Kepercayaan Etnik M uyu

2.5. Kepercayaan Etnik M uyu

2.5.1. Kepercayaan Asli M asyarakat M uyu

2.5.1.1. Kepercayaan terhadap Kekuatan Gaib (Supernatural)

M asyarakat M uyu mempercayai bahw a segala hidup mereka t ergant ung pada kekuat an gaib. Kekuat an-kekuat an gaib it u diw ujudkan dalam roh at au kekuat an-kekuat an yang keluar

dari roh-roh it u 71 . M ereka juga mempercayai bahw a roh-roh it u dapat berada di mana saja, sepert i dalam hut an, sungai,

binat ang, benda-benda unik (jim at ), mant era, juga dalam manusia. Akan t et api, cukup sulit dalam masyarakat M uyu unt uk

70 Djekky R. Djoht , 2002. “ Penerapan Ilm u Ant ropologi Kesehat an dalam Pembangunan Kesehat an M asyarakat Papua” dalam Jurnal Ant ropologi Papua

vol. 1 no. 1, Agustus 2002. 71 Eric Rum lus, 1980. Penggunaan Kekuatan-Kekuat an Gaib dalam Suku M uyu

(Irja). Yogyakart a; Pusat Past oral. 18.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

menyeragamkan nama kekuat an-kekuat an gaib t ersebut , mit osnya, prakt ek perdukunannya, dan pendapat t ent ang di mana roh-roh halus it u berdiam. Kesulit an it u menjadi sangat menemukan signifikansinya apabila kit a sandingkan dengan keadaan-keadaan berikut ; jum lah (populasi) masyarakat M uyu yang banyak, t empat t inggal yang t erpencar-pencar, t erbukanya st rukt ur t rah, int eraksi dan akult urasi dengan kebudayaan lain (t ermasuk yang dari luar daerah M uyu), disebabkan oleh sist em

perkaw inan m isalnya 72 . Namun, t erlepas dari kesulit an-kesulit an it u, t et ap ada

beberapa kesamaan keyakinan mengenai kekuat an-kekuat an gaib t ersebut , yakni:

1) Kom ot

Salah sat u makhluk halus yang paling pent ing dalam mit ologi masyarakat M uyu adalah Kom ot . Kom ot bukanlah seorang manusia, juga bukan arw ah (t aw at ) orang yang t elah meninggal. M ereka meyakini bahw a Kom ot berdiam di Birimt et kapa, sebuah t empat kramat (ket pon), suat u kisaran air di Sungai Birim beberapa jam perjalanan ke Timur Kungkim

masuk w ilayah Papua Nugini. 73 Keyakinan lama it u berubah di zaman m odern ini, bahw a

Kom ot t idak hanya t inggal di Birimt et kapa, t et api juga bisa t inggal di mana-mana. M asyarakat M uyu sering menyamakannya dengan angin (t idak berw ujud). M ereka yakin bahw a Komot yang mengat ur hidup mereka, mencipt akan mat ahari, pulau-pulau, dan binat ang-binat ang. Kom ot juga dijuluki penguasa binat ang liar. Sent ralit as peran Kom ot bagi kehidupan masyarakat M uyu menjadikan mit os mengenainya diw ariskan t erus dari generasi ke

72 Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 163. 73 Ibid ., 164.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

generasi. Cont oh mit ologi mengenai Kom ot , yait u mengenai zinah dan pemeliharaan babi.

Ket ika ist ri Kom ot , W uk (at au W ukon) berjalan ke sana kemari t elanjang saja, t imbul rasa birahi pada Iyoknat (m onggopnya Kom ot ). Saat

it u Kom ot sendiri sedang mengadakan persiapan unt uk pest a babi dan Iyoknat t inggal di rumah, pura-pura sakit . Namun, Kom ot berpesan kepada pucuk kunt um pohon pisang (m ánggèp) unt uk memberit ahukan dia kalau-kalau Iyoknat melakukan sesuat u yang jahat . Pada malam hari Iyoknat menakut -nakut i W uk dengan melempar-lemparkan bat u kerikil, dan kemudian mengat akan bahw a it u t angan jahil makhluk halus. Ia berhasil membujuk W uk dengan menaw arkan perlindungan, kemudian ia menodainya. M anggep—pucuk kunt um pohon pisang it u— lalu berubah rupa menjadi burung dan bert eriak " M om -a, m om -a, Iyoknat berzina dengan ist rimu" .

Kom ot pulang dengan hat i panas dan marah sambil membaw a anak panah di dua w adah: sat u anak panah unt uk dibidikkan t erhadap babi keramat , dan sat unya unt uk babi biasa, dan menembakkan semuanya. Ada babi-babi yang langsung t erbunuh, lainnya melarikan diri dan harus dikejar ke dalam hut an, sampai mereka dit emukan t elah mat i. Ada babi yang t ert embak dan t et ap hidup dan selamat . Sejak saat it u, kalau w anit a yang memelihara babi mengadakan hubungan di luar perkaw inan, babinya lari. M it os ini juga menerangkan apa sebabnya kalau orang berusaha menembak babi, babinya t idak

dit embak mat i sekaligus. 74

2) Tanggit m an (Tat am an)

Selain Kom ot , masyarakat M uyu juga meyakini sebuah kekuat an gaib yang mengusai t umbuh-t umbuhan, t anaman

74 Ibid ., 165-166.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

kebun, dan buah-buahan, kecuali sagu, 75 yait u Tanggit m an at au Tat am an 76 . Dalam keyakinan masyarakat M uyu set iap pohon

at au t anaman dit unggui oleh roh halus yang memiliki kekuat an gaib (supernat ural). Segala hasil kebun dan t anaman merupakan anugerah dari roh halus penunggu t anaman t ersebut , yait u

Tanggit m an 77 . Tanggit m an at au Tat aman akan marah jika kit a merusak t anaman dan memet ik buah yang masih muda.

Kemarahan it u akan mengakibat kan malapet aka, sepert i hasil yang t idak memuaskan dan orang yang bersalah jat uh sakit . Secara ekologis, t indakan merusak buah dan t anaman it u dinilai

t idak menghargai pemberian penguasa alam, t anah, dan kebun. 78 Oleh karena it u, masyarakat M uyu selalu berusaha unt uk

menyenangkan hat i Tanggit m an at au Tat anam agar panen mereka berhasil.

3) Kam berap dan Jaw araw on

Selain kedua hal di at as, sepert i dikut ip dari Schoorl, berdasarkan cerit a yang diyakini masyarakat M uyu bahw a Kam berap merupakan seorang pria yang t inggal di Yenfm ut u—

sebuah t empat keramat dekat Woropko. 79 Ia t inggal bersama

75 M enurut kepercayaan m asyarakat M uyu, sagu memiliki penguasa sendiri yang disebut Konki.

76 Rumlus, 1980. Penggunaan Kekuat an-kekuat an Gaib, 15. 77 Lebih jauh periksa Dew i Indraw ati, 2009. “ Kearifan Lingkungan Pada

M asyarakat M uyu Provinsi Irian Jaya,” dalam Bunga Rampai Kearifan Lingkungan, edit or Jonny Purba. Jakart a; Kem enterian Lingkungan Hidup Indonesia, 854.

