Tahap-tahap Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Kooperatif

Pada tahap ini guru membimbing siswa dalam mebentuk kelompok. Anggota kelompok terdiri atas siswa tingkat kemampuan yang berbeda, atau satu kelompok dibuat dengan anggota yang heterogen. d. Tahap kerja kelompok Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok yang merupakan inti dari kegiatan pembelajaran kooperatif. Waktu untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luas dan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Agar kegitan kelompok terarah, perlu diberikan panduan sebagai pedoman kegitan. Guru berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi masing- masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa, mengarahkan keterampilan kerjasama, dan memberikan bantuan kepada siswa. e. Tahap evaluasi Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah mampu memahami konsep yang dikaji bersama. Kemudian masing-masing siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep yang dikaji. Oleh karena itu guru harus melakukan evaluasi selama proses pembelajaran berlangsung. Evaluasi dengan mengamati sikap, keterampilan dan kemampuan berpikir serta berkomunikasi siswa. Kesungguhan mengerjakan tugas, kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memberikan pandangan atau argumentasi, kemauan untuk bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama, berikut adalah prosedur evaluasi : 1 Penilaian individu adalah evaluasi terhadap tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dikaji, meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2 Penilaian kelompok meliputi berbagai indikator keberhasilan kelompok seperti, kerjasama, dan pengambilan keputusan. f. Tahap memberikan penghargaan Tahap ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi. Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rata-rata skor kelompok. Berikut adalah kriteria penghargaan kelompok 48 Tabel 2.3 Kriteria Pembelajaran Kooperatif Rata-rata Kelompok Predikat 30 sampai 39 Tim kurang baik 40 sampai 44 Tim baik 45 sampai 49 Tim baik sekali 50 ke atas Tim istimewa

d. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif

Beberapa ahli mengemukakan beberapa tipe pembelajaran kooperatif sebagai berikut : 1 Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Pembelajaran koperatif tipe jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson. Kegiatan dalam tipe jigsaw adalah sebagai berikut : 49 a Guru membagi satu kelas menjadi beberapa kelompok, jumlah anggota kelompok sesuai dengan jumlah materi pelajaran yang akan disampaikan.Kelompok ini disebut kelompok asal. Setiap siswa diberi tugas untuk mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut.Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama berkumpul dan membentuk kelompok ahli. Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi pelajaran yang sama. 48 Nopiyanti dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK”. Kumpulan Skripsi Pendidikan Ilmu Komputer Universitas Pendidikan Indonesia 2010, h. 23 49 Th Widyantini, Op cit, h. 5-7 b Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maka siswa kembali ke kelompok asal dan menyampaikan pada anggota kelompok yang lain. c Selanjutnya dilakukan presentasi dengan cara pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. 2 Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen 1993. Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan dan pemahaman pembelajaran. Kegiatan dalam tipe NHT, sebagai berikut : 50 a Guru menyampaikan materi pembelajaran. b Guru memberikan kuis secara individual untuk mendapatkan skor awal. c Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap anggota kelompok diberi nomor. d Guru mengajukkan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok. e Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor anggota untuk menjawab. Jawaban tersebut merupakan wakil jawaban dari kelompok. 3 Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division STAD 50 Ibid, h. 7-8 Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin. Menurut Slavin 1995 tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi. Kegiatan dalam tipe STAD, sebagai berikut : 51 a Guru menyampaikan materi pembelajaran. b Guru memberikan kuis secara individual untuk mendapatkan skor awal. c Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok. d Bahan materi yang telah dipersiapkan oleh guru didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. 4 Pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated TAI Pembelajaran kooperatif tipe ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. TAI dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Ciri khas tipe TAI adalah setiap siswa secara individual mempelajari materi yang diberikan oleh guru. Hasil belajar individu dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan, semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban. 52

5. Hasil Belajar Fisika

Dalam melakukan kegiatan belajar, terjadi proses berpikir yang melibatkan kegiatanmental, terjadi penyusunan hubungan informasi –informasi yang diterima materi yang diberikan. Pemahaman dan penguasaan ini disebut sebagai hasil belajar. Pada hakikatnya hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan pada diri siswa setelah mengalami proses belajar mengajar. Menurut nama sudjana, ”hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 53 51 Ibid, h. 8 52 Ibid, h. 8-9 53 Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-5, 1995 h.22 Menurut Benyamin dkk. Secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.54 Ranah kogitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual seperti pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi analisa, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang berupa kehadiran, keaktifan belajar, pengumpulan tugas, dan lain-lain. Sedangkan ranahpsikomotoris berkenaan daengan keterampilan skill dan kemampuan bertindak siswa sehari-hari.Belajar melibatkan tahap masukan, proses, dan keluaran. Belajar juga merupakan proses yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, yang awalnya tidak mampu menjadi mampu, dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan hasil belajar, yaitu perubahan perilaku yang menyatakan perbedaan dari masukan dan keluaran. Karena hasil belajar merupakan produk belajar, maka pengertian hasil belajar dapat dijelaskan dari pengertian belajar. Santrockmenyatakan bahwa “learning is a relatively permanent influence on behaviour, knowledge, and thinking skills that comes about through experience.” 55 Senada dengan itu, Sabri menyebutkan beberapa definisi berkaitan dengan belajar. Sabri menyebutkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tersebut terjadi melalui usaha mendengarkan, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih, dan mencoba sendiri atau dengan pengalaman atau latihan. 56 Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap, bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali. Dari beberapa pernyataan tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah perubahan yang relatif permanen berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan, dan keterampilan setelah melakukan proses belajar. 54 Ibid, h. 22 55 John W Santrock, Op cit, h. 266. 56 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, Cet ke-2, h. 55 – 56.