan kemajuan

t idak dikenal. 55

55 Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 350-352.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

M asih mengut ip Schoorl, anggapan dan penilaian it u sebenarnya lebih disebabkan oleh kenyat aan bahw a pada dasarnya orang-orang M uyu t idak dapat mengert i darimana dat angnya barang-barang yang diangkut kapal-kapal dari Belanda ke M erauke sekali dalam set iap enam minggu it u. Di samping keadaan barang-barangnya yang susah meraka mengert i, mereka juga t idak percaya kalau barang-barang it u adalah buat an manusia. Barang-barang it u diperoleh karena hubungan ant ara orang-orang Belanda dengan bant uan Tuhan dan para arw ah. Bagaimana kapal it u dibuat , bagaimana pesaw at t erbang bisa t erbang, darimana para dokt er, residen, dan orang-orang Belanda it u mendapat kan penget ahuan. Barang-barang dan penget ahuan it u dat ang dari t empat arw ah dan mereka t elah kont ak dengan para arw ah it u.

Kondisi inilah yang kemudian menimbulkan t afsir bahw a barang-barang dan penget ahuan Eropa ini sebenarnya dat ang dari daerah M uyu, yait u dari ket pon M ot kom di Woropko. M elalui jalan baw ah t anah barang-barang it u dibaw a ke Eropa. Di Eropa, kemudian barang-barang it u sedikit diubah dan dibuat menjadi nyat a (t ampak fisik), “ m ade in” M ot kom/ Woropko digant i dengan t anda-t anda lain, kemudian barang-barang it u

dikirim kembali ke M erauke. 56 Lant as bagaimana pemahaman serupa t erdapat di

kalangan Et nik M uyu, at au t epat nya sub suku Et nik M uyu di M indipt ana? Pemahaman sepert i it u sangat dimungkinkan karena “ ajaran” gerakan keselamat an pimpinan Kuram di M erauke it u kemudian “ dit eruskan” oleh beberapa orang di w ilayah M indipt ana dan sekit arnya. M engut ip Schoorl, pada bulan Februari 1955, m isi dan pemerint ah kolonial di M indipt ana menget ahui bahw a sudah sejak t ahun 1953 di daerah it u

56 Ibid ., 423-444.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

t erdapat gerakan yang sama sepert i gerakan keselamat an di M erauke. 57

Sesudah penyelidikan lebih lanjut diperoleh dat a t ent ang sifat dan besarnya gerakan it u. Pengikut nya t ersebar di 14 desa, yakni M indipt ana, Kakuna, Imko, Jononggo, Yipt em, Woman, Amudipun, M okbiran, M et omka, Jomkondo, Kanggup, Toge, Amburan, dan Aggamburan. Tokoh pemim pin gerakan ini adalah seorang yang bernama Kameop asal Imko. Sedangkan di M indipt ana, pemimpin set empat nya adalah t iga pemuda. Dua di ant aranya t elah mendapat kan pengalaman bersama gerakan Kuram di M erauke. Bahkan, salah seorang dari dua orang it u t ercat at sebagai pengikut gerakan Kuram di M erauke.

Sekembali mereka ke M indipt ana, t ahun 1954, dua orang it u bercerit a kepada sesama penduduk desa bahw a mereka masing-masing t elah menerima ruh kudus dari Kuram dan membaw anya pulang. Seorang di ant aranya bahkan mengaku t elah menerima melalui arw ah sebuah surat rahasia dari past or di Klapalima. Hal it u mereka lakukan demi menambah w ibaw a dari gerakan yang mereka lakukan. M ereka kemudian bergabung dengan pempimpin-pem impin dari desa-desa lain unt uk melakukan gerakan sebagaimana gerakan keselamat an yang

dipim pin oleh Kuram di M erauke. 58 Versi yang berbeda bahkan cenderung sebagai ant it esis

dari versi-versi di at as, penelit i dapat kan dari Barnabas Kalo. 59 “ ...cerit a t ent ang asal-usul manusia dan perkembangan manusia

57 Ibid ., 440. 58 Ibid ., 441-444. 59 Barnabas Kalo, 67 t ahun, adalah seorang pensiunan PNS t ahun 2007. Jabat an

t erakhirnya adalah Kepala Sekolah SD YPPK St. Fr. Xaverius M indipt ana. Sebelum dan sesudah pensiun, lelaki yang dikenal sebagai t okoh pendidikan oleh m asyarakat M indipt ana ini m asih aktif di yayasan misi, Kat olik.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

it u t idak benar, ...it u semua cerit a bersumber kepada mit os Kam berap ” , kat anya ket ika penelit i t emui di rum ahnya yang asri di Kampung Aw ayanka.