78 Ibid . 79 Woropko kini sudah m enjadi salah sat u dist rik dari Kabupat en Boven Digoel

dengan jum lah kam pung sebanyak 9 kampung. Sem bilan kam pung yang disahkan berdasarkan Perda No. 25 t ahun 2005 tersebut adalah: Winkt it , Kanggew ot , Upyeteko, Inggem bit , Waropko, Wom bon, Upkim , Wam et kapa,

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

dengan Bunga (Indonesia: burung siang), yang kaw in dengan saudara-saudara perempuan Kam berap, yait u W ukon dan

Borom kon 80 . Sebuah mit os mengenai Kam berab adalah sebagaimana

dicerit akan oleh Rumlus berikut ; suat u hari mereka menebang sebat ang pohon sagu, kemudian kedua saudarinya mengolah sagu t ersebut menjadi makanan. Akan t et api, Kamberap t idak mau memakannya. Tiba-t iba, ia berubah menjadi babi dan memakan sagu yang masih di pohon. Kemudian ia memint a dirinya dibunuh dan membagi-bagikan dagingnya di ant ara mereka. Bagian at asnya hanya unt uk laki-laki saja dan harus memakannya sembunyi-sembunyi di hut an, sedangkan bagian baw ahnya unt uk keperluan umum. Bagian at as t ubuhnya berubah jadi Jaw araw on (babi sakral) dan bagian baw ah berubah

jadi Aw on (babi biasa). 81 Sebelum dibunuh ia juga memberit ahukan kepada

mereka bagaimana caranya mengadakan pest a unt uk memakan kedua bagian babi it u. Ia juga memerint ahkan unt uk membunuh semua anak laki-laki kedua dalam keluarga yang memiliki t iga anak laki-laki sebagai gant i membunuh babi keramat . Jadi, Kam berap merupakan seorang pria yang berubah menjadi babi.

M eskipun demikian, dalam cat at an Schoorl, cerit a mengenai Kam berap t et ap memiliki perbedaan-perbedaan di berbagai t rah di M uyu. Ada yang mengat akan bahw a cerit a Kam berap mempunyai hubungan dengan cerit a Kom ot dan Tat am an . Ada juga yang t idak mengakui ket erkait an Kam berap

dan Ikcan. Periksa Periksa BPS Kabupat en Boven Digoel, 2012. Boven Digoel dalam Angka, 32.

80 Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 170. 81 Rumlus, 1980. Penggunaan Kekuat an-kekuat an Gaib, 19.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

dengan dua kekuat an gaib sebelumnya. Di Yibi, m ereka mengakui ada ket erkait an ant ara Kam berap, Kom ot , dan Tanam an.

Dicerit akan bahw a Kam berap merupakan anak kedua dari Kom ot . Anak pert anya bernama Kat it kono dan saudari mereka bernama W ukon dan Borom kon. Kemudian Kam berap kaw in dengan Tunok. Akan t et api Tunok selingkuh dengan Bet em . Hasil perselingkuhan it u bukan melahirkan anak t et api, ot , kelelaw ar, dan t ikus rumah. Set elah menget ahui perzinahan it u Kam berap hijrah ke Yenfmut u. Dalam perjalanan ke sana, Kam berap t idak sengaja menembak pohon sagu dengan panahnya, di t anah m ilik Bunga . Alhasil, ia kemudian dinikahkan dengan adik-adik

perempuan Bunga 82 . Lalu, bagaimana dengan Jaw araw on (babi keram at ) yang

berpengaruh besar t erhadap hidup masyarakat M uyu? Jaw arawon dipelihara oleh w anit a. Akan t et api, w anit a t idak boleh hadir saat

penyembelihannya, apalagi memakan dagingnya.

diperbolehkan unt uk menyembelih dan memakan dagingnya. Larangan it u sangat pent ing,

Jaw araw on dapat menghilangkan kekuat an gaib dalam diri perempuan dan bisa mendat angkan malapet aka.

Peranan Jaw araw on t elah disebut kan sebelumnya, yait u unt uk pest a babi. Selain it u, Jaw araw on dapat digunakan unt uk melaw an

yang mengganggu, mendapat kan sejumlah

pengaruh-pengaruh

jahat

kemenangan dalam peperangan melaw an m usuh. Sebagaimana disinggung di at as, bahw a yang dapat memakan dan menyembelih Jaw araw on hanyalah laki-laki saja. Akan t et api, t idak semua laki-laki juga dapat menyembelih Jaw arawon . Laki-laki yang dapat menyembelih Jaw araw on

uang, dan

82 Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 171-173.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

adalah laki-laki yang t elah melakukan inisiasi. Dalam inisiasi t ersebut seorang laki-laki melakukan pant ang makan. Selama pant ang dilakukan juga rit ual-rit ual dan pengajaran mant era- mant era berkait an dengan Jaw araw on t ersebut . Biasanya inisiasi it u dipimpin oleh ayah at au kakak laki-lakinya apabila ayah sudah meninggal. Apabila mereka melanggar ket ent uan inisiasi it u, dapat mendat angkan malapet aka, yait u penyakit kelamin, luka, dan demam.

4) Taw at

Taw at , dalam kepercayaan masyarakat M uyu, menjejak pada cat at an Rum lus, merupakan roh nenek moyang dan kaum

kerabat yang sudah meninggal 83 . Tempat kediaman Taw at disebut Ket pon (t empat keramat ). Di t empat it u t idak ada

kesusahan, semuanya serba ada t inggal dimint a saja. Kepala dari semua Taw at adalah W agiyap yang berw ujud set engah manusia dan set engah binat ang. M asyarakat M uyu mempercayai bahw a meskipun seseorang sudah meninggal t et api ia t et ap mempunyai pengaruh dalam hidup manusia. Oleh karena it u, orang yang t elah meninggal harus dihormat i. Jika t idak dihormat i ia akan marah dan dapat mendat angkan kesulit an bagi hidup manusia. Sebelum seseorang dikuburkan, harus ada orang –biasanya t et ua adat –yang membisikkan kepadanya, “ Jangan mengganggu dan menakut i kami, jangan mengganggu kami dalam pemeliharaan anak-anak, babi, dan kebun kami.” Sebagai t anda penghormat an,

83 Selain diberi nam a Taw at m asyarakat M uyu juga m enyebut arw ah orang yang t elah meninggal dengan Kat erok, M ber, dan Beket. Selanjut nya baca

Rumlus, 1980. Penggunaan Kekuat an-kekuat an Gaib, 20.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

masyarakat M uyu selalu memberi sesajian kepada arw ah-arw ah yang t elah meninggal. Persajian kepada arw ah disebut t ani 84 .

