Studi Kasus Persalinan Perempuan M uyu

5.2. Studi Kasus Persalinan Perempuan M uyu

Dalam menet ap selama dua bulan lebih bersama masyarakat Et nik M uyu, penelit i mew aw ancarai perempuan M uyu yang melahirkan anaknya di t ana baram bon ambip. Pet ronela Apai (32 t ahun), ist ri dari Eduardus Kim bum (35 t ahun), melahirkan pada t anggal 24 April 2014 di Kampung Wanggat kibi, Dist rik M indipt ana.

Persalinan di t ana baram bon am bipyang dialam i Pet ronela di Kampung Wanggat kibi bukanlah sat u-sat unya kejadian di Dist rik M indipt ana. Penelit i mendapat i banyak kasus yang sama (persalinan di t ana baram bon am bip) di kampung- kampung lainnya di sekit ar M indipt ana, baik yang melahirkan sendiri t anpa pert olongan, dit olong saudara sendiri, at aupun yang mendapat pert olongan dari t enaga kesehat an.

212 Ibid .

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Penulisan st udi kasus pengasingan perempuan Et nik M uyu kali ini merupakan deskripsi pada proses persalinan yang dialam i oleh Pet ronela Apai. Penulisan secara narat if dimulai dengan perasaan Pet ronela pada saat menerima berit a kehamilan, persalinan, dan sampai dengan t iga hari masa nifas.

Berit a Kehamilan; Perasaan Seorang Ist ri Di saat mendapat i dirinya sering merasa mual-mual dan

pusing, Pet ronela mulai berhit ung. Pet ronela menelisik lebih jauh, kapan dia mendapat menst ruasi t erakhirnya? Berapa lama dia t idak mendapat kan hal “ kot or” it u? “ Ahh… apakah aku berunt ung bisa mendapat kan anak ket iga?” pikirnya.

Kepast ian bisa didapat kannya set elah menyempat kan diri berkunjung ke Puskesmas M indipt ana. Bidan Nat alia Tuw ok dan Sust er Rosa M ianip yang memeriksanya membuat senyum simpulnya t erkembang seharian it u. Pet ronela dinyat akan t engah mengandung, menginjak usia kehamilan bulan ke-t iga. Sungguh keberkahan yang sangat disyukurinya. Anak ke-t iga ini akan melengkapi hidupnya set elah Samorika Yukamoh (9 t ahun) dan Engelbert us Yohanes (2 t ahun 7 bulan) hadir t erlebih dahulu dari rahimnya.

“ Tapi…,“ Pet ronela menghela nafas panjang mengingat hal it u, t radisi pengasingan it u, yang harus dijalaninya. Sungguh sesak dadanya membayangkannya. Kelanjut an kehamilannya enam bulan ke depan, yang harus diakhirinya di pengucilan. Bayangan t ana baram bon am bip yang sempit dan dingin sungguh membuat kebahagiaan dengan berit a kehamilan yang baru dit erimanya sekejap hilang. “ Haruskah…?” keluhnya.

Sebagai seorang perempuan yang t erlahir di t engah Et nik M uyu, Pet ronela merasa t idak bisa menghindar unt uk menjalani persalinan di t ana baram bon am bip, yang oleh masyarakat di

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

sekit arnya biasa disebut sebagai bévak 213 . M au t idak mau dia t erjebak di dalam adat t radisi yang harus dijalaninya. Tidak ada

t aw ar menaw ar unt uk hal ini. Pet ronela merasa lebih nyaman bila dia bisa melahirkan di rumah dibandingkan di bévak, dan bahkan bila dibanding melahirkan di Puskesmas at au rumah sakit

sekalipun. Bayangannya pada kesendirian di pondok pengasingan sungguh membuat Pet ronela merasa t ak nyaman, membuat nya merasa disingkirkan. “ ahh... seandainya bisa memilih... alangkah nyamannya bisa melahirkan di rumah saja...,” bisik bat in Pet ronela.

