Rumah Tinggal

3.9.3. Rumah Tinggal

Pada saat pert ama kali Belanda dat ang di w ilayah ini, masyarakat Et nik M uyu adalah masyarakat yang masih t inggal di hut an dengan pem ukiman yang t erpencar-pencar, set iap pemukiman t erdiri dari sekit ar dua sampai t iga rumah saja, dan menurut laporan pejabat Kont rolir (kepala onderafdeling) Boven Digul paling banyak hanya enam rumah. Rumah-rumah orang M uyu pada sekit ar t ahun 1932-1932 t ersebut masih berupa rumah kayu yang didirikan t inggi di at as t iang at au pohon. Rumah yang dalam Bahasa M uyu biasa disebut sebagai ayóm ru t ersebut

186 Badan Penelit ian dan Pengem bangan Kesehat an Kem enterian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.Jakart a;Balit bangkes

Kemenkes RI.176.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

t erlet ak sekit ar enam met er di at as t anah 187 . Dengan rumah set inggi it u, maka pint u masuk ke dalam rumah t erlet ak di bagian

baw ah. Pada sekit ar t ahun 1933, saat M isionaris pert ama, Past or Pet rus Hoeboer yang merupakan Past or berkebangsaan Belanda, berusaha mendirikan desa segera sesudah kedat angannya di w ilayah Onderafdeling M uyu. Hal ini dilakukan dengan t ujuan ut nuk mendirikan sekolah bagi anak-anak Et nik M uyu. M eskipun rakyat t erbukt i mau mendirikan sekolah dan juga rumah unt uk para guru, t et api mereka t et ap t idak menet ap di desa yang baru

dibent uk 188 . Pada masa-masa pendirian desa baru inilah masyarakat

Et nik M uyu mulai “ dipaksa” oleh Pemerint ah Belanda unt uk membent uk st rukt ur sosial baru dengan mem bent uk rumah- rumah yang lebih berdekat an dan lebih banyak yang pada akhirnya berdirilah rumah-rumah baru dengan bent uk rumah yang t elah mengalami banyak pergeseran, t erut ama soal ket inggiannya di at as t anah, yang menjadi jauh lebih rendah – hanya sekit ar 1 met er di at as t anah– dengan pint u yang t erlet ak di bagian depan rumah. M odel rumah jaman Belanda sepert i ini mampu bert ahan sampai dengan saat ini, hanya ket inggian rumahnya saja yang semakin rendah.

187 Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 24-25. 188 Ibid., 283-292.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Gambar 3.19 Ayómru (Rum ah Tinggi at au Rum ah Pohon) Et nik M uyu di Dekat Koreom pada Tahun 1954-1956 Sum ber: Schoorl, 1997

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Saat ini sebagian besar masyarakat Et nik M uyu t inggal di rumah-rumah kayu yang masih berbent uk rumah panggung. Beberapa rumah t embok yang t erlihat berdiri di Dist rik M indipt ana seringkali adalah rumah para pendat ang yang merupakan pegaw ai pemerint ah at au para pendat ang yang mengadu nasib di w ilayah paling Timur Indonesia ini.

Rumah-rumah kayu masyarakat Et nik M uyu, biasanya t erbuat dari pelepah pohon sagu unt uk bahan dindingnya. Sedang unt uk penut up at apnya biasa digunakan anyaman daun sagu yang dikeringkan. Unt uk lant ainya seringkali dipergunakan jalinan pelepah nibung. Semuanya dilakukan dengan cara diikat dengan menggunakan t ali rot an. Sedang unt uk t iang dan rangka rumah dibuat dari bat ang kayu ut uh berukuran sedang dan kecil. Tidak ada jenis kayu spesifik unt uk dua jenis kayu bat angan t ersebut , kayu apapun yang disediakan hut an bisa dipergunakan unt uk keperluan t ersebut .

