Interaksi Sosial Remaja

4.1.2. Interaksi Sosial Remaja

Bagi masyarakat Et nik M uyu, ada seperangkat at uran t radisi yang menyangkut int eraksi sosial pada remaja perempuan M uyu yang mengalami menst ruasi. Termasuk t at a cara pergaulannya dengan remaja laki-laki M uyu.

dalam keyakinan masyarakat Et nik M uyu dikat akan bahw a menst ruasi dit erima sebagai sebuah hal “ kot or” dan “ penyakit ” yang mempunyai uap/ haw a yang bisa memberikan dampak buruk kepada orang lain. Sesak nafas/ hosa dan TBC adalah salah sat u penyakit yang diyakini dapat dit imbulkan dari uap/ haw a darah menst rusi. Hal it ulah yang menjadi sebab remaja perempuan M uyu harus membat asi lingkup pergaulanya. Bukan hanya dalam lingkup pergaulan dengan orang lain, t et api juga dengan beberapa akt ivit as sehari-hari yang biasa dilakukan di dalam dan di luar rumah. Harus bisa mengurus diri sendiri dan mampu mandiri saat dijauhi keluarganya. M enjadi masalah t ersendiri bagi perempuan M uyu yang sedang mengalami menst ruasi dan at au persalinan, sesaat sepert i orang yang t erbuang karena sedang kena t ulah.

Sepert i dijelaskan

sebelumnya,

Bagi seorang remaja yang berada pada usia produkt if, t ent unya ada segudang hal-hal yang akan dilakukan di set iap harinya. Apalagi unt uk seorang anak remaja usia sekolah, yang selain mengikut i akt ivit as proses belajar mengajar di kelas maupun seusai sekolah, disamping

it u juga kegiat an ekst rakulikuler dan yang berhubungan dengan pengembangan diri remaja t ersebut . Dapat dibayangkan apabila kegiat an- kegiat an t ersebut dit inggalkan unt uk beberapa w akt u karena masalah menst ruasi. Ada beberapa at uran yang t idak t ert ulis

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

dalam t radisi Et nik M uyu, t et api t et ap dipelihara sampai saat ini. Secara lisan disampaikan kepada anak-anak perempuan t urun- t emurun. Beberapa di ant aranya adalah t idak boleh menyent uh air, dalam art i t idak boleh mandi di kali at aupun membersihkan diri, t idak boleh keluar rumah, t idak boleh lew at di depan keluarga yang sedang kumpul t erut ama di depan kaum laki-laki, t idak boleh lew at di depan t empat bermain at au t empat duduk bapak at au saudara laki-laki, t idak boleh diket ahui orang kalau sedang dat ang bulan.

Dalam cat at an Schoorl dikat akan bahw a keyakinan masyarakat Et nik M uyu t erhadap pengaruh jelek (ìpt ém ) perempuan M uyu yang sedang mengalami menst ruasi dan at au persalinan sudah t erjadi sejak zaman dahulu. Pengaruh jelek it u dapat dat ang dari seorang perempuan dalam hubungan dengan penggunaan mahkluk dan kekuat an supernat ural pada laki-laki, bahkan lebih buruk lagi pengaruhnya bisa menurunkan kondisi

kesehat an laki-laki 199 . Hal ini benar-benar menjadi keyakinan msyarakat Et nik M uyu hingga saat ini, sepert i t ercermin pada

pernyat aan Pamijaya Wangbon (37 t ahun) berikut ini; “ ...unt uk perem puan past i akan dapat dat ang bulan, jadi

darah m ens t idak begit u pengaruh ke dia. Tapi laki-laki t idak dapat it u, jadi kalau dia kena, nant i dia sakit. biar it u anak kecil juga t api harus dijaga. M akanya t idak boleh dekat dengan laki-laki, apalagi m asak unt uk dong (m ereka) m akan. Dorang (m ereka) it u pew aris jadi harus dijaga...”

Hal demikian pada akhirnya juga berpengaruh pada pola int eraksi remaja perempuan M uyu dalam pergaulannya sehari- hari. Selanjut nya st udi kasus t ent ang int eraksi sosial remaja perempuan kembali didiskusikan dalam pengalaman t iga

199 J.W.Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu, 207

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

generasi perempuan M uyu. Berbeda usia dan berbeda t ahun- t ahun remaja yang dialami, berbeda pula cara menghadapi menst ruasi dan cara menyikapi at uran-at uran lisan sepert i yang t elah disebut kan sebelumnya. Hal ini t ak lepas dari lat ar pendidikan, lingkungan t empat t inggal dan informasi yang t ersedia dan masuk, yang t urut memberikan andil dalam menyikapi at uran t radisi yang berkait an dengan int eraksi sosial mereka masing-masing. Keadaan yang dihadapi Sisilia Konanem (68 t ahun) dan adiknya Priska Temat ep (63 t ahun), saat remaja ket ika dat ang bulan pada t ahun 1960-an, berbeda dengan keadaan remaja Pamijaya Wangbon (37 t ahun) pada t ahun 1990- an. Begit u pula dengan keadaan M aria Sisilia Nomont en (15 t ahun) pada saat sekarang ini.

Sisilia ket ika pert ama kali dat ang bulan, saat it u ia t inggal di asrama Sant a Ana dan bukan di kampung. Jadi, dia t et ap menjalani semua akt ivit asnya, sekalipun sedang mengalami menst ruasi. Hanya saja, selama it u dia t idak kont ak dengan air t ermasuk mandi dan membersihkan badannya, sampai selesai menst ruasinya barulah dia membersihkan t ubuhnya. M enurut keyakinan Et nik M uyu ada larangan unt uk “ injak air” selama menst ruasi, hal ini dikarenakan ada keyakinan bahw a haw a panas yang dibaw a darah menst ruasi bisa mengenai orang lain lew at air yang t elah dipergunakan unt uk membersihkan t ubuh t ersebut . Tidak ada rit ual khusus ket ika pert ama kali dat ang bulan at aupun set elah selesai dat ang bulan, karena pada w akt u it u Sisilia berada di asrama Sant a Ana.

Cara Sisilia berint eraksi dengan orang lain pada saat dat ang bulan dengan rekan-rekan sebayanya dan para sust er t et ap sepert i biasa. Tidak ada pengasingan diri at aupun dikucilkan oleh para sust er. Sisilia t inggal di asrama Sant a Ana selama t iga t ahun, set elah it u dia kembali ke kampung Wanggat kibi. Set elah t iga t ahun di asrama dan kembali ke

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Wanggat kibi, int eraksi dengan keluarga maupun orang-orang di sekit arnya t et ap dijaga pada saat sedang menst ruasi. Walaupun t elah mendapat pengalaman kerja di asrama dan pendidikan, akan t et api at uran t radisi dan adat yang berlaku di keluarganya masih t et ap dipegang oleh Sisilia. Tidak t erjadi pergeseran cara menyikapi t radisi yang diajarkan oleh orang t ua Sisilia kepadanya t erkait masalah kesehat an reproduksi sepert i menst ruasi.

Hal ini dapat dilihat pada Sisilia Konanem saat berada di asrama dan ia mendapat menst ruasi. Walaupun t et ap mengerjakan pekerjaan di asrama dan bisa kont ak dengan rekan- rekan kerja dan para sust er, namun ia t idak mandi at aupun menyent uh air.

Hal berbeda dialam i oleh Priska Temat ep. Adik Sisilia Konanem yang t onggal di rumah orang t uanya di Kampung Wanggat kibi ini sempat mengalami pengasingan selama menst ruasi. Priska Temant ep harus dikucilkan dan t inggal di bévak sampai dengan masa menst ruasinya selesai.