Tet api rumah yang dit inggali Pet ronela saat ini bukanlah rumahnya. Ini rumah orang t uanya, dimana Pet ronela dan saudara-saudara dan ipar-iparnya yang lain t inggal bersama- sama. Dia t ak punya kuasa apapun at as rumah ini…

Laki-laki M uyu; Sikap Seorang Suami Eduardus Kimbum (35 t ahun), adalah seorang suami yang

sangat membanggakan bagi Pet ronela. Suami yang dirasakan sangat mencint ainya dengan sangat . Suami yang mendukungnya dengan penuh, yang t elah memberikan dua anak yang sangat manis.

Eduardus yang menikahinya pada t anggal 15 Juli 2013 secara Kat olik, meski sudah menikah secara adat sebelumnya, sangat menginginkan agar Pet ronela dapat melahirkan di rumah

213 M enurut t okoh m asyarakat Et nik M uyu Okpari, Phillips Leonard Bonggo (64 t ahun), penyebut an tana barambon ambipsebagai bévakit u salah. Bévak

seharusnya dipakai sebagai pengert ian rum ah panggung kayu yang berperan sebagai cadangan, at au rum ah panggung kayu yang biasa dipergunakan sebagai dapur. Tet api penulis t et ap m enggunakan bévak sebagai ganti t ana barambon ambip, sebagaim ana biasa masyarakat Et nik M uyu um um nya m enyebut tana barambon ambip.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

saja, t idak perlu harus mengasingkan diri ke bévak. Eduardus sangat ingin bisa menemani ist ri yang sangat disayanginya pada saat -saat pent ing it u.

Sebagai suami-ist ri, dan juga sebagai sebuah keluarga, Eduardus dan Pet ronela sudah sangat jarang merengkuh kebersamaan. Kalau t idak karena kew ajiban unt uk segera dapat melunasi hut ang t ukòn yang dimint a kakak laki-laki Pet ronela, Eduardus ingin bisa t erus bersama-sama dengan keluarga kecilnya.

Harga senso (gergaji mesin) yang lima belas jut a rupiah sebagai t ukòn 214 saat Eduardus mempersunt ing gadis pujaannya,

Pet ronela Apai, sungguh berat bagi Eduardus Kimbum yang hanya bekerja sebagai buruh t ambang pasir di Kali Wet -Tanah M erah, yang membuat nya harus hidup t erpisah dengan keluarganya, harus menet ap di Tanah M erah. Kalau seandainya kakak iparnya t idak mengancam akan membongkar rumah bant uan pemerint ah yang hendak dit erim anya, mungkin Eduardus akan mengulur w akt u melunasi hut ang t ukòn t ersebut , semat a agar bisa lebih sering menemani ist rinya, agar bisa lebih lama menikmat i kebersamaan, bersama ist ri dan juga buah hat inya.

Sungguh, bagi Eduardus Kimbun dan Pet ronela Apai sangat mahal art i sebuah kebersamaan. Kew ajibannya sebagai orang M uyu unt uk menjalani t radisi, yang mengharuskan Pet ronela dikucilkan di bévak, membuat dada Eduardus sesak. Lelaki M uyu it u menyadari bahw a dia harus mengikut i t radisi yang sudah digariskan para leluhurnya, t api sungguh Eduardus merasa kebersamaan bersama ist rinya juga sangat pent ing bagi mereka.

214 Tukòn adalah m ahar unt uk “ m em beli” perem puan pada Et nik M uyu.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

“ Tidakkah mereka mengert i kondisi ini?” keluhnya. Tapi t radisi yang hendak dilaw annya t erlalu kuat . M asyarakat yang mengelilinginya t idak memberinya sedikit pun kelonggaran. Keluarga yang diharapkan bisa mengert i dengan kondisinya pun bersikap set ali t iga uang, sama saja, bersikukuh bahw a Pet ronela Apai harus dikucilkan di bévak.

Keluarga M uyu; Ket eguhan pada Tradisi Sikap yang dit unjukkan ayah dan saudara-saudaranya

yang t inggal di rumah panggung t urut membuat perasaan Pet ronela dan Eduardus Kimbum, suaminya, t ak menent u. Sebagian besar dari mereka t erus mendesak agar Pet ronela melahirkan di bévak. Keluarga besar Pet ronela t idak mau menanggung ipt ém persalinan yang mereka yakini akan memberi dampak buruk pada kesehat annya.