2.5.1.2. Penggunaan Kekuatan-kekuatan Gaib

Sebagaimana diuraikan di at as, kekuat an gaib yang selalu membayangi hidup merupakan keyakinan yang masih sangat dipegang t eguh oleh masyarakat M uyu. Keberhasilan dan kegagalan dalam hidup t idak dapat dilepaskan dari pengaruh kekuat an gaib t ersebut . Oleh karena it u, mereka selalu berusaha mendapat kan kekuat an gaib, baik berupa m ant era maupun jimat -jimat . Kekuat an gaib dan prakt ek penggunaannya disebut W aruk . Waruk dimiliki oleh seseorang karena dit urunkan dari ayahnya, t et api ada juga yang berasal dari hasil usahanya sendiri. Benda-benda yang dipandang mem iliki kekuat an gaib adalah daun-daun, akar kayu, kulit buluh, t ulang at au kuku binat ang, biji- bijian, at au benda-benda dari dunia modern (paku, kelereng,

84 Selain it u, masyarakat M uyu juga mem percayai bahw a terdapat juga roh yang t idak berasal dari arw ah nenek m oyang. Roh-roh t ersebut mendiami air,

hut an, dan gua. Nam un, roh-roh t ersebut t idak t erlalu berpengaruh t erhadap hidup m anusia. Oleh karena it u, m asyarakat M uyu tidak m engharapkan bant uan kepada mereka. Akan tet api, m eskipun demikian, m asyarakat M uyu m em percayai bahw a mereka dapat m elakukan hal-hal jahat kepada m anusia. M isalnya, ok-t awat m akhluk yang mendiam i sungai-sungai dan keroway m akhluk yang separuh bagian at asnya m anusia dan bagian baw ahnya kasuari. Beberapa larangan berhadapan dengan roh-roh halus it u adalah w anit a yang sedang dat ang bulan, orang yang baru saja m akan daging babi keram at , at au yang baru saja habis bersanggam a, dan w anit a dengan anaknya yang baru lahir t idak boleh m andi di kali, at au m enyeberangi sungai t anpa ada pengam anan t ertent u kalau mereka ingin m enghindari kem arahan ok-taw at , dan dipanah oleh rah jahat itu. Lebih det ail, periksa Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu , 191.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

baw ang, kaw at , pecahan kaca, dan segala hal yang dianggap aneh). 85

Secara umum masyarakat M uyu menggunakan kekuat an gaib dalam perburuan, berkebun, pest a babi, mendapat kan ot (alat bayar), perang, memelihara babi dan anjing, dan

menyembuhkan berbagai penyakit 86 . M isalnya dalam perburuan mereka sangat bergant ung pada Komot . Oleh karena it u, agar

berhasil dalam perburuan mereka mengucapkan mant era memint a bant uan Kom ot . M engut ip Schoorl, berikut adalah cont oh mant era memint a bant uan Kom ot sebelum berangkat berburu,

" Babi, kasuari, kuskus, t ikus besar dan kecil, dan ular di kediam anm u, keluarlah dari t em pat t idurm u; Komot m em anggil. Kam u akan t idur sam pai subuh, (kem udian) kam u akan dat ang unt uk m enem ui saya dari ujung hilir Sungai Tiri dan Kandan. (Babi) m engendus-endus dan aduklah t anah, m ereka m engendus dan m engaduk di sepanjang bagian hilir Sungai Tiri dan Kandan, (babi) m engendus dan aduklah, (isi perut nya) keroncongan, t et aplah di sana, di jalan, t idurlah sana di kediam anm u. Saya akan t urun dan pergi ke sana, dari Sungai Wirom saya akan t urun dan pergi ke sana unt uk m enjumpai kam u, dan saya akan m elihat kam u, Saya akan m enem bakkan

anak panah, saya akan m enarik busurnya, m em bidik, menem bak, menem bakkan anak

panah. Saya akan dat ang dan m em bunuh kam u." 87 Sement ara, cont oh lain adalah w aruk saat menanam sagu,

" Yàm bím àyè, sagu t im bul dari ot ak, ayahnya Kát ungyípyé, sagu

85 Rumlus, 1980.Penggunaan Kekuatan-kekuatan Gaib, 23. 86 Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 192-206. 87 Ibid ., 194.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

t im bul dari ot ak, Kuw opm o, dari ot ak t im bul sagu, dari t ubuhnya t im bul sagu" . M ant era ini berkait an dengan keyakinan mereka mengenai asal usul sagu, yait u dari Yam bina, Kat ungkip, dan Kuw ob . Waruk it u semacam memint a rest u agar pohon sat u it u bisa t umbuh dengan subur.

Sat u lagi cont oh w aruk dan fungsinya bagi keseharian masyarakat M uyu adalah m olo w aruk (mant ra unt uk menyelam). M ant ra ini digunakan unt uk menyelam , menangkap ikan di sungai at au raw a-raw a. M ant ra it u berbunyi “ t uing-kam an nem anan-o ” (w ahai ular yang berada di permukaan air dan di dasar sungai, saya dat ang kepadamu sebagai ular). Beberapa informan mengat akan bahw a apabila mant ra it u dibaca, maka pada saat menyelam, dia akan “ nampak” sebagai ikan at au ular sehingga ular dan ikan yang berada di dalam air t idak berenang menjauh dan akhirnya ikan at au ular dapat dit angkapnya.

Pengalaman berbeda dicerit akan oleh Hendrikus Kamben,

42 t ahun, mengenai m olo w aruk it u. Henky, demikian ia biasa dipanggil, pernah memprakt ekkan m olo w aruk t et api t idak berhasil. Ia kemudian menjelaskan t at a cara menggunakan molo w aruk it u.

“ ...saya pernah diajari t ent ang molo waruk oleh seorang saya punya t em an. Sebelum menyelam m ant ra it u dibaca sat u kali, lalu kit a punya jari t angan dijent ikkan ke air sebanyak dua kali. Set elah it u kit a gerak-gerakkan kit a punya t angan seolah sedang menyibak air, kem udian

Pernah saya m em prakt ekkannya, nam un t idak ada ikan at au ular pun saya dapat ” , selorohnya sam bil t ert aw a.

kit a

m enyelam .

Prakt ek penggunaan kekuat an gaib (w aruk) yang berasal dari mant ra-mant ra t ersebut hingga saat ini masih begit u kent al berlaku dan diprakt ekkan dalam keseharian masyarakat M uyu.

Hampir

keseluruhan

laki-laki M uyu masih

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

menggunakannya dalam akt ifit as mereka, misalnya ket ika berburu, menangkap ikan, bahkan meram u. Bagi mereka, prakt ek ini sebagai perlambang eksist ensi Et nik M uyu ini dan sekaligus yang membedakan mereka dengan et nik-et nik lainnya.

Agar pengaruh w aruk t ersebut t et ap ada, pemiliknya (kaum laki-laki) harus menghindari at au berpant ang kepada banyak hal, baik it u berupa makanan-minuman dan perilaku. Beberapa bent uk perilaku berpant ang t ersebut nampak sedemikian “ ekst rim” .

