Definisi dan Landasan Teori

menjadikan proses belajar lebih efektif. 31 Sementara belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, seharusnya hasil belajar dapat disimpan dalam waktu yang lama. Pernyataan sederhana ini berbicara banyak tentang perlunya cara belajar aktif oleh Melvin L. Silberman menjadi apa yang disebut paham belajar aktif. Menurutnya, kebanyakan orang mudah lupa ketika ia hanya mendengarkan saja. Namun ia sedikit ingat ketika mendengar dan melihat. Mereka mulai memahami saat mendengar, melihat, mendiskusikan dengan orang lain. 32 Ungkapan itu sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran. Agar peserta didik belajar secara aktif, guru perlu menciptakan metode yang tepat, sehingga peserta didik tertarik untuk belajar dan dapat menciptakan ide-ide atau gagasan baru dalam menyelesaikan suatu masalah dalam belajar. Kemudian yang perlu diingat bahwa belajar tidaklah cukup hanya dengan mendengarkan atau melihat sesuatu. Senada dengan Melvin, Bobbi DePoter mengatakn bahwa kita belajar hanya 10 dari yang kita baca, 20 dari apa yang kita dengar, 30 dari apa yang kita lihat dan 90 dari apa yang kita katakana dan lakukan. 33 Pernyataan tersebut menjelaskan dan memberikan suatu gambaran bagaimana belajar aktif itu akan lebih menyenangkan dan mudah dipahami ketika peserta didik mengalami sendiri apa yang sedang dipelajari dan diamati, sehingga siswa mampu belajar secara efektif dan efisien dengan tidak mengesampingkan potensi yang dimiliki siswa untuk dikembangkan secara optimal baik dari segi emosional, mental, intelektual, maupun psikomotor siswa. Sebagian besar guru mengajar hingga batas akhir masa sekolah, semester, atau bidang studi. Mereka mungkin beranggapan bahwa pada saat akhir mereka dapat menjejalkan lebih banyak informasi dan menyelesaikan topik 31 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta : Bumi Aksara, 2010, Cet ke-1, h.7 32 Melvin L Silberma, Op cit, h. 23 33 Bobbi DePoter, Quantum Teaching, diterjemahkan oleh Ary Nilandari Bandung : Kaifa, 2001, Cet ke-4, h. 57 juga materi yang masih dalam agenda mereka. Memaksakan diri untuk mengajar hingga batas akhir seringkali berakibat pada terjadinya pengajaran yang tidak tertata, ada yang terlewatkan, atau ada yang masih belum jelas. 34 Jika pembelajaran dilaksanakan dengan model kooperatif, maka siswa dibebaskan untuk mencari berbagai sumber belajar yang relevan. Kegiatan demikian memungkinkan para siswa untuk berinteraksi aktif dengan lingkungan dan kelompoknya, sebagai media untuk mengembangkan pengetahuannya. Pendekatan konstruvistik dalam model pembelajaran kooperatif dapat mendorong siswa untuk mampu membangun pengetahuan secara bersama- sama dalam kelompok. Siswa menafsirkan bersama-sama apa yang mereka temukan. Dengan cara demikian materi pelajaran dapat dibangun bersama dan bukan sebagai transfer dari guru. Ini berarti, siswa didorong untuk membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahaman terhadap fenomena yang sedang dipelajari meningkat. Hal ini merupakan realisasi dari hakikat konstruktivisme dalam pembelajaran. 35 Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning. b Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui kegiatan kelompok. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. 36 34 Melvin L Silberma. Op cit, h. 247 35 http:www.ditnaga-dikti.orgditnagafilesPIPkooperatif , h.2 36 Ibid, h.1 Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut : 37 a. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab sama terhadap segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. b. Setiap anggota kelompok memiliki tujuan yang sama. c. Setiap anggota kelompok membagi tugas yang sama di antara anggota kelompoknya. d. Setiap anggota kelompok akan melakukan evaluasi. e. Setiap anggota kelompok berhak menjadi pemimpin dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama. f. Setiap anggota kelompok akan diminta pertanggungjawaban secara individu terhadap materi yang ditanganai kelompoknya. Kunci pembelajaran kooperatif yaitu semua untuk satu dan satu untuk semua. 38 Berikut beberapa alasan yang menyebabkan pembelajaran kooperatif dapat menaikkan kemampuan akademik siswa : a. Pembelajaran kooperatif menaikkan kemampuan sosial dan emosional siswa, bersamaan dengan intelektual siswa. Pertumbuhan itu diciptakan dengan berbagi, menerima, menanggapi, dan mendukung antar sesama. 39 b. Dengan pembentukan kelompok maka setiap anggota akan memiliki persamaan tujuan. 40 c. Membantu perkembangan karena siswa dengan kemampuan rendah akan mengubah kemampuan akademik. 41 Sesuai dengan pengertian mengajar, yaitu menciptakan susana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa, maka sikap guru yaitu : a. Mendengarkan pendapat siswa. b. Menghargai siswa. 37 Th Widyantini, Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif, Yogyakarta : Depatemen Pendidikan Nasional, 2006, h.4 38 Donald R Cruickshank, The Act of Teaching, New York : Mc Graw Hill, 2006, h. 238 39 Ibid, h. 83 40 Ibid, h.239 41 Ibid, h.239