Berada di lingkungan yang berbeda, mau t ak m au t urut mempengaruhi cara berit eraksi kedua kakak beradik t ersebut . Lingkungan t empat t inggal Sisilia Konanem di asrama t idak mengasingkan Sisilia ket ika sedang mengalami menst ruasi, ia t et ap t inggal di asrama dan mengerjakan semua t ugas-t ugasnya sebagaimana hari-hari biasanya. Sedangkan bagi Priska Temat ep, ibunya t idak mengijinkan Priska t inggal di dalam rumah. Ket akut an akan dat angnya gangguan penyakit dan sesak nafas bagi keluarga yang t inggal di rumah menjadi alasan mengapa ia harus berada di bévak.

“ ...t idak boleh lew at di depan dia punya duduk, t idak boleh, kit a punya m am a duduk, laki-laki duduk t u t idak boleh. Sem barang ka! Tidak bergaul dengan orang, di bévak

2 hari begit u ka! Su pulang. sam pe sekarang su baik, su t idak ada…”

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Tidak sebat as hanya menjaga pergaulan dengan orang lain, t et api juga bahkan juga t idak boleh sekedar lew at di depan orang t ua (ibu at au saudara-saudaranya, baik laki-laki at au perempuan) ket ika sedang duduk, dan t idak boleh bergaul dengan orang lain. Ibu Priska akan menjadi sangat marah apabila Priska melakukan hal-hal t ersebut . Ket egasan dari ibunya it ulah yang mengkondisikan Priska unt uk t erus berpegang pada at uran t radisi yang diajarkan.

Hal yang sedikit berbeda dialam i oleh Pam ijaya Wangbon rumah saat mengalami menst ruasi, menghindar dan bahkan menjauh dan t idak kont ak dengan orang-orang di sekit arnya. Kalaupun Pam ijaya Wangbon ingin keluar dari rumah, sesekali unt uk mengurangi kebosanan, t idak boleh sampai ada orang yang menget ahui kalau dia sedang mengalami menst ruasi.

Akt ivit as yang dapat dilakukannya dan merupakan alasan yang cukup kuat bagi Pamijaya unt uk keluar rum ah adalah pergi ke sekolah dan beribadah. Apabila di sekolah, Pamijaya t idak bergaul at au bermain dengan t eman-t em an sekelasnya, khususnya laki-laki. Pamijaya lebih memilih unt uk berdiam diri di ruang kelas. Pamijaya dengan segera pulang ke rumah pada saat w akt u pelajaran di sekolah berakhir at au sudah selesai. Begit upun ket ika hendak pergi beribadah, ia akan segera pulang ke rumah selepas ibadah. Ia masih dapat mengerjakan beberapa t ugasnya, t et api t idak akan bebas bersenda gurau dengan t eman- t eman sebayanya. Selain it u, Pamijaya juga t idak diperbolehkan unt uk pergi mandi di kali. Tidak boleh mencuci kain bekas haid di

kali agar ia dapat t erhindar dari saw òn-saw òn 200 . “ …w akt u saya dapat haid it u, sa t idak keluar rum ah

sem barang. Hanya m au ke sekolah at au ada ibadah, t api

200 Sawòn-sawòn adalah sakit yang disebabkan oleh t ulah déma (roh halus at au dew a-dewi at au lelembut ) yang m endiami sungai.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

it u su selesai langsung sa pulang. Kalo ada ade yang duduk di t em pat dim ana dia duduk, sa t idak boleh lew at t em pat it u. Harus put ar lew at jalan lain. Kam i jaga kam i punya diri…”

Pamijaya Wangbon ket ika masih remaja, dia mendengar dari ibunya t ent ang at uran t radisi dan hal-hal yang harus dihindari saat

mengalami menst ruasi. Ket ika anak-anak perempuannya lahir dan bert umbuh menjadi remaja, hal yang sama disampaikan pula kepada dua anak perempuannya. “ …kami dulu it u susah ya! t idak sembarang kaya anak-anak sekarang. Kalo dapat kayak begit u, t ra (t idak) bisa keluar rumah sembarang, malu…,” jelas Pamijaya.