Pet ronela dapat merasakan rasa sayang dan dukungan adik lelaki sat u-sat unya, Agust inus Apai (22 t ahun), yang sama sekali t idak mau berkoment ar soal keharusan pengucilannya saat bersalin nant i ke bévak. Tapi apalah daya, sat u suara sama sekali t idak berpengaruh banyak dibanding seluruh anggot a keluarga yang t inggal di rumah panggung kayu, t empat dia dan suaminya menumpang. Vict or Tenjab (52 t ahun; ayah Pet ronela) dan Poli Apai (36 t ahun; kakak laki-laki) sama sekali t idak bergeming. Bert ahan dengan sikapnya yang mengharuskan Pet ronela diasingkan ke bévak saat bersalin nant i.

Sement ara Yosefit a Apai (29 t ahun), adik perempuan sat u-sat unya, yang diharapkan dapat mendukungnya sebagai sesama perempuan M uyu, unt uk sebuah kelonggaran t erhadap t radisi yang sudah t urun t emurun it u, t ernyat a t ak juga bisa membesarkan harapannya. Yosefit a seakan sama sekali t idak peduli hal it u. Dia t urut bersuara keras agar bévak segera dibangun, agar t idak t erlambat didahului sebuah kelahiran,

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

sepert i dahulu, saat Pet ronela melahirkan yang anak yang pert ama, Samorika Yukamoh, yang keduluan lahir sebelum bévak sempat didirikan. Theresia Kiripan (26 t ahun), perempuan M uyu lainnya yang t inggal di rumah kayu panggung pun bersikap sama saja dengan Yosefit a Apai. Kakak ipar Pet ronela it u t urut mendukung suaminya, Poli Apai, unt uk mengasingkan Pet ronela di bévak.

M au t idak mau pengucilan harus dijalani Pet ronela. M eski jauh di lubuk hat inya Pet ronela enggan, sangat enggan! Tradisi harus dijunjung t inggi bila t idak mau dijauhi, adat harus dipegang kuat bila t ak ingin dilaknat , dan bahkan bila Pet ronela t erpaksa harus sekarat .

Sebuah ket akut an besar yang memenuhi kepala Pet ronela bila t radisi pengasingan t urun-t emurun it u dilanggar, bila Pet ronela benar-benar harus dihukum , dijauhi keluarganya. Dijauhi masyarakat Pet ronela masih merasa bisa bert ahan. Tapi dijauhi keluarga? Sungguh Pet ronela t ak kuasa membayangkan hal it u. Bagaimana bila dia diusir dari rumah panggung it u? Bagaimana bila dia harus put us hubungan dengan keluarganya? Bagaimana dia harus menjelaskan pada anak-anaknya bila bert anya t ent ang kakeknya?

M embangun Bévak; Rumah Pengasingan Saat it u, baru minggu ke-dua memasuki bulan April 2014,

usia kehamilan Pet ronela t elah mencapai um ur sembilan bulan, sebent ar lagi saat -saat menegangkan it u akan segera t iba. Suami Pet ronela didesak keluarganya unt uk segera mempersiapkan diri membuat bévak, gubuk kecil sederhana yang akan menjadi ‘rumah t inggal’nya nant i selama beberapa hari ke depan bersama anak yang akan dilahirkannya.

Pet ronela pun juga berharap, bévak yang akan segera dibangun suam inya dapat segera selesai. Segera berdiri, sebelum

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

keburu jabang bayi yang dikandungnya lahir ke dunia. Tidak ada alasan apapun bagi Pet ronela unt uk mengharapkan segera t erselesaikannya bévak it u, kecuali ket akut an yang sangat besar akan konsekw ensi bila Pet ronela t idak ikut menjalankan t radisi rat usan t ahun yang t elah mendarah daging di m asyarakat Et nik M uyu t ersebut .

Eduardus pun bersegera membuat persiapan sederhana. M engumpulkan daun-daun sagu unt uk dikeringkan, mengukur dan memot ong sisa papan yang disimpannya di baw ah rumah panggung, dan mencari beberapa bat ang kayu berukuran sedang dan kecil unt uk t iang dan kerangka panggung dan at ap bévak yang akan dibangunnya nant i. Tak lupa beberapa ruas rot an yang disiapkan unt uk t ali pengikat daun-daun sagunya nant i.