Kepada penelit i, Barnabas Kalo memberikan dua buah t ulisannya; (1) Tulisan pendek t erdiri at as dua halaman yang dit ulisnya pada 14 Juni 2000, berjudul “ Riw ayat Singkat M it os W et mo (Kam berap)” dan (2) Buku, at au t epat nya art ikel yang dijilid dalam bent uk buku set ebal 17 lembar berjudul “ Firm an Tuhan: Pencipt aan M anusia Pert am a sert a Turunannya ” . “ Buku” kedua it u dit ulisnya pada Juli 1997.

Tulisan pendek dua halaman berjudul “ Riw ayat Singkat M it os W et m o (Kam berap)” it u menjelaskan t ent ang jat i diri Kamberap dan pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Tulisan singkat it u memiliki perspekt if yang berbeda mengenai sosok Kamberap, bahkan cenderung sebagai sebuah perlaw anan at as keyakinan m ainst ream masyarakat M uyu.

M erujuk pada dua lembar t ulisan pendek Barnabas Kalo, kisah t ent ang mit os it u dimulai di sebuah dusun yang bernama Kunandi yang t erlet ak di Sungai Teri. Di sebuah dusun it u hidup sepasang suami ist ri yang bernama Kat ut dan Am eng.

Pada suat u ket ika, t epat nya t ahun 1420 M , Kat ut muda pergi ke hut an berburu binat ang. Pada saat sedang berburu, Kat ut mendapat i t aw at (set an) sedang menarikan suat u t arian. Tarian set an it u, saat ini dikenal dengan nama t arian jok dan masih dit arikan hingga sekarang. Secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi di balik pohon, Kat ut mengint ip t aw at yang sedang menari. Sebenarnya ia merasa sangat t akut , t erlebih melihat hiasan yang dikenakan oleh t aw at .

Namun rasa t akut nya dikalahkan oleh rasa penasaran dan ket ert arikannya t erhadap t arian it u karena baru pert ama kali ia melihat nya. Set elah memperhat ikan semuanya, iapun kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia menirukan t arian it u

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

dengan menghias t ubuhnya dengan segala alat perhiasan sesuai dengan yang dikenakan t aw at .

Selang beberapa t ahun dari kejadian it u, Kat ut menikahi seorang perempuan yang bernama Am eng . Dari hasil pernikahannya, t ahun 1435, lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama W et m o, art inya manusia set an. Suami ist ri ini pun memelihara anaknya, W et m o hingga ia t umbuh menjadi seorang pemuda yang gant eng. Perbuat an W et m o t ernyat a kurang baik, ia selalu berbuat jahat , sepert i mencuri dan melacur, karena ia “ disarungi” oleh set an. W et m o bisa menjelma dan berubah menjadi apapun. Akibat perbuat annya, W et m o selalu dikejar- kejar unt uk dibunuh.

Saat dikejar, W et m o menuju ke arah Barat dan masuk ke suat u t empat t erlarang (pamali). Akhirnya, Wet mo t iba di simpang t iga, Tembut ka. Di t empat it u, t erdapat sebuah rumah yang dit inggali oleh dua perempuan. Kedua perempuan it u, M it kom dan Yom kon, nampak sedang menokok sagu. W et m o pun dit erima dan boleh t inggal bersama keduanya di rumah it u. Saat it u, t ubuh Wet mo nampak kurapan.

Suat u hari, kedua perempuan it u pergi menokok sagu di hut an, sedangkan W et m o sedang t idur di pinggir api. Namun pada malam harinya, W et m o menghilang. Tanpa sepenget ahuan kedua perempuan it u, W et m o menjelma menjadi babi dan makan sagu. Kejadian sepert i it u berulang beberapa hari. Kedua perempuan it upun memberit ahukan kejadian it u kepada kaum bapak unt uk membuat perangkap babi.

Suat u malam, saat W et m o yang menjelma menjadi babi hendak makan sagu sepert i biasanya, masuk perangkap. Esok harinya, karena W et m o belum kembali, kedua perempuan it u pergi melihat perangkap yang t ernyat a sudah jat uh. M ereka melihat di dalam perangkap it u ada mahluk dengan bagian kepala berupa manusia dan bagian kakinya berupa babi. Keduanya

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

kemudian memberit ahukan keanehan t ersebut kepada kaum laki-laki. Sekelompok orang it u kemudian menuju dan melihat manusia-babi yang t erperangkap it u. M ereka pun berniat membunuh manusia babi it u. Namun sebelum dibunuh, manusia babi it u berkat a, “ sebelum bunuh dan makan daging saya, dengar baik-baik pesanku” .