M aria Sisilia Nomont em (15 t ahun) m engalami pengalaman yang t idak jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh ibunya, Pamijaya Wangbon. Pada saat mendapat menst ruasi, M aria Sisilia t et ap bisa berakt ivit as di luar rumah, namun harus t et ap menjaga jarak dari t emannya yang laki-laki. Ket ika berada di sekolah, dirinya t et ap mengikut i pelajaran, namun akt ivit as lain set elah usai pelajaran sepert i w akt u unt uk berist irahat yang biasa dia lakukan dengan berkumpul at au bermain bersama t eman-t emannya, at au pergi ke kant in sekolah, semuanya t idak dia lakukan. Berbeda dengan pada saat dia sedang t idak dat ang bulan, akan lebih leluasa unt uk bergaul dengan rekan-rekannya. Dia akan memint a t olong kepada beberapa t eman dekat perempuannya unt uk membelikan makan jika dia merasa lapar. Ruang di luar rumah yang begit u luas unt uk bergerak at au bergaul, serasa begit u sempit pada saat mendapat dat ang bulan.

“ …kalo kit a di sekolah t idak boleh dekat -dekat dengan t em an laki-laki. Kalo it u kan m acam darah panas. Nant i m ereka sesak ka at o bisa sakit . Kalo m ereka m au dat ang dekat -dekat nant i kit a bilang m ereka jauh karna kit a ada

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

sakit . Jadi macam m ungkin dong (m ereka) juga su tau begit u, nant i dong langsung jauh. Tapi kalo m acam su selesai, kit a bisa m ain sepert i biasa...”

Pengalaman lain dicerit erakan oleh Thadeus Kambayong (54 t ahun) saat masih kecil. Thadeus kecil merasa t idak mengert i dengan “ hilang” nya mamanya dalam w akt u beberapa hari dari rumah. M enurut Thadeus, pada jaman dulu, saat mengalami menst ruasi, seorang remaja perempuan M uyu harus keluar dari rumah t empat t inggalnya dan t inggal di bévak sampai masa menst ruasinya berakhir barulah perempuan it u akan kembali ke rumah induknya. Perempuan yang mengalami menst ruasi bisa keluar dari bévak t et api dia harus menghindar dari orang-orang sekit arnya. Jadi, apabila siklus dat ang bulan berlangsung selama t iga at au empat hari, maka selama it u pula perempuan it u akan t idur di bévak.

“ …saya ingat w akt u it u saya m asih um ur 6 t ahun, t er us saya ikut saya punya m am a pergi pangkur sagu. Karna saya ini dekat sekali dengan saya pu m am a, jadi saya pu m am a pergi kem ana, saya past i ikut . Kalo bapak it u orang kasar jadi saya t idak dekat dengan bapak. Tr us begini sem ent ara saya pu m am a pangkur sagu it u, langsung t iba-t iba m am a dia pergi kasi tinggal saya. Wakt u it u saya rasa sedih sekali. Sa juga bingung kenapa m am a pergi. Tapi karna saya m asih kecil jadi saya juga t ra t au. Saya punya bapa m arah-m arah saya, t rus t anya saya pu m am a dim ana, padahal barusan pangkur sagu dengan m am a. Jadi saya pu m am a t au kalo di nant i m au dat ang bulan. Langsung m am a dia bikin bévak. Selam a beberapa hari it u saya t idak lihat m am a di rum ah. Baru saya punya bapa m arah-m arah saya. Nant i sam pe m am a m ungkin su selesai dat ang bulan, baru m am a kem bali ke rum ah. Sam pe sekarang kalo sa ingat it u m acam sa rasa sedih...”

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua