Pandangan M asyarakat; Orang Jaman

5.4. Pandangan M asyarakat; Orang Jaman

M asyarakat Et nik M uyu t idak semuanya mempunyai pandangan yang seragam t ent ang t radisi melahirkan di bévak. M ereka yang t inggal di dekat Puskesmas dan Rumah Sakit Bergerak sudah melakukan persalinannya di fasilit as pelayanan kesehat an t ersebut , at au set idaknya berniat m elakukannya di sana.

Berikut penut uran dua orang perempuan M uyu yang t inggal di “ Kot a” M indipt ana, Faust ina Kut moh dan M arlina Warem. Dua perempuan M uyu ini mengaku sebagai orang M uyu yang lebih modern daripada t et angganya yang t inggal di kampung sekit ar M indipt ana;

“ Kam i ini orang jam an (m odern) pak... kalo mau m elahirkan ya ke rum ah sakit . Sudah t idak ada it u apa... m elahirkan di bévak. It u dulu w akt u saya m asih kecil,

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

at au kalau sekarang m ungkin m asih ada di kam pung- kam pung at as sana...” (Faust ina Kut m oh, 43 t ahun)

“ ...saya t idak pernah m elahirkan di bévak pak... Kalo dulu ya m elahirkannya ke Puskesm as pak... sekarang sih sem ua sudah pindah di rum ah sakit it u... rum ah sakit bergerak... di Kam pung Osso. Puskesm as sudah t idak m elayani lagi... sem ua pindah” (M arlina Warem , 29 t ahun)

Fakt a empiris ini diperkuat oleh Urbanus Warem (53 t ahun). Laki-laki M uyu yang merupakan St af Pemerint ahan Kampung M indipt ana ini menyat akan;

“ Di sekit ar Kam pung M indipt ana ini saya su lam a t idak m elihat orang M uyu m em bangun at au m endirikan bévak unt uk perem puan yang sedang m enst ruasi at au bersalin pak. Su t idak ada lagi... sem uanya sudah ke rum ah sakit ...”

Seorang perempuan M uyu, Suzana Biyarob (31 t ahun), yang

mengaku melakukan persalinannya di bévak. M eski t inggal relat if t idak jauh dari Rumah Sakit Bergerak, namun perempuan M uyu yang merupakan ist ri pet ugas keamanan di Rumah Sakit Bergerak ini mengaku melahirkan dengan dibant u Bidan Felly di bévak;

t inggal di

Kampung Osso

“ ...w akt u it u mendadak sekali pak... w akt u it u jam t ujuh m alam. Rum ah Sakit Bergerak it u... m asih t ut up. Saya m int a dipanggilkan bidan unt uk t olong persalinan. Jadi akhirnya m elahirkan di bévak saja, t idak jadi ke rumah sakit . ”

Perempuan M uyu bert ubuh langsing ini melahirkan anaknya M aria M agdalena sekit ar sat u set engah t ahun lalu.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Suzana Biyarob mengaku t inggal sendirian di bévak selama t iga hari-dua malam.

Pengakuan berbeda dikemukakan oleh M art ina Denkok (30 t ahun). Perempuan M uyu yang t inggal di Kam pung Kamka ini mengaku sudah membant u empat persalinan perempuan M uyu lainnya. Kesemuanya merupakan kasus persalinan “ mendadak” , dan kesemuanya dilakukannya di luar rumah;

“ ...yang pent ing it u pokoknya m elahirkan bayinya it u di luar rum ah pak. It u pam ali bagi kami... mem baw a darah dari persalinan perem puan di dalam rum ah. It u kot or pak... t ra (t idak) boleh m asuk dalam rum ah... pam ali... it u amòp! ”

Pengakuan M art ina Denkok ini diperkuat oleh pernyat aan Ancelina Temkon (17 t ahun). Perempuan M uyu yang t idak menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar-nya ini baru sat u bulan berselang (24 April 2014) melahirkan anaknya yang ke-dua. Ancelina melakukan persalinannya di rumput -rumput dekat kandang babi di rumah kakak ipar perempuannya;

“ ...w akt u it u m endadak sekali pak... jam em pat subuh. Saya sudah m erasa sakit sekali, m au jalan ke Rumah Sakit Bergerak sudah tidak m ungkin... baru sam pai di depan rum ah kakak saya sudah t idak t ahan... akhirnya t urun ke sit u di rum put -rum put ... karena t idak bisa m elahirkan di dalam rum ah t o.”

Bagi perempuan hamil M uyu yang t inggal di Kampung Kamka, yang berjarak relat if dekat dengan Rumah Sakit Bergerak, sekit ar empat sampai lima kilomet er, hampir semuanya t idak dibuat kan bévak unt uk persalinannya nant i. Hal ini lebih dikarenakan semua kelahiran direncanakan unt uk dilakukan di Rumah Sakit Bergerak.

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

Berbeda dengan yang t inggal di dekat “ Kot a” M indipt ana, mereka yang t inggal di kampung agak jauh dari M indipt ana cenderung masih mempert ahankan t radisi persalinan di bévak. Seringkali alasan yang diut arakan adalah karena t idak mungkin mencapai Rumah Sakit Bergerak pada saat -saat menjelang persalinan.

“ Ya harus dibuat kan bévak pak. M au m elahirkan dim ana? Tidak boleh m elahirkan di dalam rum ah t o. Kan t idak m ungkin dari sini (Kam pung Wanggat kibi; berjarak sekit ar 15 kilom et er) jalan kaki ke Rum ah Sakit Bergerak... t idak ada m ot or t o...” (Vict or Tenjab, 52 t ahun)

Senada dengan pernyat aan Vict or Tenjab di Kampung Wanggat kibi, bidan di Puskesmas M indipt ana, Nat alia Tuw ok (35 t ahun), menyat akan bahw a di Kampung Imko perempuan M uyu yang hendak bersalin juga dibuat kan bévak, “ Kampung Imko jaraknya mungkin t erlalu jauh pak. Kami menjangkaunya juga berat . Jadi mereka membuat bévak unt uk persalinan...,” jelasnya dengan raut muka mendung.

Konfirmasi t erhadap informasi t erkait persalinan di pelayanan kesehat an digali penelit i di bagian persalinan Rumah Sakit Bergerak. Fasilit as pelayanan kesehat an sat u-sat unya yang melayani persalinan di kaw asan Dist rik M indipt ana, Kombut , Sesnukt , Woropko dan sekit arnya ini mengaku hanya menolong kurang lebih sekit ar empat persalinan per bulan di fasilit as pelayanannya. Dalam pengamat an memang hanya t ersedia dua t empat t idur fasilit as raw at inap unt uk ibu bersalin, dengan jumlah t enaga bidan yang mencapai empat orang.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua