Neonatus dan Bayi

4.5. Neonatus dan Bayi

Proses selanjut nya dalam penanganan ibu bersalin dan bayi set elah persalinan t ergant ung pada siapa yang menolong persalinan t ersebut . Apakah dia dit olong oleh t enaga kesehat an? At aukah oleh kerabat ? At aukah dukun beranak? Set iap proses penanganan berbeda. Perbedaannya t erlet ak pada alat dan bahan yang digunakan, kemudian proses pembersihan yag dilakukan sert a t eknis dalam persalinan sepert i yang dijelaskan

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

pada proses persalinan. Hal ini juga berpengaruh pada peraw at an bayi.

Persalinan yang dit olong oleh kerabat at aupun dukun beranak (w onong diw engge baram bon), akan dit angani sesuai dengan penget ahuan yang dimiliki berdasarkan t radisi peraw at an bayi secara t urun-t emurun yang berlaku dalam kehidupan orang Et nik M uyu. Sedang persalinan yang dit olong oleh t enaga kesehat an, maka akan dit angani sesuai dengan ilmu yang diperoleh dalam st andar pendidikan asuhan kebidanan. Berikut ini disampaikan beberapa cara peraw at an bayi neonat us pada persalinan yang dilakukan oleh kerabat , nene-nene dan at au dukun beranak:

1. M emot ong t ali pusar bayi

M emot ong t ali pusar bayi secara t radisional pada Et nik M uyu bisa dilakukan dengan dua alat , yait u dim / ow et (sembilu) dan sok buluh (anak panah yang mat a panahnya t erbuat dari bambu). Tali pusar bayi dipot ong lebih panjang. Tujuannya adalah agar bayi t idak sakit dan mendapat gangguan dari saw on-saw on.

“ …begit u anak lahir, plasent a lahir, baru pot ong tali pusar. Anak it u punya t ali pusar dikasi bersih dulu baru pot ong, t api agak panjang sedikit . Habis it u, bolak balik anak kecil it u supaya lendir dalam di pu perut keluar biar anak kecil dia sehat …” (Sisilia Konanem , 68 t ahun)

Informasi t ent ang pemot ongan t ali pusar pada bayi M uyu yang dilakukan dengan sedikit lebih panjang ini juga dikuat kan oleh pernyat aan Pamijaya Wangbon (37 t ahun);

“ …pot ong t ali pusar bayi pada orang M uyu juga t idak sam a sepert i di Rum ah Sakit yang dong (m ereka) pot ong t ali pusar pendek. Kalo kit ong (kit a) pot ong t ali pusar it u

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

agak panjang. M aksudnya supaya anak bayi it u t idak sakit t rus nant i m at i…” (Pam ijaya Wangbon, 37 t ahun)

Pemot ongan t ali pusar secara t radisional yang dilakukan dengan lebih panjang ini dirasa mengunt ungkan bagi pet ugas kesehat an yang menolong kemudian. Pet ugas kesehat an masih punya kesempat an unt uk merapikan t ali pusar yang dirasa masih perlu diperbaiki pot ongannya.

Luka t ali pusar sebagai akibat dari pemot ongan kemudian diberi abu yang masih cukup panas. Abu diambil dari kayu yang dibakar, t et api yang abunya belum jat uh ke t anah, masih menempel pada kayu. M ereka menganggap abu it u masih bersih, st eril, karena belum dipegang-pegang.

“ …m ereka pake it u apa… abu yang panas t o, t api t idak boleh t erlalu panas… t api bukan abu yang dari t anah. Abu yang bekas bakaran kayu… kem udian jadi abu yang kaya’ bedak. Jadi kit a am bil begini (sam bil m enem pelkan dan m enggerak-gerakkan ibu jari dan jari t elunjuk) kan dia halus. It u yang dioleskan…” (Adelfia Tepu, 44 t ahun)

M enurut keyakinan masyarakat Et nik M uyu, t ali pusar pada bayi memiliki makna khusus. Diyakini t ali pusar adalah penjaga dari bayi it u sendiri, sehingga harus disimpan dengan baik. Seringkali t ali pusar ini disim pan pada w adah khusus, bersama dengan benda-benda keramat lainnya, yang biasanya berupa w adah bekas bedak at au bekas kosmet ik lainnya. Tali pusar juga disebut kan sebagai pembaw a keberunt ungan. Hal ini sepert i dinyat akan Eduardus Kimbum (35 t ahun) berikut ;

“ Tali pusar bayi it u t idak boleh dibuang... t et api harus disim pan dengan baik karena m em baw a keberunt ungan. Apabila laki-laki M uyu akan pergi berburu at au m encari

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

m akanan, harus m em baw a t ali pusar it u agar perburuan bisa berhasil...”

2. M engeluarkan lendir dari perut bayi

Unt uk mengeluarkan lendir dari perut bayi, kedua kaki bayi dipegang dan bayi digoyang-goyang. Badan bayi dalam posisi t erbalik, yait u kaki di at as dan kepala di baw ah.

Dengan cara demikian, maka bayi akan memunt ahkan lendir dari mulut nya. Proses “ jungkir” bayi ini juga diyakini masyarakat Et nik M uyu agar bayi t idak sakit .

3. M embersihkan Bayi

Pada Et nik M uyu membersihkan badan bayi secara t radisional dilakukan dengan cara mengusap t ubuh bayi dengan menggunakan daun t ert ent u yang biasa disebut sebagai t ana ayit , at au dalam bahasa M uyu Tengah disebut em bon ayit .

4. M enghangat kan Bayi

Unt uk menjaga agar bayi t et ap hangat , maka t erlebih dahulu let akkan w onom (caw at jerami raw a) diat as papan t empat bayi dilahirkan,lalu baringkan bayi diat as wonom . Posisi bayi dilet akkan di dekat t ungku api supaya t et ap hangat . Alt ernat if lainnya bayi bisa juga dimasukkan kedalam m en (t as rajut dari serat pohon gnem o) yang khusus unt uk mengendong bayi. Di dalam m en, juga t erlebih dahulu diberi alas w onom sebagai bant al bayi.

5. Buang Air Besar

Unt ung bayi yang baru lahir, bila buang air besar, kot orannya t idak boleh dibuang sembarangan t et api dibungkus dengan t ana ayit dan disimpan. Kot oran harus dibuang pada saat t idak diket ahui orang lain. Hal ini juga t erus berlaku sampai dew asa dan bahkan seumur hidup. Karena kot oran, sebagaimana sisa makanan, put ung rokok,

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

dan sebagainya, bisa menjadi “ alamat ” bila seseorang ingin membuat celaka pada yang bersangkut an, t erut ama pada prakt ek kupuk (baca secara lebih det ail di Bab 2).