Kemudian manusia babi it u menyampaikan pesan-pesan sekaligus memberit ahu t at a cara membunuh dan memakannya. Kat a-kat a mant ra pun disampaikannya. Di samping it u, manusia babi it u pun memint a agar acara it u set erusnya dilakukan dengan menggunakan babi biasa—yang bulu-bulunya bert umbuh t erbalik. Acara it u hanya boleh dihadiri oleh kaum pria yang sudah dew asa, dan anak muda yang melalui acara permulaaan yang diikut sert akan. Sedangkan kaum w anit a t idak boleh diikut sert akan karena dianggap t idak pant as (najis).

M ereka mempersiapkan semuanya dan mengundang manusia-manusia lain dari empat penjuru. Lalu mereka membunuh dan melaksanakan sesuai apa yang disampaikan oleh manusia babi yang kemudian disebut Kam berap at au Awon Kam berap . Sampai saat ini, rit ual t ersebut masih diselenggarakan dan disebut Jaw at bon (jawat = babi yang dijadikan Kam berap, Bon = t empat acara).

Di bagian akhir t ulisan it u, Barnabas Kalo seolah hendak memberi penegasan bahw a pengaruh W et m o, manusia set an it u sampai sekarang masih dianggap sebagai sumber kekuat an sert a kehidupan dan sesuat u yang mempunyai kekuat an gaib bagi masyarakat M uyu, M andobo, dan sekit arnya. Pengaruh yang bersumber dari ajaran W et m o dan dit inggalkan dalam bent uk mant ra-mant ra t ersebut menyusahkan kehidupan manusia yang masih hidup sampai sekarang, sepert i bom, mit im , w aruk, dukun.

M enurut Barnabas Kalo, m it os pencipt aan dan asal-usul manusia versi Kam berap sekaligus berbagai pengaruhnya yang

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

salah it u hingga saat ini masih diyakini oleh masyarakat M uyu. Berkali-kali penelit i konfirmasi, apakah mit os pencipt aan manusia versi Kam berap it u salah? Berulang kali juga Barnabas Kalo mengat akan, “ ...iyoo... it u salah, t idak benar! ” .

Kesalahan pemahaman dan menjadi keyakinan it u, menurut Barnabas Kalo, menjadikan semua orang M uyu apabila dit anya mengenai asal-usul mereka selalu mengat akan berasal dari hew an at au binat ang. Hanya saja t erdapat perbedaan mengenai lelulur yang diyakini oleh masing-masing sub suku di et nik ini. Namun pada umum nya apabila dit anyakan kepadanya mengenai leluluhurnya, mereka akan mengat akan bahw a leluhurnya adalah binat ang, sepert i babi, ular, kasuari, kuskus, biaw ak, bahkan benda-benda mat i lainnya; bat u at au pohon. Lebih dari it u, beberapa orang kemudian t idak memakan binat ang-binat ang it u karena dianggap pam ali. Hal ini karena memakan binat ang-binat ang it u sama halnya dengan memakan leluhur mereka.

Apa yang diungkapkan Barnabas Kalo it u memang demikian adanya. Pada suat u kesempat an, kepada penelit i Hendrikus Kamben, 42 t ahun, mengat akan bahw a nenek moyangnya mengajarkan bahw a leluhur mereka adalah anjing. Akhirnya, seluruh orang dari sub marganya t idak memakan anjing karena pam ali. “ ...hanya saja t ent ang siapa at au apa leluhur it u t erdapat perbedaan di ant ara masing-masing sub suku. Saya punya sub suku, Okpari meyakini bahw a anjing adalah leluhur kami punya” .

Berbeda dengan Hendrikus Kamben, Thadeus Kambayong mengat akan bahw a orang-orang M uyu dari sub marga Apai- Kanggim meyakini apabila leluhurnya berasal dari Kayu/ pohon Kim (kayu besi).

“ M enurut para orang t ua, leluhur kami adalah kayu Kim . Kat anya, kayu it u bisa m enangis. Apabila dilihat dengan

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

m at a t elanjang, mem ang kayu it u ya… nam pak kayu, t et api apabila dilihat dengan m at a bat in, m aka kayu it u sebenarnya adalah m anusia... Dem ikian t ua-t ua dari sub m arga Apai-Kanggim mengajarkan kepada kami.”

Berbeda dengan keduanya, Barnabas Kalo mengat akan bahw a menurut t ua-t ua dari sub marga Kipirimt em-Kapom , leluhur mereka adalah biaw ak hijau.

“ …orang-orang dari sub m arga Kipirim t em -Kanggim m eyakini bahw a leluhur m ereka adalah biaw ak hijau. …karena saya dari sub m arga it u, berart i saya berasal dari biaw ak hijau, padahal saya t idak punya ekor, ha...ha…ha… (sam bil t ert aw a lepas). Jadi, saya sendiri t idak percaya mengenai it u cerit a para t ua-t ua it u. M anusia ya berasal dari m anusia, bukan binat ang, kayu, bat u at au lainnya. Nam un, apabila kit a bert anya orang- orang dari m arga it u, siapa leluhur mereka? M ereka past i kat akan leluhurnya adalah biaw ak hijau...”

Apabila memang t erjadi penolakan mengenai keyakinan mayorit as masyarakat M uyu t ent ang leluhur mereka t ersebut , maka, (1) begaimana menjelaskan siapa at au apa leluhur masyarakat M uyu it u? dan (2) bagaimana pula menjelaskan keyakinan masyarakat M uyu bahw a seluruh umat manusia di dunia ini adalah ket urunan at au berasal dari Et nik M uyu?

Ket ika pert anyaan it u penelit i sampaikan kepada Barnabas Kalo, ia mengat akan,

“ Saya bisa m enjelaskan hal it u. Penjelasan at au penget ahuan ini bukan saya dapat kan dari siapa-siapa, t et api saya ada dasarkan pada firm an Tuhan. Saya m erasa

Saya berkew ajiban m eluruskan keyakinan yang salah it u... saya m asih m enunggu saat yang t epat unt uk m enjelaskan hal ini kepada seluruh m asyarakat M uyu.”

m em iliki

karism a...

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Salah sat u upaya unt uk menjalankan kew ajibannya it u, sebagaimana disinggung di at as, ia menulis sebuah buku at au t epat nya art ikel yang berjudul “ Firm an Tuhan; Pencipt aan M anusia Pert am a sert a Turunannya ” . “ Buku” t anpa penerbit it u t elah ia perbanyak (difot o copy) sebanyak 200 eksemplar. Apabila membaca cat at an t angan yang berisi nama-nama perseorangan at au inst ansi, memang sejak “ buku” it u ia t ulis pada Juli 1997 it u, banyak pihak t elah ia kirimi. Tercat at di ant aranya, Paus di Vat ikan, Kardinal, Presiden dan Wakil Presiden RI., Ket ua DPR RI., Jenderal Beny M urdani, Gubernur Irian Jaya (saat it u), dan masih banyak nama-nama lainnya.

“ ...saya sudah ada kirim buku yang saya t ulis it u. saya m encet aknya sebanyak 200 buku. Banyak pihak pula saya t elah kirimi, gereja, Keuskupan Agung M erauke, dan lew at keuskupan pula saya kirim kan ke gereja Kat olik di Rom a. Saya m erasa harus mengabarkan kebenaran inform asi ini kepada sem uanya. Nant i kalau saya ada punya dana, akan saya kum pulkan dua-dua orangkah dari masing-m asing sub suku. Saya akan jelaskan hal ini kepada m ereka..” .

Ket ika dit anyakan t ent ang bagaimana respon pihak-pihak yang t elah dikirim i buku t ersebut ? Barnabas Kalo mengat akan,

“ ...m ereka t idak sat upun ada m em balasnya, meskipun m elalui surat . Hanya Uskup Yacobus Defenvoder dari Keuskupan Agung M erauke ada pernah berkat a kepada saya, bahw a nant i apabila ada orang yang t ert aw a set elah m em baca t ulisan saya it u…, saya t idak boleh m arah dan m alu. Lalu pada t ahun 2000 saya ada kesem pat an bert em ua uskup di M indipt ana dan berbicara t ent ang m asalah it u. Set elah it u, hingga kini t idak ada kabar-kabar lagi…”

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Apabila membaca Kat a Pengant ar t ulisan pendek sebanyak 17 halaman yang dijilid it u, memang secara eksplisit dijelaskan bahw a Barnabas Kalo sengaja menulisnya karena hingga saat ini, menurut nya umat manusia belum menget ahui apa dan bagaimana proses pencipt aan manusia pert ama (Adam dan Haw a) sert a pembuat an Candi Babel, dan Tanah Firdaus it u yang sebenarnya. Dengan bant uan “ Firman Tuhan” , Barnabas Kalo menulis t ulisan pendek it u dan berniat memberit ahukan t empat -t empat pencipt aan manusia pert ama di Tanah Firdaus, t urunan manusia yang berkembang di at as permukaan bum i, sert a perist iw a-perist iw a pent ing lainnya.