Eduardus, dengan dibant u Poli Apai, kakak laki-laki Pet ronela, menjalin sat u persat u daun-daun sagu yang t elah dikeringkan, yang dipergunakan sebagai dinding, dan juga at ap pelindung bévak. Sement ara sisa papan yang t elah dipot ong rapi dipergunakan sebagai dasar lant ai panggung bévak. Ent ah, apakah dinding dan at ap dari jalinan daun-daun sagu it u bisa menahan haw a dingin hembusan angin w ilayah Pegunungan Tengah?

Pada akhirnya berdirilah bévak it u! Rumah pengasingan yang sangat sederhana. Berukuran t ak lebih besar dari 1,5 met er x 1,5 met er. Tidak t ersedia fasilit as apapun di dalam bévak. Tidak t empat t idur, t idak meja, at aupun kursi. Bagaimana pula meubelair sederhana sepert i it u bisa masuk dalam gubuk se” megah” bévak?

Sebenarnya bévak sederhana it u dibangun berjarak t ak lebih dari 15 met er dari rumah kayu ut ama t empat Pet ronela dan saudara-sudaranya t inggal. Tet api kondisi jalan t anahnya yang sangat licin, dan langsung berupa t urunan, sert a dibangun di t engah t egalan yang sepert inya t idak t erurus, sungguh

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

memerlukan perjuangan unt uk mencapainya 215 . Apalagi bagi Pet ronela, perempuan M uyu yang t engah mengandung sembilan

bulan. Sembilan bulan!

Gambar 5.1. Bévak Sangat Sederhana unt uk Pengasingan Pet ronela di Kam pung Wanggat kibi Sum ber: Dokument asi Penelit i, M ei 2014

Peneliti sem pat terjat uh beberapa kali saat m encoba sendiri unt uk m enuruni jalan t anah t ersebut menuju bévak.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Gambar 5.2. Posisi Bévak dari Rum ah Panggung Ut am a, berjarak 15 m eter, di Kam pung Wanggat kibi Sum ber: Dokument asi Penelit i, M ei 2014

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Saat Persalinan Siang it u, Kamis, 24 April 2014, Pet ronela m emakan

dengan lahab papéda buat an suaminya. Dengan kuah ikan kesukaannya, bubur sagu it u t erasa nikmat sekali siang it u. Dengan dit emani Eduardus suaminya, makan siang hari ini t erasa sangat sempurna. Tiba-t iba saja Pet ronela merasakan sakit pada perut nya. Pengalaman Pet ronela sebagai seorang ibu dengan dua kelahiran sebelum nya membuat nya merasa yakin, bahw a sebent ar lagi w akt unya akan t iba. Dia harus bergegas!

M enurut perhit ungan Bidan Nat alia Tuw ok dari Puskesmas M indipt ana saat dat ang memeriksa pagi t adi, seharusnya Pet ronela baru akan melahirkan sekit ar jam dua siang. Sekarang masih kurang sat u set engah jam lagi dari perhit ungan, t api rasa-rasanya w akt unya sudah dekat .

Dengan memasang t anda salib di t ubuhnya, Pet ronela dilepas suaminya dengan pandangan yang lekat menat ap t ak berkedip, Pet ronela berjalan seorang diri, menyisir, menuruni jalan set apak t anah yang t erjal it u, menuju rumah pengasingannya, bévak. Tak lagi sempat memikirkan kesendirian yang hendak dijalaninya, yang ada hanya keinginan unt uk segera sampai di bévak. Rasa di perut nya sudah t ak t ert ahankan lagi. Rasanya ingin segera sampai!

Sebent ar t erpeleset , sebent ar berdiri t egak, dan sebent ar kemudian t ert at ih maju, selangkah demi selangkah. Pet ronela harus menguat kan t ekad. Dia harus segera sampai di bévak it u. Ket ika baru saja menginjakkan kakinya naik ke panggung bévak, Pet ronela merasakan anaknya akan segera keluar. Rasanya sudah di ujung. Kepala bayinya t elah menyeruak keluar. Tak lagi sempat berbaring, dalam posisi berdiri Pet ronela memegang kepala bayinya yang menyembul di jalan lahir. Rasanya susah sekali memegang kepala bayinya dengan t angan melew at i belakang

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

pahanya. Rasa sakit t ak t ert ahankan t ak lagi dihiraukannya, ” Anakku harus t erlahir selamat ! ”

Demi melihat Pet ronela yang berjuang sendirian, Eduardus berlari, secepat kilat bergegas menghampiri Pet ronela.