Salah sat u bent uk berpant ang “ ekst rim” yang masih diprakt ekkan hingga saat ini t ersebut adalah menjauhkan diri at au t epat nya menjauhkan perempuan yang sedang menst ruasi dan melahirkan. Perempuan sedang dalam kedua kondisi t ersebut harus dipisahkan, dijauhkan t empat nya dari t empat laki-laki berada. M ereka meyakini bahw a darah menst ruasi dan darah perempuan melahirkan adalah darah kot or yang dapat menyebabkan t imbulnya berbagai penyakit, dan yang t erpent ing lagi, dapat menyebabkan w aruk laki-laki hilang, t idak “ berfungsi” lagi. Cara pandang dan sikap laki-laki t ent ang darah menst ruasi dan perempuan melahirkan akan dibahas t ersendiri dalam bab selanjut nya.

2.5.2. M engenal Agama Baru

2.5.1.2. Katolik

Sepert i sedikt i disinggung di at as, bahw a kont ak pert ama kali ant ara Et nik M uyu dengan pihak lain, kebet ulan dalam hal ini adalah Belanda adalah berkisar ant ara t ahun 1907-1915. Dilakukan pada t ahun 1933, Past or Pat er Pet rus Hoeboer memberanikan diri unt uk menyeberang Sungai Digul dan berjalan

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

melalui daerah M uyu sampai menjumpai t empat yang bernama Ninat i.

Dalam sebuah cat at an hariannya, sebagaimana dikut ip dalam buku yang berjudul Sejarah Gereja Kat olik di Irian Selat an, Past or Pat er Pet rus Hoeboer menulis, “ Kami naik rumah Carian dan t inggal di sit u. Kami membuka hut an dan mengerjakan bevak besar yang unt uk sement ara dapat digunakan sebagai rumah guru dan sekolah. Pada Hari Raya Krist us Raja, m isa yang pert ama

dipersembahkan di sit u” . 88 Selanjut nya, hari-hari past or dipenuhi dengan menyusuri

daerah-daerah M uyu. Tujuannya hanya sat u m encari manusia yang t inggal dan hidup di daerah it u unt uk diajak hidup berkumpul dengan penghuni dari beberapa permukiman yang berdekat an unt uk membent uk suat u kampung dan menerima guru agama (kat ekis), supaya anak-anak mereka boleh masuk sekolah. Set elah empat t ahun t inggal di t empat it u, Past or Pat er Pet rus Hoeboer bersama kat ekis dan nyora-nyora past or berhasil mengajarkan agama sekurang-kurangnya kepada generasi muda. Dan pest a permandian pert ama dirayakan pada Hari Raya Nat al

t ahun 1937. Sebanyak 80 orang menerima Sakramen Permandian. Tidak didapat kan dat a sedikit pun mengenai nama at au ist ilah yang dipakai unt uk menyebut secara spesifik agama asli Et nik M uyu. Namun, apabila mengacu pada sist em religi masyarakat Papua secara umum, sebelum agama-agama besar masuk w ilayah ini, t iap suku bangsa mempunyai sist em kepercayaan t radisi. Pada aw alnya, masing-masing suku bangsa mempunyai kepercayaan t radisi yang percaya akan adanya roh halus, dew a at au t uhan yang berkuasa at as para dew a-dew a. M isalnya pada orang Biak Numfor, dew a t ert ingginya adalah

88 Keuskupan Agung M erauke, 1999. Sejarah Gereja Kat olik di Irian Selatan, 56.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

“ M anseren Nanggi” , orang M oi menyebut “ Fun Nah” , orang Seget menyebut “ Naninggi” , orang Wandamen menyebut “ Syen Allah ” , orang Asmat menyebut “ M biw iripit sy” , orang M ee menyebut “ Ugat am e” , dan orang M arind-Anim menyebut —juga

M uyu menyebut “ Dem a” . 89 Terlepas ada at au t idak nama spesifik yang digunakan

unt uk menyebut sebuah agama dalam Et nik M uyu, hanya saja, diperoleh dat a bahw a persent uhan ant ara kepercayaan, adat , dan budaya lama yang t erbent uk dalam sist em religi dengan agama baru t ersebut t idaklah t anpa riak-riak dan kerikil-kerikil t ajam yang mew arnainya. Salah sat u riak t ersebut berupa penolakan masyarakat Et nik M uyu t erhadap ajaran agama baru yang dikenalkan kepada mereka.

Disebut kan bahw a masih banyak orang-orang yang t idak suka dan melihat past or dan khususnya para bapa guru sebagai seorang yang menghasut dan dengan demikian mengancam kehidupan mereka. Akibat nya, beberapa guru diserang orang dengan menggunakan busur dan panah dan rumahnya dibakar habis. Walaupun dem ikian upaya unt uk “ mengenalkan” agama baru it u t erus dilakukan. Tahun demi t ahun berlalu. Kampung demi kampung dibuka. Jumlah guru-guru semakin bert ambah, dan hubungan ant ar penduduk semakin lancar. Kat olik sebagai agama dan keyakinan baru pun semakin dit erima oleh masyarakat Et nik M uyu.

M eminjam cat at an M isi, sebagaimana dikut ip oleh Schoorl, pada bulan Juni 1955 jum lah orang Krist en di onderafdeling it u sebanyak 8.485. Sedangkan pada bulan Juni 1956 bert ambah menjadi 10.089 orang. Tabel 2.3 dari cat at an M isi Kat olik berikut membagi jumlah t ersebut menjadi kelompok

89 Tim Prodi Ant ropologi Fisip Uncen, 1991. Kebudayaan, Kesehat an Orang dalam Perspekt if Ant ropologi. 19.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

penduduk dan juga menunjukkan persent asenya t erhadap t ot al jumlah penduduk 90 .

Tabel 2.3. Tot al Dibapt is di Onderafdeling M enurut Kelompok Penduduk

Kelom pok Tot al Jum lah

1956 Penduduk

% Krist en % M uyu

Penduduk

Krist en

1.303 94 8 370 28 M andobo

8 383 10 Sum ber: Schoorl, 1997

Namun, kondisi it u t idak berlangsung begit u lama. Perang Dunia ke-II nyaris saja memusnahkan perambat an agama. Pemerint ahan Jepang sebagai ” penguasa”

baru daerah pendudukan memiliki kebijakan yang berbeda. Salah sat u kebijakan t ersebut adalah Past or Pat er Pet rus Hoeboer t idak bisa lagi dengan m udah mendapat kan guru-guru dari Langgur, M aluku Tenggara. Sement ara banyak kampung memint a seorang guru dan sekolah-sekolah besar yang sudah didirikan membut uhkan banyak guru. Dalam kondisi darurat ini, past or memilih sekelompok anak muda yang cerdas dari M uyu dan mengajar mereka, mendidiknya menjadi guru.

