Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Provinsi Jambi

49

5.1.2 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Produk Turunan

Kelapa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Pengembangan usaha pengolahan produk turunan kelapa merupakan suatu langkah yang strategis dalam meningkatkan nilai tambah hasil usahatani kelapa. Tinggi rendahnya nilai hasil usahatani kelapa menjadi penentu utama bagi berkembangnnya usahatani kelapa itu sendiri. Semakin tinggi nilai kelapa, maka akan semakin tinggi motivasi petani untuk mengembangkan ushatani tersebut, dan begitu pula sebaliknya. Pengolahan produk turunan kelapa selain membutuhkan investasi yang cukup besar, pemasaran terhadap produk yang dihasilkan terutama minyak kelapa sebagai produk olahan utama dihadapkan dengan persaingan produk minyak lainnya seperti minyak kelapa sawit sehingga kekuatan pemasarannya sangat ditentukan oleh kualitas produk dan selera konsumen terhadap produk tersebut. Berkembangnya industri pengolahan minyak sawit yang didukung dengan berkembangnya perkebunan ditingkat hulunya menyebabkan supplay komoditi ini semakin meningkat, sehingga harga minyak goreng menjadi rendah. Hal ini menuntut industri pengolahan minyak kelapa harus mampu melakukan efisiensi produksi dan memperluas pangsa pasar, tidak hanya pada konsumsi domestik namun menjangkau pasar luar negeri. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan dalam penelitian ini, hampir seluruh produk minyak kelapa yang dihasilkan dijual keluar negeri untuk dioleh lebih lanjut hingga menjadi minyak goreng yang layak dikonsumsi oleh masyarakat. Besarnya permintaan ekspor minyak kelapa menjadikan industri pengolahan minyak kelapa di Jambi mampu bertahan dalam persaingan industri hingga saat ini. Dihadapkan dengan ralita agribisnis tersebut, diperlukan pengembangan industri baik dalam peningkatan kualitas, maupun kapasitas produksi terutama pada pengembangan industri yang mampu dikelolah oleh masyarakat sebagai pelaku usaha utama dalam agribisnis komoditi kelapa. Untuk menunjang keberhasilan pengembangan industri tersebut perlu dilakukan evaluasi terhadap investasi yang digunakan agar hasilnya dapat terukur dan menghasilkan perencanaan pengembangan yang tepat. 50

