M asa Nifas

4.4. M asa Nifas

M enurut t radisi Et nik M uyu, pada masa nifas perempuan M uyu akan t inggal dengan bayinya selama 40 hari di bévak. M enunggu hingga t ali pusar bayi t erlepas dari pangkal pusarnya barulah ibu boleh keluar dari bévak. Tet api pada saat ini hal t ersebut sudah berubah menjadi lebih pendek. Penelit i menem ui beberapa kasus perempuan M uyu yang hanya t inggal selama t ujuh hari di bévak. Tidak ada ramuan khusus yang digunakan unt uk membersihkan ibu set elah persalinan.

Set elah t ali pusar bayi put us, dan sebelum meninggalkan bévak maka akan dilakukan rit ual khusus. Selama belum melakukan rit ual t ersebut , ibu t idak boleh t urun di kali at au menyent uh air. Ibu bisa bergant i pakaian, t et api t idak boleh bersih-bersih dengan air at au mandi. Rit ual khusus dilakukan dengan t ujuan agar ibu dan bayi sehat , selamat dan t idak mendapat gangguan dari hal-hal yang t idak baik.

M enurut pengalaman Pet ronela Apai (32 t ahun), sebelum meninggalkan bévak, dilakukan rit ual khusus dengan cara memot ong bat ang pisang yang masih agak muda, kemudian bat ang pisang t ersebut diremas-remas hingga keluar airnya. Air dari remasan bat ang pisang t ersebut dipercik-percikan di payudara ibu, kemudian juga dipercikan di kepala bayi dan langsung menyebut nama bayi (kalau bayi belum diberikan nama, t idak perlu menyebut kan nama). Prosesi memercikkan air dilakukan sambil membacakan doa-doa khusus. Set elah melakukan rit ual t ersebut , barulah Pet ronela diperbolehkan meninggalkan bévak.

Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

Set elah sampai di depan rumah, Pet ronela Apai t idak diperbolehkan langsung mandi dan berakt ivit as. Suaminya, Eduardus Kimbum (35 t ahun) melakukan rit ual lagi sebelum Pet ronela boleh memulai pekerjaan rumah t angga. Rit ual dilakukan dengan cara membaw a abu yang berasal dari t ungku pembakaran kayu api (am kot ép) dan diisikan ke dalam kant ong plast ik hit am kecil. Tidak ada at uran khusus t ent ang kant ong yang dipergunakan membaw a abu, sebagaimana juga t idak ada at uran khusus t ent ang jenis kayu yang akan dipakai abunya. Selanjut nya Pet ronela bersama bayi sert a suaminya pergi ke kali. Sesampainya di kali, kemudian sang suami akan menaburkan abu di kali sambil membaca mant ra. Selanjut nya Pet ronela baru boleh menginjakkan kakinya di air kali. Hal ini dilakukan set elah lew at 40 hari dari saat persalinan.

Tujuan dilakukannya rit uall t ersebut adalah unt uk si ibu agar dapat kembali berakt ivit as melakukan pekerjaan rumah t angga. Selain it u agar si ibu dan bayinya t idak mendapat sakit dan t erkena gangguan dari hal-hal yang t idak baik. Dalam at uran t radisi Et nik M uyu apabila belum dilakukan rit ual yang demikian maka perempuan M uyu yang habis bersalin t idak boleh pergi ke kebun at au ke hut an unt uk mencari kayu bakar. Begit u juga dengan pekerjaan-pekerjaan rumah t angga lainnya, belum boleh dikerjakan apabila belum melaksanakan rit ual t ersebut .

‘’…kam i ini t inggal di kam pung, jadi harus m elakukan (t radisi) kayak begit u, kalo di kot a it u beda. Keadaan di sini beda. Bikin begit u supaya m acam ibu dia ke hut an ka begit u, dia pulang t idak dapat sakit . dan anak juga t idak sakit …” (Eduardus Kim bum , 35 t ahun)

Pengalaman yang mirip dit ut urkan oleh Pamijaya Wangbon (37 t ahun). Ket ika selesai bersalin di Puskesmas M indipt ana dan akan kembali ke rumah, ada rit ual yang

Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

dilakukan oleh ibu dan saudara perempuannya. Keluarganya t elah menyiapkan abu dari t ungku pembakaran kayu api. Sebelum keluar dari Puskesmas, saudara perempuan Pamijaya menghamburkan abu di at as t anah t epat di bagian depan Puskesmas sambil mengat akan, “ Permisi...” . Begit u pula ket ika melew at i jembat an, ia memint a permisi kepada para dem a (penjaga) di t empat t ersebut .

Set elah sampai di depan rumah, sebelum Pamijaya Wangbon masuk ke dalam rumah, ibunya t erlebih dahulu menaburkan abu sekali lagi dari depan jalan menuju rumahnya sampai ke depan muka pint u rumahnya. Set elah it u memint a pamit / ijin kepada dem a (penjaga) rumah bahw a t elah hadir t amu baru di rumah yait u Pamijaya besert a bayinya. Kemudian, ibunya juga keluar dan menghamburkan abu di sekit ar halaman rumah di t it ik-t it ik t ert ent u sepert i di dekat sumur dan di pohon-pohon besar di belakang rumahnya. Kemudian barulah Pamijaya dan bayinya boleh masuk ke dalam rumah. Tujuan dilakukannya rit ual t ersebut adalah sebagai bent uk penghormat an kepada para dem a (penjaga) yang menguasai rumah dan pada t empat -t empat t ert ent u di sekit ar rumah. Juga agar ibu dan bayi t idak mendapat gangguan.