Kayu dan juga pelepah sagu dan nibung yang dipakai sebagai bahan rumah bisa bert ahan belasan bahkan sampai puluhan t ahun. Sedang anyaman daun sagu maksimal hanya bisa bert ahan sampai lima t ahun saja;

“ ...t idak ada bocor pak, kalau pakai at ap dari anyaman daun sagu ini m ant ab pak... dingin. Dia bisa m enahan panas... menyerap panas dan hilang begit u saja... saya harus m enggant inya t iap t iga at au em pat t ahun sekali... kalau yang lainnya... kayu-kayu ini... am an pak... lam a sekali baru gant i... kayunya m ant ab pak” . (Yosep Kot anon, 33 t ahun)

M eski masih banyak masyarakat Et nik M uyu yang menggunakan bahan-bahan yang t idak perlu dibeli t ersebut , t et api beberapa orang M uyu juga t elah menggunakan papan kayu sebagai dinding at au lant ai rumah panggungnya. Selain it u juga memanfaat kan lembaran seng sebagai penut up at ap

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

rumahnya. Sisi keprakt isan seringkali dipakai sebagai alasan unt uk pergeseran bahan bangunan rumah panggung ini. Dalam

pengamat an penelit i dan berdasarkan dokument asi Schoorl 189 pada jaman Belanda, prakt is t idak ada perubahan berart i dari

bent uk dan ukuran rumah orang-orang M uyu.

Gambar 3.20 Rum ah Kayu Et nik M uyu (Kiri), dan Rum ah Kayu Et nik M uyu yang t elah M engalam i Pergeseran Bahan (Kanan) Sum ber: Dokument asi Penelit i, Juni 2014

Beberapa rumah panggung Et nik M uyu t elah dilengkapi dengan vent ilasi yang memadai, sement ara beberapa lainnya masih t erlihat gelap saat siang hari karena t idak dilengkapi dengan vent ilasi yang cukup. M eski memakai bahan pelepah sagu unt uk bahan dinding rumah dan anyaman daun sagu unt uk at apnya, t et api dinding dan at ap t erlihat sangat rapat sehingga sinar mat ahari dan at au angin t idak bisa menembus sampai ke dalam rumah.

Kepadat an hunian merupakan salah sat u persyarat an bagi rumah sehat . Dalam Keput usan M ent eri Kesehat an no 829/ M enkes/ SK/ VII/ 1999

t ent ang

Persyarat an Kesehat an

189 Ibid .

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Perumahan, disebut kan bahw a kepadat an hunian lebih dari at au sama dengan 8 m 2 per orang, yang dikat egorikan sebagai t idak

padat 190 . St andar kecukupan lant ai rumah unt uk set iap individu

yang mencapai 8 m 2 per individu, membuat hampir semua rumah t inggal masyarakat Et nik M uyu t idak mencapai st andar yang

cukup. Sebagai cont oh rumah Yosep Kot anon, 33 t ahun, yang berukuran t ak lebih dari 40 met er persegi, berisi t ujuh orang; Sement ara rumah Sut ir Denkok, 52 t ahun, berukuran 56 met er persegi dengan penghuni yang mencapai 10 orang dew asa dan empat orang anak-anak; Sedang rumah Urbanus Warem, 53 t ahun, yang berukuran lebih kecil, 36 met er persegi, dihuni oleh delapan orang dew asa plus dua anak usia sekolah.

Sedang unt uk indikat or lant ai rumah sehat adalah “ lant ai rumah yang harus selain t anah” 191 , maka bisa dipast ikan serat us

persen rumah masyarakat Et nik M uyu memenuhi krit eria t ersebut . Hal ini lebih dikarenakan rumah t radisional orang M uyu yang seringkali berbent uk rumah panggung, sehingga t idak ada yang berlant ai t anah.