Kondisi di M indipt ana sedemikian it u begit u dirasakan oleh Past or Pat er Drager yang menggant ikan posisi Past or Pat er Pet rus Hoeboer yang cut i. Dit ambah lagi, (t ernyat a) masih banyak orang M uyu yang melakukan “ perlaw anan” t erhadap ajaran agama baru t ersebut . Bent uk perlaw anan it u misalnya berupa; masih banyak orang M uyu belum bersedia hidup t et ap dalam kampung; t idak rela melepaskan adat yang lama dan

90 Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 325.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

mempert ahankan

memelihara babi dan memperdagangkannya dengan uang siput (ot ). Akibat nya, kehidupan di kampung mundur, demikian juga di sekolahan. Dan ket aat an t erhadap peribadat an pun makin lama makin mengendur.

kebiasaan

M eskipun Past or Pat er Pet rus Hoeboer mew ariskan guru- guru muda, orang asli M uyu, akan t et api menurut Past or Pat er Drager, mut u mereka t idak sama dengan guru-guru yang berasal dari M aluku. Akibat nya guru-guru M uyu t ersebut dibebas- t ugaskan oleh Past or Pat er Drager dan digant ikan oleh guru-guru yang didat angkan dari M aluku.

Namun, sekali lagi, perjum paan dengan agama baru dan kemudian mengikut inya t idaklah berlangsung dalam w akt u singkat . Set iap pergant ian past or dilakukan sebagai bagian dari misi, set iap it u pula set iap past or mengalami bahw a adat lama dipert ahankan dengan gigih. Namun demikian, ada juga kampung-kampung pelopor yang orang t uanya menyet ujui

bahw a pemuda-pemudi mereka dipermandikan. 91 Adapun alasan at au fakt or yang melat ar-belakangi

mengapa masyarakat M uyu menerima ajaran at au agama baru yang mereka nilai “ bert ent angan” dengan kepercayaan dan adat mereka. Tidak banyak fakt or penyebab yang dapat diungkap karena kurangnya rasa keagamaan yang dimiliki oleh et nik ini.

Beberapa fakt or yang mencolok ant ara lain adalah: Faktor religius: M enurut kat ekis (guru agama) di Wamko,

mot ivasi orang yang sudah berumur menjadi Krist en adalah agar arw ah mereka kelak masuk surga. Sement ara kat ekis di Tum ut u mencerit akan bahw a salah sat u alasan ayahnya menjadi Krist en ialah ket akut annya bahw a ia akan masuk neraka.

91 Ibid ., 56-130.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

M entalit as ikut perintah: Seorang kat ekis di Tumut u menjelaskan bahw a alasan kedua ayahnya unt uk menjadi Krist en karena ket akut annya kepada perint ah pemerint ah (Belanda) dan past or. Seorang informan lain menjelaskan bahw a orang-orang yang sudah berumur menjadi Krist en karena mereka yakin bahw a past or memerint ahkan mereka unt uk berbuat demikian. M ereka

sekedar mengikut i perint ah t anpa ada mot if religius 92 .

Barat : Orang M uyu memperlihat kan keinginan yang besar unt uk “ menguasai” kebudayaan Barat . Anggapan bahw a kesejaht eraan mat eri memiliki hubungan dengan penget ahuan, khususnya mengenai penget ahuan supernat ural, dalam kont eks ini memainkan peranan yang signifikan. Dalam Schoorl disebut kan, salah seorang bagian dari m isi mengemukakan bahw a apabila usaha unt uk menguasai kebudayaan dan “ kekayaan” Barat it u sukses, agama Krist en akan mereka buang, mereka t inggalkan. Jadi mot ivasi menjadi Krist en hanya didasari oleh keinginan unt uk menguasai “ kekayaan” Barat .

M enguasai

kebudayaan

Sement ara fakt or-fakt or yang dianggap merint angi masyarakat M uyu menjadi Krist en, adalah: Tradisi : Rasa cint a mereka yang begit u besar t erhadap adat dan kepercayaan mereka dianggap “ bert abrakan” dengan ajaran agama Krist en. Cont oh kasus masalah keharusan hidup yang menet ap di desa misalnya. Bagi masyarakat M uyu keharusan pola hidup ini merint angi mereka menjalankan kebiasaan cara hidup asli mereka, individualis dan menyendiri. Dicont ohkan, pada bulan M aret 1938, Kepala Desa Ninat i melaporkan kepada pemerint ah bahw a anggot a-anggot a t rah Jomkon/ Ninat i merencanakan unt uk membunuh misionaris

92 Ibid .

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

karena kedat angannya t elah memaksa mereka unt uk hidup menet ap di desa.

Poligini : Krist en melarang prakt ek poligini sehingga ajaran ini menjadi masalah serius bagi masyarakat M uyu ket ika memilih menjadi Krist en. Hal it u mengakibat kan keinginan mereka nant inya unt uk mengambil ist ri kedua, bahkan ket iga menjadi t erhalangi.

M etode misi : perhat ian lebih yang dicurahkan kepada kalangan muda oleh past or dan

para kat ekis t elah mengakibat kan “ t erbengkelainya” perhat ian kepada orang-orang yang sudah dew asa. Hal ini mengakibat kan para orang dew asa t idak lagi giat t erlibat dalam kegiat an-kegiat an keagamaan di gereja.

Kurangnya bukti : dalam kehidupan dan alam sekit arnya, orang M uyu t erus menerus mendapat kan t amsil at as mit os dan religius mereka. Semua peralat an, konst ruksi rumah, api, cara berburu, sampai penyembuhan mempunyai asal-usul mit os dan sebaliknya memberikan konfirmasi kepada mit os it u. Di dalam alam, w arna dan kicau burung, nama seekor binat ang, bagian hut an yang gelap, lubang di dalam t anah, semua membenarkan cerit a-cerit a religius yang dicerit akan orang-orang t ua.

Sement ara, agama Krist en t idak menaw arkan hal-hal sepert i it u. Iman Krist iani yang diajarkan “ secara t erbat as” kepada orang M uyu t idak memberikan konfirm asi sama sekali mengenai hal-hal it u. Tidak ada jejak. Tidak ada bukt i dari Tuhan. Juga t idak ada cerit a-cerit a t ent ang Dia. Keadaan ini menjadi pert imbangan pent ing dan alasan t ersendiri bagi orang-orang

dew asa unt uk meninggalkan agama baru t ersebut . 93 Dalam pengamat an Past or Yoseph Jorolan, mot if religius

dalam perilaku kehidupan keagamaan masyarakat M uyu,

93 Ibid ., 328-330.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

meskipun hal ini bukan berart i berlaku umum bagi keseluruhan masyarakat M uyu, masih kurang dim iliki dan dijadikan sebagai dasar dalam bersikap dan bert indak. Di dalam mengamalkan ajaran agama, masyarakat M uyu masih nampak berprinsip ekonomi, hit ung-hit ungan unt ung rugi; saya melakukan sesuat u, maka saya akan mendapat kan sesuat u. At au sebaliknya, apabila saya t idak mendapat kan sesuat u, maka saya t idak akan melakukan sesuat u. Kont eks berpikir sepert i ini berlaku hampir t anpa kecuali, t ermasuk dalam kegiat an-kegiat an keagamaan yang dilakukan oleh gereja.