Perset an dengan t radisi! Perset an dengan am òp 216 yang dalam keyakinan M uyu bisa membuat nya sakit , yang Eduardus t ahu

ist rinya sedang membut uhkannya, ist rinya sedang meregang nyaw a melahirkan anaknya, darah dagingnya!

Tak membut uhkan w akt u lama, jabang bayi merah salah sat u penerus generasi M uyu t erlahir dengan selamat . Pet ronela berbaring dengan nafas yang masih t erengah. Eduardus mengambil alih bayi merah yang baru saja keluar dari rahim Pet ronela. Nafas lega mengiringi keduanya, saat -saat gent ing t elah lew at . Jabang bayi yang masih merah it u dilet akkan di lant ai papan dengan dialasi kain.

Tali pusat t elah dipot ong Eduardus dengan gunt ing yang dit emukannya t ergelet ak begit u saja di rumah, dan lalu mereka t erdiam. Saling menat ap dalam sepi. M encoba memahami apa yang baru saja t erjadi. Tak t ahu lagi apa yang seharusnya dilakukan.

Unt ung saja Bidan Nat alia Tuw ok segera dat ang. Rupanya ada yang memberit ahu Bidan Nat alia bahw a bayi Pet ronela t elah lahir. M eski t erlambat , Eduardus dan Pet ronela t et ap saja senang dan bersyukur dengan kehadiran bidan asli M uyu it u. Set idaknya Bidan Nat alia Tuw ok t ahu apa langkah selanjut nya yang harus dilakukan.

Nat alia Tuw ok, bidan yang sehari-harinya bert ugas di Puskesmas M indipt ana bergegas dat ang. Tak lebih dari set engah jam, jarak kurang lebih 15 kilomet er dilahapnya dengan mot or Honda W in ber-plat merah miliknya. Seandainya saja jalanan

216 Pam ali at au pantangan

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

sepanjang it u masih banyak lubang menganga yang dipenuhi lumpur sepert i t ahun lalu, t ent u saja Bidan Nat alia Tuw ok perlu w akt u lebih lama unt uk mencapai rumah Pet ronela di Wanggat kibi. Bidan put ri mant an Camat W oropko ini t inggal di Kampung M indipt ana, di rumah dinas yang bersebelahan dengan Puskesmas M indipt ana.

Tugas selanjut nya unt uk bersih-bersih, peraw at an bayi sert a ibunya, diambil alih oleh Nat alia Tuw ok. Bidan yang masih saja bet ah membujang ini meraw at bayi Pet ronela dengan cekat an. Tali pusat yang dipot ong Eduardus dipot ong kembali dengan rapi. Eduardus hanya membant u menyiapkan air panas saja. Usapan lembut kain yang dicelup dengan air hangat unt uk membersihkan bayi Pet ronela seakan memancarkan kasih sayang dari hat i Bidan Nat alia Tuw ok yang t ulus. Pet ronela merasakan ket ulusan it u, mereka t erlibat obrolan hangat berjam-jam set elahnya.

Hari it u berhasil dilalui dengan kelegaan. Bayi dan ibunya akhirnya selamat . Kebahagiaan yang dirasakan Pet ronela seakan menghapus sement ara kekhaw at iran yang sempat dirasakan sebelumnya. Yaa… hanya sement ara.

M enjalani Pengasingan Kelegaan akan kelahiran bayi dan ibunya dengan selamat

masih harus dit ahan sebagai sebuah kebahagiaan yang penuh dan sempurna. Beberapa hari ke depan Pet ronela besert a bayinya harus t et ap t inggal di pengasingan.