Kabupat en Boven Digoel meluncurkan program “ RESPEK” , program

Saat ini

Pemerint ah

ini menurut ket erangan informan juga mendapat dukungan dana dari Pemerint ah Provinsi Papua. Salah sat u proyeknya adalah pengadaan rumah murah unt uk masyarakat Et nik M uyu, selain juga mengadaan sarana M andi – Cuci – Kakus (M CK) dan pengadaan jalan semen. Program ini menyediakan dana

190 Badan Penelit ian dan Pengem bangan Kesehat an Kem enterian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Riset Kesehat an Dasar 2013. Jakart a: Balit bangkes

Kemenkes RI., 93. 191 Kement erian Kesehat an Republik Indonesia, 2008. Laporan Nasional Riset

Kesehat an Dasar 2007-2008 . Jakart a; Kem enkes RI., 207.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

pancingan berupa beberapa bahan bangunan sepert i semen dan bat a unt uk t embok dan lant ai, t ripleks unt uk plafon, dan seng unt uk at ap. Selain it u, program RESPEK juga menanggung seluruh biaya operasional pengerjaannya.

Unt uk bisa mendapat kan bant uan pembangunan rumah sederhana dari program RESPEK, masyarakat M uyu dimint a

unt uk menyerahkan bukt i kint al 192 t anah t erlebih dahulu, gambar rencana denah rumah, sert a beberapa bahan bangunan secara

sw adaya, t erut ama kayu.

Gambar 3.21 Rum ah Sederhana Program RESPEK Sum ber: Dokument asi Penelit i, Juni 2014

Rumah yang dibangun dalam program ini sangat minimalis. Rumah dibangun dengan bat u bat a dalam posisi berdiri, sehingga mengirit penggunaan bat u bat a. Luas bangunan

192 Kintal t anah adalah Surat Bukt i Pelepasan Tanah Adat .

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

rumah sederhana yang dibangun program RESPEK seluas 36 m 2 (6 m x 6 m). Pembangunan rumah t idak t ermasuk kamar mandi di

dalamnya. Bila menginginkan t ambahan luas bangunan rumah at au mau menambah kamar mandi, maka masyarakat harus mengupayakannya secara mandiri.

Dengan adanya program RESPEK ini pada akhirnya mampu mendongkrak dist ribusi dan jumlah rumah permanen (rumah berdinding t embok) yang ada di w ilayah Dist rik M indipt ana. Terut ama unt uk masyarakat asli Et nik M uyu. Secara det ail unt uk dist ribusinya dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Dist ribusi Sarana Perumahan di Dist rik M indipt ana, Kabupat en Boven Digoel Tahun 2013

SARANA PERUM AHAN NO

KAM PUNG

SEM I

TOTAL

PERM ANEN

BIASA PERM ANEN

1 M indipt ana 19 16 17 52 2 Kam ka

1 9 32 42 3 Osso

15 4 82 101 4 Kakuna

1 8 14 23 5 Wanggat kibi

0 0 18 18 6 Tinggam

0 0 20 20 7 Aw ayanka

16 8 23 47 8 Epsembit

4 9 22 35 9 Andopbit

8 4 44 56 10 Niyim bang

4 9 22 35 11 Anggum bit

7 3 23 33 12 Im ko

0 3 12 15 KECAM ATAN

75 73 329 477 Sum ber

: Profil Puskesm as M indipt ana Tahun 2013 Ket erangan :

- Perm anen

: Dinding Rum ah Tem bok

- Sem i Perm anen

: Dinding Rum ah dari bat a dan papan at au kayu - Biasa : Rum ah Kayu

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Ada hal menarik dalam pengamat an penelit i t erkait pola masyarakat M uyu dalam membangun rumah t emboknya. Berbeda dengan pembangunan di w ilayah lain, rumah-rumah t embok di Dist rik M indipt ana dibangun dengan membuat kerangka kayu t erlebih dahulu unt uk menyusun t embok- t emboknya. Bent uknya persegi panjang dengan ukuran sekit ar 1 m x 0,75 m. Ist ilah lokalnya adalah kayu kancingan. Baru set elahnya di dalam kolong-kolong kayu t ersebut diisi dengan bat u bat a berdiri yang direkat kan dengan adonan semen dan pasir.