5.1.2.1 Analisis Finansial Usaha Pengolahan Minyak Kelapa Mentah Crude

Coconut Oli Industri minyak kelapa crude coconut oli di Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan industri terbesar yang mengolah kelapa menjadi produk turunannya. Kapasitas produksi dari tiga industri yang ada adalah sebesar 7.000 tontahun, yang terdiri dari PT. Prima Makmur Abadi sebesar 5.500 tontahun, PT. Sumber Harapan sebesar 600 tontahun, dan PK Sumber Waras sebesar 900 tontahun. Produk akhir yang dihasilkan berupa minyak mentah yang akan diolah lebih lanjut menjadi minyak goreng di Negara Malaysia maupun Singapura. Keberadaan industri minyak kelapa di tengah agribisnis kelapa Kabupaten Tanjung Jabung Barat belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan petani. Harga kelapa yang diterima oleh petani berkisar antara Rp 1.250kg hingga Rp 1.750kg. Rendahnya nilai jual kelapa tersebut berimplikasi pada menurunnya pengembangan usahatani kelapa yang dilakukan oleh masyarat. Penurunan produksi kelapa yang merupakan bahan baku industri, menyebabkan efisiensi produksi minyak kelapa yang dijalankan oleh perusahaan menjadi berkurang. Oleh karena itu diperlukan evaluasi terhadap investasi yang ada untuk menentukan pengembangan industri yang lebih efisien sehingga memberikan manfaat yang lebih besar bagi pelaku usahanya dan berkontribusi pada peningkatan nilai tambah kelapa yang diterima oleh petani. Industri minyak kelapa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah beroperasi selama 10 tahun. Masa proyek industri telah memasuki tahap kedua dari masa proyek yang telah diperkirakan, yaitu 8 tahun lampiran 1. Analisis finansial terhadap usaha tersebut dilakukan untuk menilai tingkat kelayakan pengembangan usaha pada periode proyek yang akan datang. Dasar analisis yang digunakan adalah kondisi usaha yang terjadi saat ini. Dari hasil survey yang telah dilakukan terhadap industri minyak kelapa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, pada kapasitas input produksi sebesar 30.316 kg kopra per hari, dibutuhkan modal usaha sebesar Rp 6.853.465.698 yang terdiri dari modal investasi sebesar Rp 2.742.305.403 dan modal kerja sebesar Rp 4.111.160.295. Pembiayaan modal tersebut sebagian 65 dilakukan melalui pinjaman bank dan 35 persen melalui pembiayaan sendiri. Modal investasi dipergunakan untuk pembangunan gedung kantor dan pabrik, pembelian mesinperalatan produksi dan pembelian 51 perlengkapan kantor lampiran 2. Penyusutan atas investasi yang digunakan dihitung berdasarkan metode garis lurus. Modal kerja dipergunakan untuk membiayai operasional usaha pada awal produksi lampiran 4. Bahan baku utama yang digunakan adalah kopra dengan harga sebesar Rp 4.750kg. Produk utama yang dihasilkan berupa minyak kelapa mentah CCO yang akan diolah lebih lanjut menjadi minyak goreng di Malaysia dan Singapura. Harga minyak kelapa mencapai Rp 11.500kg, sementara produk sampingan yang dihasilkan berupa bungkil kelapa sebagai bahan baku pakan ternak, dijual ke Jakarta, Bandung, dan Riau dengan harga Rp 1.750kg lampiran 1. Pengembangan usaha pengolahan minyak kelapa pada tahun-tahun yang akan datang dipengaruhi oleh tingkat inflasi, suku bunga dan nilai tukar rupiah. Rata-rata inflasi yang terjadi di Provinsi Jambi selama enam tahun terakhir tahun 2005-2010 sebesar 5,89 persen BI Jambi 2010. Besarnya perubahan inflasi pada tahun-tahun yang akan datang akan mempengaruhi perubahan harga barang- barang modal, jasa maupun barang konsumsi dan harga bahan baku. Rata-rata suku bunga kredit yang berkembang pada bank persero selama sembilan tahun terakhir 2002-2010 sebesar 14,65 persen BPS 2010. Besarnya tingkat suku bunga berimplikasi pada upaya pembiayaan modal usaha, karena sebagian modal yang dipergunakan berasal dari pinjaman bank. Sementara nilai tukar rupiah yang juga mempengaruhi pengembangan usaha pengolahan minyak kelapa, besarnya dari tahun-ketahun selalu berfluktuasi. Besarnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar selama enam tahun terakhir 2005-2010 mencapai sebesar Rp 9.540 Deprindag 2011. Besarnya nilai tukar tersebut telah mempengaruhi pertumbuhan ekspor minyak kelapa di Provinsi Jambi. Dengan kapasitas produksi yang terpasang, dihasilkan minyak kelapa CCO rata-rata pertahun sebanyak 4.093 ton dan bungkil kelapa sebanyak 3.183 ton pertahun. Pada tingkat harga CCO sebesar Rp 11.500 dan harga bungkil kelapa sebesar Rp 1.750 diperoleh hasil penjualan pertahun sebesar Rp 52.636.155.000. Untuk menghasilkan produk tersebut, biaya operasional yang dikeluarkan selama satu tahun sebesar Rp 50.282.562.795. Disamping itu, atas penggunaan modal investasi, dikeluarkan biaya penyusutan sebagai dana yang akan diinvestasikan kembali pada tahun-tahun berikutnya, yaitu sebesar Rp