Pelayanan Kesehatan Gigi

3.5. Pelayanan Kesehatan Gigi

Di seluruh w ilayah Puskesmas M indipt ana, di 12 kampung yang menjadi w ilayah kerjanya, hanya t erdapat sat u pelayanan kesehat an gigi yang diselenggarakan di Rumah Sakit Bergerak di Kampung Osso, it upun baru beroperasi sekit ar aw al Februari 2014. Pelayanan di Rumah Sakit ini dilayani oleh seorang dokt er gigi perempuan, drg. Djuned Selano. Perem puan cant ik asal Saparua-M aluku ini melayani pasien-pasien yang mempunyai masalah per-gigi-an disela-sela t ugasnya sebagai Direkt ur Rumah Sakit Bergerak. M enurut drg. Djuned Selanno rat a-rat a pasien yang berobat t erkait gigi per bulan t idak lebih dari 20 pasien.

Selain pelayanan kesehat an gigi yang diselenggarakan di Rumah Sakit Bergerak, sama sekali t idak t erdapat pelayanan kesehat an gigi lainnya. Baik yang disenggarakan oleh dokt er gigi, peraw at gigi, at aupun t ukang gigi biasa yang t idak mengenyam pendidikan klinis gigi.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

M eski demikian, dalam pengamat an penelit i, ada kecenderungan kesehat an gigi beberapa masyarakat Et nik M uyu t erlihat cukup baik. Gigi t erlihat rapi dan kuat , m eski agak sedikit berw arna kekuningan, t et api t erlihat cukup bersih. Hal ini dimungkinkan karena mereka mengunyah buah pinang. Hal ini pula yang disinyalir sekaligus menjadi penyebab gigi t idak t erlihat put ih bersih.

M asyarakat Et nik M uyu mengunyah buah pinang pada bagian dagingnya yang berserat , kadang juga dikunyah bersamaan sekaligus dengan isinya. Buah pinang biasa dikunyah disert ai dengan t ambahan buah sirih yang berbent uk sepert i sayur buncis, dan bubuk kapur yang menyebabkan w arna merah saat dikunyah bersamaan.

M asyarakat Et nik M uyu yang mengunyah pinang berkeyakinan bahw a melakukan hal t ersebut dapat membuat giginya bert ambah sehat dan kuat . “ ...Kunyah pinang it u bisa membuat kit a punya gigi jadi sehat ... bisa juga sebagai penahan gigi kalau sakit ...,” kat a Willem Tinggun, lelaki M uyu berumur 27 t ahun yang t inggal di Kampung Kamka. Beberapa orang M uyu t idak lagi melakukan gosok gigi selain mengunyah buah pinang, sedang beberapa lainnya mengaku melakukan keduanya, t ermasuk pengakuan Pamijaya Wangbon, perempuan M uyu berusia 37 t ahun, yang t inggal di Kampung Osso berikut ini;

“ M engunyah pinang it u bisa m encegah gigi sakit pak, bisa m em buat gigi kuat . Karena di sini kit a pakai air hujan t oh, yang bisa m enyebabkan gigi berlubang, kandungan airnya it u t oh...saya biasa m engunyah pinang pagi saja, at au kadang sore saja pak. Habis kunyah pinang baru saya sikat gigi biar t idak m eninggalkan m erah-m erah di gigi... biar gigi saya punya kelihatan bersih...”

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

M enurut seorang informan t okoh masyarakat di M indipt ana, budaya makan buah pinang sebenarnya bukanlah budaya masyarakat Et nik M uyu. Budaya kunyah pinang ini dibaw a mereka dari negara t et angga, PNG. Sebagaimana diket ahui, masyarakat Et nik M uyu sampai saat ini juga masih ada yang t inggal di w ilayah perbat asan PNG.

Unt uk masalah sakit gigi, selama penelit i t inggal dan hidup bersama masyarakat Et nik M uyu, t idak pernah t erdengar ada keluhan sakit gigi. Tet api penelit i melihat pada sejumlah informan, beberapa yang gigi geraham depannya (M 1) sudah dicabut . Hal ini merupakan solusi cepat lapangan dan prakt is unt uk sakit gigi, dimana pelayanan kesehat an gigi t idak t ersedia, langsung cabut gigi. Hasil pengamat an inipun dibenarkan oleh drg. Djunet Selanno selaku direkt ur Rumah Sakit Bergerak M indipt ana yang merangkap dokt er gigi.