Past or Yoseph Jorolan memberikan dua cont oh kegiat an dan cara pandang masyarakat M uyu t erhadap dua kegiat an t ersebut . M enurut nya, apabila ada kegiat an pengembangan iman di gereja dan pada saat bersamaan ada undangan peringat an 40 hari kemat ian seseorang misalnya, maka masyarakat akan memilih dat ang ke acara peringat an 40 hari kemat ian seseorang it u dan meninggalkan gereja. Hal it u karena ada mot if ekonomi yang dit uju dari menghadiri peringat an 40 hari kemat ian seseorang it u. Hendrikus Kamben juga membenarkan hal ini.

Hal it u t erjadi, menurut Past or Yoseph Jorolan karena konsep beramal secara ikhlas, khususnya menyangkut masalah- masalah yang berkait an dengan urusan keagamaan kurang dimiliki dan dihayat i oleh masyarakat M uyu. Sehingga meskipun melakukan sesuat u unt uk gereja (agama), masyarakat M uyu masih selalu menggunakan hit ung-hit ungan unt ung-rugi; prinsip ekonomi, bukan didasarkan pada mot if religius, sebuah amal ibadah.

Ia mencont ohkan, “ ..beberapa w akt u yang lalu saya m emint a t olong

kepada orang unt uk m em buat pagar gereja. Ia sudah kit a kasih m akan juga uang rokok. Tet api set elah selesai

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

pekerjaannya, m ereka bert anya kepada sust er, saya sudah bekerja m em buat pagar, lalu saya dikasih apa?”

Demikian juga, masih menurut past or Yoseph Jorolan pernah suat u ket ika ia meminjam alat pemot ong rumput unt uk memot ong rumput di dalam komplek gereja, set elah alat pemot ong rumput selesai digunakan, pemilik alat pemot ong rumput memint a uang sew a kepada gereja.

Di samping adalah sebuah bent uk generalisasi apabila menggunakan beberapa cont oh perist iw a t ersebut unt uk menilai secara keseluruhan t ent ang lemahnya mot ivasi religius dalam prakt ek keagamaan masyarakat M uyu, di sat u sisi, juga kurangnya mot if religius dan lebih berprinsip ekonomi dalam melakukan sesuat u pekerjaan, t ermasuk unt uk gereja (agama) t ersebut juga bukanlah bent uk perilaku keagamaan yang dapat diberlakukan bagi keseluruhan masyarakat M uyu, pada sisi lainnya. “ Namun it u t idak berart i bahw a keseluruhan masyarakat M uyu kurang mot ivasi religius dan lebih mement ingkan mot if ekonomi dalam prakt ek keagamaanya. M ungkin it u hanya berlaku bagi sebagian orang saja” , jelas Past or Yoseph Jorolan.

2.5.1.3. Islam

Selain bersent uhan dengan Kat olik dan Prot est an— menyusul kemudian, sebagai agama baru dan dipeluk oleh keseluruhan masyarakat et nik ini, hampir set engah abad kemudian, masyarakat et nik ini juga mengenal lagi sat u agama baru, Islam. Namun, t erdapat perbedaan mengenai proses masuknya kedua agama t ersebut di w ilayah ini. Apabila masuknya Kat olik memang menjadi bagian t idak t erpisahkan dari M isi Kat olik, namun t idaklah demikian dengan masuknya Islam di w ilayah ini.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Disebut kan dalam Schoorl—sepert i sedikit disinggung sebelumnya—bahw a eksplorasi-eksplorasi milit er pada abad 20, membuat Kongreasi Hat i Kudus di M erauke t ert arik kepada daerah Boven Digoel. Dalam perjalanan mereka dari sungai M uyu ke Alice pada t ahun 1913, seorang misionaris bergabung dengan milit er. Pada t ahun 1923, seorang m isionaris lain mengambil bagian dalam perjalanan ke daerah M uyu. Pada t ahun 1927, seorang misionaris menjelajah dari Tanah M erah ke daerah M uyu.

Berdasarkan dat a dari perjalanan it u, diput uskan unt uk melakukan misi Kat olik di daerah it u. Begit u menariknya, hingga diput uskan, bahw a misionaris it u bekerja di sana pada t ahun it u juga. Gubernur M aluku dan komandan m ilit er di Tanah M erah set uju dengan rencana t ersebut . Namun karena komandan milit er di Tanah M erah pindah, maka put uslah hubungan ant ara M erauke dan Tanah M erah. Alasan lainnya adalah kurangnya misionaris menyebabkan rencana it upun gagal.

Akhirnya, misi Kat olik benar-benar t erlaksana pada akhir t ahun 1933 dengan dibent uknya pos misi di daerah M uyu, t epat nya di daerah Ninat i. Empat guru m ulai menjalankan misi di daerah Ninat i, Yibi, Kamakbon, dan Ogemkapa. Akhirnya, pada M ei 1935, di Ninat i t elah berdiri sembilan sekolah yang didirikan

oleh m isi Kat olik. 94 Sement ara Islam sebagai agama, masuk dan kemudian

dikenal oleh masyarakat Et nik M uyu karena (kebet ulan) t erdapat pedagang dari Bugis yang menginjakkan kakinya di w ilayah ini memeluk agama t ersebut . Sat u hal lagi sebagai pembeda, para pedagang M uslim t ersebut t idak “ mengajak” masyarakat M uyu unt uk memeluk agama yang mereka anut , namun t idaklah demikian dengan misi Kat olik di w ilayah ini.

94 Ibid ., 246-248.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Tidak dit emukan cat at an past i t ent ang kapan Islam, at au t epat nya siapa dan kapan pedagang M uslim yang pert ama kali masuk w ilayah ini. Hanya saja, berdasarkan informasi dari H.

Iskandar, 68 t ahun 95 , diperkirakan pedagang M uslim pert ama kali masuk M indipt ana sekit ar t ahun 1969-an. Perkiraan it upun hanya

didasarkan at as pengalaman pribadinya. Ia menut urkan, “ ...saya m asuk M indipt ana t ahun 1970. Ket ika saya

dat ang, di sini sudah ada dua at au t iga orang pedagang M uslim , di ant aranya adalah M ansur dari Bugis dan Ism ail dari Am bon. Kem ungkinan m ereka lebih dulu m asuk sini sekit ar t ahun 1969-an. Sepert i halnya saya, m ereka juga tidak berniat menyebarkan agam a Islam , nam un hanya dat ang sebagai pedagang barang-barang kelont ong dan kebut uhan rum ah t angga.”

Kemudian, masih menurut informan, sekit ar t ahun 1973, kios yang semula hanya dua at au t iga it u bert ambah menjadi delapan kios. Hampir semua kios t ersebut milik pendat ang M uslim dari Bugis yang berprofesi sama sepert i dirinya. Selain para pendat ang, saat it u, t idak sat upun dit emukan orang yang beragama Islam di w ilayah ini.