Nah, sekali lagi, “ buku” kedua yang berjudul “ Firm an Tuhan; Pencipt aan M anusia Pert am a sert a Turunannya ” it u menjelaskan t ent ang “ apa yang difahami dan diyakini” oleh Barnabas Kalo mengenai asal-usul pencipt aan m anusia, t empat t erjadinya

proses penyebaran ket urunannya. Sekali lagi, sebuah pemahaman dan keyakinan yang menurut nya didasarkan pada firman Tuhan.

pencipt aan,

sekaligus

M erujuk pada “ buku” 17 halaman it u, disebut kan bahw a asal-usul (leluhur) manusia bukanlah dari hew an, t et api dari manusia pert ama yang dicipt akanNya, W ait / W ait kat (Adam) dan pasangannya W inkon (Eva/ Haw a). Adam dan Haw a kemudian dikut uk oleh Am benmonon (Sang Pencipt a) karena t elah melakukan kesalahan. Akibat kut ukan it u pula t anah Firdaus yang semula indah permai berubah menjadi sepert i sekarang ini. Set elah beberapa lama, dari keduanya lahir Kat / Kain (laki-laki), W onon / Abel (laki-laki), dan W ok (perempuan).

Pada saat W onon berumur 15 t ahun, ia dibunuh oleh saudaranya Kat (Kain) yang berusia 19 t ahun karena kecurigaan dan kebencian. Ket ika Kat berusia 25 t ahun, ia menikah dengan W ok . Dari perkaw inan it u, lahirlah Kam (laki-laki), Nun/ Sem (laki- laki),

Bun / Yafet

(laki-laki),

Enggan (perempuan), Cin

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

(perempuan), dan Ferau (perempuan). Ket iga pasangan ini kemudian melahirkan di t anah pencipt aan sebanyak 15 lapis/ ket urunan, sampai perist iw a pembubaran manusia t erjadi.

Perist iw a pembubaran manusia it u t erjadi pada w akt u ket urunan Kam , Nun, dan Bun berkembang sampai lapisan ke-11. Pada w akt u it u, manusia sangat padat di t anah Firdaus yang sudah berubah karena kut ukan Am benm onon. M eskipun t anah Firdaus t elah berubah dan manusia begit u padat di at asnya, t et api bahasa sert a ras mereka t et ap sat u.

Pada abad ke-5 sesudah pencipt aan, ket urunan ket iga bersaudara ini mencapai lapisan ke-11. Timbullah gagasan dan keinginan unt uk dapat bert emu dengan Am benm onon. Gagasan it u muncul pada anak ket urunan Nun dan Sem . Tokohnya bernama Babel. Babel kemudian memimpin ket urunan ket iga bersaudara ini membuat Am arak (menara) unt uk bert emu dengan Am benm onon. M enara yang mereka buat t ersebut memiliki ukuran; panjang 100 m, lebar 100 m, dan t inggi 500 met er. Dan diselesaikan selama 2 (dua) abad.

Secara ist imew a, dalam w akt u 2 abad t ersebut at as kekuasaan Tuhan t erbent uk w arna kulit , rambut , t ingkah laku sert a dialek bahasa, suku bangsa, dan bahasa. Namun yang mengalami perubahan t ersebut hanyalah ket urunan Sem dan Yet . Sement ara ket urunan Kam t idak mengalam i perubahan.

a) Ket urunan Kam t et ap dengan ras yang ada (kulit hit am, rambut kerit ing, dialek bahasa dan suku bangsa sert a sifat nya; kasar, benci, cemburu, dan dendam)

b) Ket urunan Sam berubah menjadi kulit kuning, saw o mat ang, rambut panjang kasar, dan mat a kecil. Pada ket urunan ini juga t erbent uk dialek bahasa, suku bangsa, dan bahasa.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

c) Ket urunan Bun (Yafet ) berubah menjadi kulit put ih, rambut panjang jagung, mat a kelereng, dan juga t erbent uk dialek bahasa, suku bangsa, dan bahasa.