M alam pert ama Pet ronela t inggal di bévak t erasa sangat asing. Ruangannya t erasa sempit , bahkan kakinya harus sedikit dit ekuk saat berbaring, at au menjulur keluar ke arah pint u bila ingin diluruskan. Pet ronela merasa dingin sekali malam it u. Anyaman daun pohon sagu yang dibuat suaminya t ak sanggup menahan haw a dingin yang menyergap saat malam mulai t urun,

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

apalagi pint u bévak t erbuka begit u saja t anpa penut up. Yang diingat Pet ronela hanya bayinya saja. Dia t idak boleh kedinginan. Dit aruhnya t ubuh mungil it u di at as badannya, didekat kannya mulut kecil it u di put ing susunya, diselimut i dengan kain yang dit inggal suaminya siang t adi, bayi mungil it upun dengan lahap menyedot air susu yang keluar deras dari t et ek mamanya. Bayi it u didekapnya penuh kasih sayang.

M alam ini t erasa sangat gelap, halimun t ipis mulai t urun memenuhi t egalan belakang yang lebih mirip hut an. Lent era yang dipasang suaminya sinarnya t ak mampu menembus kegelapan malam. M endung bergayut menut upi pant ulan sinar rembulan. “ Semoga malam ini t idak t urun hujan…,” bisik Pet ronela dalam harap, sambil merapat kan selimut anaknya. Kekhaw at iran Pet ronela bukannya t anpa alasan. Wilayah Pegunungan Tengah ini adalah salah sat u w ilayah dengan curah hujan t ert inggi di Propinsi Papua. Hampir t iada hari yang t erlew at kan t anpa t urun buliran air dari langit .

Lamunan Pet ronela Apai t erhent i, saat dengkur halusnya mulai t erdengar pelan dan t erat ur. Perjuangannya menyabung nyaw a saat siang t adi cukup membuat t ubuh kecilnya kelelahan. Unt ung saja perempuan M uyu it u kuat . Pet ronela t idak mau dikalahkan.

Pagi it u Pet ronela t erbangun dengan suara anak gadisnya, Samorika Yukamoh yang dat ang menyusul ke bévak. “ Ahh… kunjungan pagi yang menyenangkan…,” desis Pet ronela lirih. Bibirnya melengkung, senyumnya mengembang, gadis kecil it u mulai beranjak besar rupanya. Cerew et nya sungguh mint a ampun. Tapi kehadirannya sungguh membuat hat i Pet ronela bersinar. Sesekali t ert aw a t ergelak dengan celot eh dan t ingkahnya yang lucu.

Pagi it u di bibir Pet ronela t ersungging senyum yang manis sekali saat suaminya dat ang membaw akan panci berisi air panas.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Rit ual pagi unt uk memandikan bayinya t erasa sangat menyenangkan bagi Pet ronela. Apalagi dua buah hat inya, Samorika

Yohanes, t urut bercengkerama, ikut an nim brung di bévak. M ereka ikut -ikut an repot , at au malah merepot kan? Ent ahlah... meski bévak yang sempit makin t erasa sempit , t api t ak sanggup mengurangi kegembiraan yang dirasakan Pet ronela saat ini.

Yukamoh

dan

Engelbert us

217 Pagi ini suaminya membakar sagu kering unt uk akét dan menjerang air unt uk segelas t eh manis. Suguhan sarapan

pagi sederhana khas masyarakat Et nik M uyu. Rasanya nikmat sekali dirasakan oleh Pet ronela. Kebersamaanlah yang menjadi resep ut ama kelezat an olahan masakan suaminya. Apalagi t ak berhent i sampai di sit u saja, siangnya t angan t erampil Eduardus memasakkan Pet ronela menu khusus unt uk ibu-ibu menyusui, sayur kat uk. M eski hanya dimakan bersama sepiring besar nasi put ih t anpa lauk, t et ap saja t erasa sangat nikmat di lidah Pet ronela.

Pet ronela sungguh bersyukur hari ini, t idak ada alasan apapun unt uk t idak selalu mengucap rasa syukur pada Sang Pencipt anya. Tuhan sungguh sangat baik padanya. Di saat Pet ronela harus menjalani pengasingan sepert i ini, diberiNya seorang suami yang sangat pengert ian. Alam pun seakan t urut mendukungnya, hujan yang dit urunkan pun hanya berupa gerimis kecil saja, it upun hanya pada siang hari. Seandainya buliran-buliran air it u dit urunkan pada malam hari, t ak t erbayangkan di benak Pet ronela siksaan dingin yang harus dihadapinya bersama Herman Kew ok, dem ikian bayi mungilnya it u diberi nama oleh suaminya.