Beberapa t ahun kemudian, dat ang beberapa pemeluk Islam dari M erauke ke M indipt ana. M ereka adalah guru-guru, t erut ama dari Jaw a dan Toraja yang dit ugaskan di M indipt ana. Guru-guru it u, di samping berdinas mengajar, beberapa di ant aranya juga (kemudian) membuka kios, berjualan.

Karena jumlahnya bert ambah, mereka membut uhkan t empat beribadah unt uk salat berjamaah. At as kebaikan kepala

95 Pemilihan H. Iskandar sebagai inform an kunci dalam st udi ini karena saat st udi ini dilakukan, ia adalah sat u-sat unya orang yang m asih hidup dari

beberapa orang segenerasi dengannya yang pert am a kali m asuk M indipt ana. Beberapa orang segenerasi dengannya sudah m eninggal dan beberapa lainnya t idak lagi m enet ap di M indipt ana.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

dist rik saat it u, Hermin Floresius Samosir, para pedagang M uslim ini kemudian “ dipinjami” sebuah lahan unt uk mendirikan t empat ibadah.

“ ...Pak Sam osir orangnya sangat baik, m eskipun ia beragam a Krist en nam un sangat m em bant u kam i. Kam i dipinjami lahan unt uk m endirikan mushalla dengan cat at an apabila pem erint ah m em but uhkan lahan it u, kam i dimint a pindah. Kam i sangat bert erim a kasih dan m enyanggupi persyarat annya. Dengan sw adaya delapan kios it u, akhirnya kam i m endirikan sebuah m ushalla. M ushalla pert am a yang kami dirikan berada di situ” , kenangnya sam bil m enunjuk lokasi yang t idak jauh dari rum ahnya.”

M engingat belum ada pemeluk Islam, selain para pendat ang dan guru-guru yang berdinas it u, maka yang memanfaat kan t empat ibadah hasil sw adaya it u juga hanya para pendat ang it u.

“ ...kam i biasa m enjalankan jam aah shalat Jum ’at hanya dengan 10 at au paling banyak 15 orang di mushalla it u. It upun sebagiannya adalah anak-anak. Sebet ulnya kan kurang, t api ya, bagaim ana lagi, t idak ada lagi yang

M uslim saat it u…” 96

Sebagai komunit as baru di w ilayah ini, keberadaan mereka menjadi perhat ian bagi masyarakat lokal, t erut ama mengenai t at a cara komunit as baru ini menjalankan ibadahnya. Ada sebuah kejadian menarik dan hingga saat ini

Dalam ajaran Islam m em ang ada persyarat an m engenai t at a cara pelaksanaan jamaah shalat Jum ’at . Salah sat u hal yang dipersyarat kan t ersebut adalah m engenai jum lah jam aahnya. Nam un, dalam buku ini, sengaja t idak dibahas secara m endetail.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

masih diingat oleh informan. Suat u ket ika, ada penduduk lokal yang bert anya kepadanya,

“ Eh, kam u punya agam a bagaim ana it u cara ibadahnya? Kepala di baw ah… pant at di at as m acam orang akrobat saja. Saya hanya t ert aw a saja, (m ungkin) karena mereka belum pernah melihat orang shalat , jadinya ya heran... ya... saya bilang, begit ulah cara beribadah agam a kam i. Dan sem enjak it u, t idak ada yang bert anya lagi.”

Kembali kepada bangunan t empat ibadah yang pert ama kali dibangun it u, kini, bangunan m ushalla it u sudah t idak ada

lagi, sudah dipindahkan 97 . Sebagaimana disebut kan, lahan t empat mendirikan mushalla it u merupakan pinjaman dari pihak

dist rik. Saat ini, di at as lahan it u berdiri sebuah rumah dinas kepala Dist rik M indipt ana yang t erlet ak t epat di belakang kant or dist rik. Jalan di depan rumah it u pula yang pada set iap hari Senin, Rabu, dan Sabt u dijadikan sebagai pasar oleh masyarakat di M indipt ana ini.

M eskipun jumlah mereka minorit as, nam un t idak pernah sekalipun t erjadi gangguan kepada mereka dalam bent uk apapun. Informan mengat akan, “ M asyarakat di sini baik-baik, mereka punya t oleransi t inggi sekali. Tidak sekalipun kami pernah diejek, bahkan diganggu. M ereka menerima kami dengan sangat baik” .

Hanya di aw al-aw al saja semenjak kedat angannya di t empat ini dan hal inipun t idak ada kait annya dengan masalah t oleransi beragama, pasangan suami ist ri ini merasa t akut .

97 Lokasi t em pat pindahnya mushalla it u berjarak sekit ar 500 m et er arah selat an dari lokasi sem ula. Di lokasi baru it u, kini berdiri sebuah m asjid yang

cukup besar dan diberi nam a Al-M uhajirin. M asjid Al-M uhajirin ini menjadi sat u-sat unya m asjid bagi um at Islam di w ilayah M indipt ana, bahkan juga dist rik-dist rik di sekit arnya.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Terut ama hal ini dirasakan oleh ist rinya, Hj. Zulaihah, 59 t ahun. Salah sat unya disebabkan oleh penam pilan keseharian penduduk lokal, t erut ama w arga yang berasal dari kampung di t engah hut an. Set iap hari, nampak melint as di depan rum ah mereka laki-

laki hanya menut up bagian kemaluannya dengan kat apjop 98 dan selalu membaw a busur sert a anak panah di punggungnya.

Sedangkan para perempuan hanya menut up bagian baw ah t ubuhnya dengan w onom 99 , t anpa menut up t ubuh bagian

at asnya. Seringkali, karena rasa t akut nya, saat siang hari ket ika suaminya pergi ke bandara, kios di rumahnya ia t ut up. M eskipun pint u diket uk pembeli, t et api dia t idak membuka dan melayaninya. Baru set elah suaminya dat ang, ia berani membuka dan melayani pembeli yang mampir ke kiosnya.

“ ..pada saat aw al-aw al di sini, saya t akut . Orang- orangnya t idak berpakaian. Laki-laki bert elanjang dan hanya m enut up t ubuh bagian baw ahnya, dem ikian juga para perem puannya. Wajahnya t erlihat m enakut kan. Sam pai-sam pai, kalau suami pergi ke bandara dan saya sendirian di rum ah, saya suka m enut up pint u dan t idak berani berjualan. Padahal set elah t ahu, (t ernyat a) m ereka it u baik sekali... Para perem puannya suka pegang dan elus ram but saya, kat anya bagus.. lurus... Lam a-lam a saya t idak t akut lagi, karena t ernyat a mereka it u sangat baik.”