Pada w akt u menara sudah mencapai t inggi 500 met er, maka t urunlah murka Tuhan, dan menara it upun roboh. Rat usan ribu orang mat i t ert imbun rerunt uhan menara it u. Set elah it u, berdirilah kelompok-kelompok manusia sesuai dengan dialek bahasa, suku, dan bahasa, sert a ciri khas mereka.

Salah seorang ket urunan Kam , bernama Yinin kemudian memimpin dan memerint ahkan mereka keluar dari t empat it u, menyebar, dan mengisi bum i. Yinin berkat a, “ Kamu berangkat , berikan belakang kepada saya, sampai dengan buat ket urunan menut upi bumi, lalu dat anglah bert emu saya. Ket urunan Nun (Sem ) ke Barat dan ket urunan Bun (Yafet ) ke Timur. Apa yang diperint ahkan oleh Yinim t ersebut t elah sesuai dengan rencana Am benm onon .

Set elah mendengar perint ah saudara t uanya it u, maka mereka keluar dari t empat pembubaran (lokasi pembuat an menara Babel) di sebelah Barat menara menuju ke Ut ara, menyeberangi sungai W inip (Winik) dan juga sungai Kow on (Kao). M ereka t erus berjalan menuju ke Ut ara melew at i gunung-gunung sampai di Laut an pasifik. Di t empat it u mereka t inggal unt uk sement ara w akt u sambil membuat kapal-kapal besar berbent uk rumah.

Tempat ist irahat sement ara yang sekaligus digunakan unt uk membuat kapal-kapal it u diberi nama Onun (t inggi). Saat ini t empat it u diberikan Angkasa Pura (Jayapura, Irian Jaya, Indonesia).

Sesudah selesai membuat kapal-kapal mereka bersiap- siap unt uk berangkat . Sebelum berpisah dan berangkat menuju arah masing-masing, ant ar ket urunan t ersebut mengadakan perjanjian. Isi perjanjian yang disampaikan dengan menggunakan

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

bahasa isyarat t ersebut bermakna: “ Pada suat u saat kit a akan bert emu kembali di t empat ini” .

Ket urunan Nun (Sem ) berangkat melalui laut an Pasifik ke arah Barat sampai bert empat di t empat yang baru. Tempat baru it u mereka namakan Cim -Cim , sekarang dinamakan Cina. Dari sit u mereka mengembangkan ket urunan ke Timur, Barat , Ut ara, dan Selat an.

Ket urunan Yafet berangkat melalui laut an Pasifik menuju ke Timur (berliku-liku) sampai ke t empat yang baru. Tempat baru it u dinamakan Kanaan. Nama it u berasal dari kat a “ Kanan” karena mereka berangkat ke arah kanan. Tempat it u sekarang disebut negara Israel—t empat kelahiran Yesus. Dari sini ket urunan Bun (Yafet ) t ersebut berkembang ke Timur, Barat , Ut ara, dan Selat an.

Akhirnya, ket urunan Kam sesudah pembubaran sampai dengan sekarang memenuhi t empat -t empat ; Irian Jaya (Indonesia), PNG, Aust ralia (asli), kepulauan Pasifik, Amerika (asli), dan negara-negara Afrika Selat an; Sement ara ket urunan Nun (Sem ) sesudah pembubaran manusia sampai sekarang memenuhi t empat -t empat ; negara-negara di kaw asan Asia; Sedangkan ket urunan Bun (Yafet ) sesudah pembubaran manusia sampai sekarang memenuhi t empat -t empat Eropa Timur, Eropa Barat , dan daerah Kut ub.

Sedangkan mengenai t empat -t empat t erjadinya berbagai perist iw a pent ing it u dijelaskan sebagai berikut :

1) Taman Firdaus bernama W unkam un, saat ini disebut Provinsi Irian Jaya (Indonesia) bagian Barat dan Tim ur adalah negara PNG, secara keseluruhan dari Sorong (Indonesia) sampai Samary (PNG). Firdaus art inya alam yang indah permai, sedangkan W unkam un art inya kekayaan Firdaus yang t idak akan pernah habis.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

2) Tempat pencipt aan manusia pert ama, penggodaan W in (Haw a) dan pembunuhan W onon (Abel) adalah ibu kot a Kecamat an Woropko, Kabupat en M erauke, Provinsi Irian Jaya (Indonesia).

3) Pembuat an Am arak (menara) Babel sert a pembubaran manusia t erjadi di w ilayah Kecamat an Woropko, Kabupat en M erauke, Provinsi Irian Jaya.

4) Sisa rerunt uhan menara, saat ini disebut gunung Koreom.

Ket ika dit anyakan mengenai asal sumber at au rujukan t ahun, nama-nama, sert a ist ilah-ist ilah yang disebut kan dalam dua t ulisan pendek t ersebut , Barnabas Kalo mengat akan,

“ ...it u sem ua berdasarkan firm an Tuhan. Saya m erasa ada m endapat pet unjuk m engenai it u sem ua sehingga saya bisa m enulisnya... Firm an Tuhan it u t idak langsung kepada saya, t et api m elalui perant ara, yait u saya punya ist ri, Beat ha Kalo. Ada em pat kali Tuhan m enem ui saya punya ist ri dan Tuhan berfirm an di sana. Karena firman Tuhan it u, saya dapat m enget ahui it u sem ua.”

Sedikit menyinggung t ent ang sosok Beat ha Kalo— “ penerima firman Tuhan” , ia adalah lulusan Sekolah Rakyat (SR) di M indipt ana. Kemudian mengikut i sebuah lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh misi Kat olik, Pembinaan Ket erampilan Perempuan, di M erauke. Selama menjadi pelajar di lembaga pendidikan t ersebut , ia t inggal di asrama St . Theresia M erauke. Saat di asrama it ulah, ia mengaku mendapat kan beberapa

“ firman Tuhan” 60 . Firman Tuhan it u kemudian dicerit akan kepada

60 Dalam “ buku” yang berjudul “ Firman Tuhan; Penciptaan M anusia Pertama sert a Turunannya ” disebut kan bahw a firm an Tuhan kepada Beat ha Kalo

t erjadi sebanyak em pat kali; (1) Dalam Im pian pada t anggal 11 M ei 169 t em pat Asram a St . Theresia M erauke, (2) Penam pakan I pada t anggal 12 M ei 1969 t em pat Asram a St . Theresia M erauke, (3) Penam pakan II pada t anggal 12 M ei 1993 t em pat di depan Gereja Krist us Raja M indipt ana, dan (4) Kunjungan

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

suaminya, Barnabas Kalo dan (oleh suaminya) dijadikan sebagai dasar penulisan kedua t ulisan pendek t ersebut .

Terlepas dari benar dan salah at au perspekt if apapun yang digunakan unt uk melihat dan kemudian mencoba menjust ifikasikannya, namun (sebenarnya) dari beragam versi di at as didapat kan kesamaan “ nilai” mengenai mit os pencipt aan, t empat t erjadinya perist iw a, asal-usul manusia dan sekaligus perkembangannya di seluruh jagat raya ini. Persamaan paling menonjol ant ara beragam versi t ersebut adalah; (1) t empat at au lokasi pert ama kali pencipt aan manusia adalah di salah sat u t empat di pulau Papua dan (2) semua umat manusia di dunia ini adalah ket urunan dari manusia pert ama yang dicipt akan di Papua.

2.3.2. Asal-usul Ist ilah M uyu

Berbicara mengenai asal-usul ist ilah kat a M uyu adalah perbincangan mengenai kapan pert ama kali ist ilah it u dipakai, oleh siapa, dan bagaimana prosesnya. Dan t ernyat a, kapan dan oleh siapa it u t idak dapat dilepaskan dari perdebat an mengenai kapan pert ama kali Et nik M uyu melakukan kont ak dengan pihak lain, Barat (Belanda) misalnya.

M engut ip cat at an dari Schoorl yang menyebut kan, bahw a kont ak pert ama daerah M uyu dengan “ Barat ” mulai sejak periode eksplorasi milit er Belanda (Nederlands-Nieuw -Guinea) dari t ahun 1907-1915. Eksplorasi at au penjelajahan milit er ini t imbul dari keinginan Gubernur Jenderal Hindia Timur unt uk mengembangkan bagian Timur dari kepulauan Nusant ara. Tujuannya adalah memperoleh keseimbangan yang lebih baik

Bunda M aria dalam m im pi sewakt u Beat ha Kalo sakit pada t anggal 11 Sept em ber 1994 t em pat di M indipt ana.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

ant ara pengeluaran pemerint ah unt uk daerah it u dan pendapat an yang diperoleh dari w ilayah it u. Daerah it u meliput i M anado, Ternat e, dan daerah jajahannya, Ambonia, Nugini Selat an, sert a Timor dan daerah jajahannya.

Eksplorasi pert ama di daerah M uyu dimulai dari yang disebut Perkemahan Sw allow (Sw allow Bivouc). Sw allow adalah sebuah kapal perkemahan yang pada bulan Februari t ahun 1909 berlabuh di Sungai Digoel, dekat muara Sungai Kao. Pada bulan M ei kapal it u naik ke hulu Sungai Digul. Sejak 27 M aret sampai 6 April eksplorasi it u berlayar ke hulu Sungai Kao hingga kira-kira

70 km dari m uaranya dan juga menyelidiki Sungai M uyu. Dari 17 Juni hingga 6 Juli mereka berlayar di Sungai Kao, sekit ar 50 km lebih ke at as lagi.

Bert olak dari Sungai Kao dan M uyu eksplorasi t ersebut mencapai sungai Fly 61 pada bulan Januari 1913. Pada bulan

M aret mereka sampai di Sungai Alice. Pada bulan-bulan aw al 1913 it u mereka juga mengadakan perjalanan ke hulu Sungai Kao, sebagian dengan jalan kaki ke daerah di sebelah Ut ara

Sungai Koreom. 62 Sedangkan mengenai asal-usul ist ilah M uyu sendiri,

t erdapat beragam versi. Cat at an pert ama mengat akan bahw a ist ilah it u diperkirakan muncul bersamaan dengan masuknya misi Kat olik. Diperkirakan dalam perjalanan ekspedisi it u, mereka mengadakan kont ak pert ama dengan penduduk set empat di pinggiran Sungai Kao—pada sub suku Kam indip yang hidup di w ilayah pinggiran Sungai M ui.

Sungai Fly adalah sungai yang m em belah pulau Papua bagian selat an m enjadi w ilayah dua negara, sisi sebelah Barat sungai m erupakan wilayah NKRI, sedangkan sisi sebalah Tim ur sungai merupakan wilayah Negara PNG.

62 Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 246-247.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Pada sub suku Kamindip ini ada juga sekelompok orang yang mempunyai klan M uyan. Klan M uyan inilah yang diperkirakan mengadakan kont ak pert ama dengan para ekspedisi t ersebut . Ket ika rombongan ekspedisi menanyakan asal mereka, klan M uyan memperkenalkan diri kepada para ekspedisi dengan mengat akan, “ Net o m uyannano“ (saya ini orang/ klan M uyan). Dari perkenalan ini, para ekspedisi t ersebut menulis dalam buku cat at an harian mereka dan berkemungkinan besar menyebut seluruh penduduk it u—dari Selat an hingga ke Ut ara—dengan

sebut an M uyu. 63 Sedangkan cat at an lain menyebut kan bahw a ist ilah M uyu

ini muncul karena orang-orang yang t inggal di hulu sungai Kao— dari Selat an hingga ke Ut ara—menyebut sungai yang mengalir ant ara sungai Kao di bagian Barat dengan Sungai Fly di bagian Timur it u dengan ist ilah ok M ui, art inya sungai M ui at au kali M uyu.

M enyangkut masalah asal-usul ist ilah ini, Thadeus Kambayong mengat akan bahw a ist ilah “ M uyu“ it u muncul ket ika penduduk set empat mengadakan kont ak pert ama dengan para ekspedisi yang dipimpin oleh Past or Pet rus Hoeboer dari muara Sungai M ui hingga ke hulu sungai Kao. Ket ika para ekspedisi menanyakan kepada penduduk set empat nama sungai yang sedang mereka lew at i t ersebut , penduduk set empat menjaw ab. “ ini ok M ui“ —art inya sungai M ui at au kali M uyu. Kemudian para ekspedisi Belanda it u menulis M ui dengan ejaan Belanda

“ M oejoe” yang di-Indonesiakan menjadi M uyu. Karena penghilangan akhiran “ i” pada kat a M ui dan digant ikan dengan

Sedang kat a M uyan kemungkinan m engalam i perubahan akhiran atau penghilangan akhiran “ an” dan digantikan dengan akhiran “ u” sehingga m enjadi M uyu. Terlebih kem udian pada tulisan-t ulisan dan laporan-laporan penelit ian berikut nya m enyebut nya dengan ist ilah yang sama, yakni M uyu.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

akhiran “ yu” menjadi M uyu. Dari sinilah muncul ist ilah M uyu. Set idaknya, Barnabas Kalo membenarkan t ent ang hal ini.