Hari menjelang sore, Somarika Yukamoh t et ap bert ahan di bévak. Dia memaksa ingin menemani mamanya malam ini.

217 Sem acam kue sagu kering.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Pet ronela sungguh merasa t ak t ega, t api sekaligus juga merasa bahagia... sangat bahagia! Anak gadisnya sungguh-sungguh dirasakan sangat menyayanginya.

Hari ini, malam ke-dua Pet ronela t inggal di bévak. Kegaduhan hari kemarin sudah mulai t erredam. Ket enangan dan sepi mencekam yang dit unjukkan malam, membuat nya punya banyak w akt u unt uk berpikir dan merenung. Dalam kesepiannya di bévak, Pet ronela t erbenam dalam lamunan panjang, bert anya- t anya pada dirinya sendiri, ” Dimanakah saudara-saudaraku? Kemanakah gerangan adik perempuanku? Kenapa mereka enggan menjengukku? Tidakkah mereka merasa perlu melihat ku di pengasingan ini…?”

Pet ronela heran, Yosefit a, adik kandung perem puannya t idak juga dat ang menjenguknya, juga Theresia Kiripan, kakak ipar perempuannya, t ak kelihat an bat ang hidungnya sama sekali. Kalau saudara laki-laki dan ayahnya yang t idak dat ang menjenguk, Pet ronela memaklumi, sangat memaklumi. Adat masyarakat M uyu yang menggariskan am òp (pamali) bagi laki- laki mendekat i perempuan yang sedang bersalin. Tapi Yosefit a? Kak Theresia? Bukannya mereka perempuan? Pert anyaan it u sepert i berdengung mengisi kepalanya, menggant ung t anpa jaw aban...

Dielusnya rambut anak sulung yang set ia menemaninya malam ini. Rambut ikal gadis kecil yang belum genab berusia sembilan t ahun it u dimain-mainkannya. “ Semoga engkau juga kuat menjalani t radisi ini nak…,” bisiknya. Lidahnya t erasa kelu membayangkan pada saat nya nant i, Samorika Yukamoh, anak perempuan sat u-sat unya it u, juga harus menanggung beban berat pengucilan sepert i yang dijalaninya saat ini.

Di ant ara lamunan kesedihan karena kesendirian, Pet ronela masih sempat menyungging senyum. Dia t renyuh dengan kesungguhan kasih sayang yang dit unjukkan Eduardus

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Kimbun, suaminya. Lelaki M uyu kecint aannya it u dengan set ia memasakkannya set iap hari. M eski dengan menu-menu sederhana macam akét dan segelas t eh panas unt uk sarapan pagi t adi. Tet api ket elat enan Eduardus it u semakin saja membuat nya merasa berunt ung dipersunt ing lelaki M uyu pujaannya it u. Terkadang makanan it u dibaw akan anak gadisnya, Somarika Yukamoh, dari rumah, t ak jarang juga diant ar sendiri oleh suaminya.

Pagi it u hari ke-t iga sejak Herman Kew ok lahir ke dunia. Di saat Pet ronela asik bercengkerama dengan anak-anaknya, Eduardus dat ang sambil membaw akan kembali akét dan segelas t eh manis. Eduardus dat ang dengan senyum lebar membaw a kabar yang cukup menyenangkan. Vikt or Tenjab, ayah Pet ronela, memint a agar Pet ronela kembali ke rumah panggung hari ini, kembali berkumpul bersama keluarga besarnya.

Biasanya, perempuan M uyu yang sedang mengungsi si bévak , diperbolehkan kembali ke rumah induk set elah t ali pusat bayinya lepas. Tapi hal ini belum t erjadi pada Herman Kew ok, bayi Pet ronela. Hanya saja Vikt or Tenjab merasa kasihan. Kakek dari bayinya ini t idak t ega membiarkan anak besert a cucunya t inggal lebih lama lagi di bévak yang gelap dan dingin. “ Saya t ak t ahan lagi... kasihan mereka, sudah dua hari m ereka t inggal di sana...,” bisiknya lirih dengan mat a meneraw ang jauh. Bagaimanapun Pet ronela Apai dan Herman Kew ok adalah anak dan cucunya, darah dagingnya.