Gelombang Getaran dan Gelombang

siswa yang berpandangan negatif terhadap Problem Based Learning hanya mencapai 21,6 . 62 Aeni, berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang menerapkan PBL di MAN 8 Cakung Jakarta Timur menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar pada siklus kedua dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus pertama . Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata yang dicapai siswa pada siklus pertama sebesar 70,74 menjadi 80,00 pada siklus kedua. Disamping itu, pada siklus kedua, tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 65. 63 Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK bahwarata-rata nilai, nilai terbesar, dan nilai terkecil kelas lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvesional. Nilai rata-rata kelas pembelajaran kooperatif adalah 78,7 sementara kelas konvesional 66,8. Nilai tertinggi kelas pembelajaran kooperatif 90 sementara kelas konvesional 83. Dan nilai terendah kelas pembelajarn kooperatif 68 sementara konvesional 50. 64 Angella, berdasarkan hasil penelitian yang menerapkan pembelajaran kooperatif di SMA Negeri I Grobogan menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan kooperatif lebih baik daripada menggunakan model konvesional. Rata-rata hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif mencapai 7,80 sedangkan pada kelas menggunakan model konvesional sebesar 7,02. 65 62 Suherman, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning Penelitian Tindakan Kelas di MTs Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta,” Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 71. 63 Titin Khurotul Aeni, “Pendekatan Konstruktivisme dengan Model Pembelajaran Berbadasarkan Masalah Problem Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Laju Reaksi Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di MAN 8 Cakung, Jakarta Timur,” Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 81. 64 Nopiyanti dkk, Op. cit, h. 24 65 Angella Puspita Veranica, “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Laporan Keuangan pada Siswa Kelas X SMA Negeri I Grobogan”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, 2005, h. 59

C. Kerangka Pikir

Belajar merupakan faktor yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal itu dikarenakan oleh kenyataan bahwa manusia adalah makhluk unik yang membedakannya dengan makhluk lain. Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Proses belajar setidaknya meliputi tiga tahapan, yaitu tahapan input, proses, dan output. Ketiga faktor ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar belajar, disamping kualitas input- nya, adalah proses pembelajaran itu sendiri. Sebagai ilmu pengetahuan empiris, perkembangan fisika selalu diawali dari sebuah permasalahan. Berawal dari permasalahan tersebut, seseorang akan melakukan observasi yang kemudian akan dilanjutkan oleh kegiatan-kegiatan yang lain sehingga menghasilkan sebuah teori baru. Berdasarkan kenyataan itu, maka para pakar pendidikan mulai merumuskan sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik fisika ini. Pengembangan model pemebelajaran ini didasarkan pada kegagalan model pembelajaran konvensional yang hanya dapat membantu siswa memiliki hapalan jangka pendek saja. Pembelajaran konvensional membuat siswa tidak bisa menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di sekolah dengan pemecahan masalah yang dihadapi siswa pada kehidupan sehari-hari mereka Maka lahirlah model pembelajaran berbasis masalah Problem Based Learning sebagai sebuah solusi terhadap permasalahan tersebut. Disamping itu, setiap proses pembelajaran harus didesain sedemikian rupa sehingga sesuai dengan karakteristik materi yang dipelajari. Karena ketidaksesuaian pembelajaran yang dilakukan, berkembanglah persepsi pada siswa bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Untuk mengatasi ini, pembelajarankooperatifberupaya memberikan solusi untuk mengatasi masalah ini. Cooperative Learning menjamin keterlibatan siswa dalam