Sedikit membincang perihal kebiasaan laki-laki dan perempuan yang hanya menut up bagian vit al t ubuhnya saat melint as di jalan M indipt ana it u berlangsung hingga sampai sekit ar akhir t ahun 70-an. Hal ini karena, saat Hermin Floresius

98 Sem acam koteka

99 Rok yang dijalin dari rum put raw a.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Samosir menjabat sebagai dist rik M indipt ana, 100 dia melarang orang berlalu lalang di jalan t anpa mengenakan pakaian.

Akhirnya, pada t ahun 80-an aw al hampir t idak t erlihat lagi, kebiasaan it u kecuali sat u-dua laki-laki dan perem puan di jalanan Kot a M indipt ana hanya mengenakan kat apjop dan w onom , kecuali ket ika di kampung-kampung dimana mereka t inggal.

H. Iskandar mengisahkan, “ ...saat it u, kalau ada orang-orang yang t idak berpakaian,

(m aksudnya hanya m em akai pakaian t radisionalnya; kat apjop dan w onom , pen), langsung dipanggil oleh Pak Sam osir. M ereka kem udian diajak m asuk ke kant or dist rik… M ereka disuruh gant i baju at au kaos yang sudah disediakan. Di kant or dist rik ada berkarung-karung baju at au kaos yang disediakan unt uk m ereka it u. Lam a-lam a t idak ada lagi orang yang hanya m enggunakan penut up alat vit al it u saja karena sudah bergant i m enggunakan kaos at au baju. M ungkin m asih nam pak sat u dua di aw al-aw al t ahun 80-an.”

Sement ara menyangkut t oleransi ant ar umat beragama, sekali lagi, dapat dikat akan berlangsung dengan sangat baik. Di samping t idak sekalipun t erjadi perselisihan berlat ar belakang agama, dalam hal sikap saling menghormat i keyakinan masing- masing menjadi bagian keseharian masyarakat M indipt ana ini. Sikap saling menghargai dan menghormat i it u dit unjukkan dalam berbagai kegiat an yang berlangsung di t empat ini. Kegiat an- kegiat an yang berkait an dengan perayaan-perayaan keagamaan, hari besar nasional, juga kegiat an-kegiat an lain. “ ...t idak pernah sekalipun ada perselisihan di sini karena alasan agama” , t egas H. Iskandar.

100 M enurut beberapa inform an, Herm in Floresius Sam osir menjabat sebagai kepala Distrik M indipt ana sejak 1970-1977.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Ist rinya, Hj. Zulaihah menambahkan, “ ...m isalnya apabila ada w arga di sini bergam a Kristen

m engadakan hajat an pest a perkawinan, m ereka akan m endat angi

jam aah pengajian kam i dan m engat akan… ibu, kami ada sat u kam bing, silakan dipot ong sendiri… dim asak sendiri… dan nant i t am u- t am u yang m uslim dilayani sendiri ya... Demikian juga kalau ada kegiat an bersam a, cont ohnya peringat an hari kem erdekaan yang diselenggarakan di GOR, m aka m asakan unt uk um at M uslim yang dihidangkan di acara t ersebut disuruh kam i sendiri yang m em asaknya.. m ejanya pun dipisahkan. Bagi yang m uslim disediakan m eja sendiri, bagi yang Krist en juga disediakan meja sendiri. Kam i saling m enghormat i keyakinan m asing- m asing.”

ket ua

Ket ika hal ini penelit i konfirmasi kepada salah seorang mant an ket ua M ajlis Ta’lim Al-M uhajirin—demikian nama majlis t a’lim ibu-ibu M uslim di M indipt ana ini—Hj. Nurnaniyah, 47 t ahun, ia membenarkan informasi t ersebut . Bahkan, t idak hanya it u, ket ika ada t et angganya yang sedang merayakan Hari Raya Nat al, mereka akan mendat anginya. M emint a bant uannya unt uk memasak daging kambing di rumahnya. Alasannya, apabila daging kambing it u mereka masak sendiri t idak akan ada t et angganya yang M uslim dat ang ke rumahnya karena alasan makanannya. Hj. Nurnaniyah mengat akan,

“ ..iya m em ang begit u Pak kondisinya di sini... Orang- orang saling m enghorm at i dan m enghargai agam a m asing-m asing. Seringkali t et angga saya yang Kristen apabila merayakan Nat al, m ereka dat ang dan m int a t olong ke saya unt uk m em asak daging kam bing m iliknya. Tet api m em asaknya di rum ah saya... Kat anya, kalau dia yang m asak sendiri, t akut orang-orang M uslim tidak mau berkunjung ke rumah dan m em akan m asakannya.... Ya,

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

saya t olong m em asaknya, set elah m asak saya ant ar lagi ke rum ahnya…”

Hal senada juga disampaikan oleh Tharsisia Kont arep, 47 t ahun. Tharsisia Kont arep adalah sosok perem puan asli Et nik M uyu dan pada t ahun 1992 menikah dengan Haruna Hamzah

asal Gow a, M akasar 101 . Sejak t ahun it u juga, lulusan Akademi Keperaw at an Universit as Cendraw asih di M erauke it u,

memut uskan menjadi m ualaf dengan nama Sit i Khadijah. “ Saya menjadi m ualaf bukan karena desakan at au disuruh suami saya, saya menjadi m ualaf karena saya punya keyakinan” . Namun dalam keseharian, salah seorang st af Puskesmas M indipt ana it u t et ap lebih dikenal dengan nama Tharsisia daripada Sit i Khadijah.

M enurut sat u-sat unya pemeluk M uslim asal M uyu yang t inggal di M indipt ana ini kehidupan masyarakat di M indipt ana sangat lah harmonis, t ermasuk dalam hal kehidupan beragama. “ …kami t idak pernah melihat dan membedakan agama masing- masing dalam pergaulan di masyarakat . Kami sangat rukun dan saling menghormat i keyakinan yang kami yakini m asing-masing” .

Oleh sebab it u, menurut H. Iskandar demi menjaga sikap saling menghormat i,

t inggi t oleransi, dan melest arikan kebersamaan it u, ia selalu berpesan kepada set iap khot ib dalam salat Jumat agar isi khut bahnya t idak menyinggung ajaran agama lain. Hal it u dilakukannya agar keharmonisan dan kedamaian hidup ant arumat beragama t et ap berlangsung dan t erjaga selamanya, t erut ama di w ilayah M indipt ana ini. Pernyat aan senada juga disampaikan oleh M ukayyin, Ket ua Pengurus Kesejaht eraan M asjid (PKM ) al-M uhajirin M indipt ana.

menjunjung

Saat st udi ini dilakukan, jumlah w arga muslim di M indipt ana

mencapai

93 kepala

keluarga, sement ara

101 Suam inya, Haruna Hamzah m eninggal t ahun 2010 dan m eninggalkan em pat orang anak.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

menyangkut berapa jumlah persisnya (jiw a/ orang) t idak diperoleh dat a yang past i. Di kot a t ua yang sangat menjunjung t inggi t oleransi ant ar umat beragama ini, kini, berdiri t iga t empat ibadah, yakni 1 buah masjid, 1 gereja Kat olik, dan 1 gereja Prot est an.