Perkembangan Komoditi Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi

48 Keterangan: Alur Transaksi --- Pendapatan Usahatani Gambar 6 Hubungan antara Anggota Petani dengan Badan Usaha Koperasi sebagai Pengolah Produk Turunan Kelapa.

2. Penyedia Bahan Baku dan Pengguna Hasil Produksi

Disamping sebagai sumber permodalan bagi koperasi, keberadaan anggota akan menjaga eksistensi ketersediaan bahan baku dan pemasaran hasil produksi sehingga menjamin keberlangsungan usaha. Harga pembelianpenjualan ditentukan berdasarkan tujuan usaha yang dijalankan, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan anggota sehingga harga yang berlaku tetap menguntungkan bagi petani, baik secara langsung melalui potongan hargapenambahan harga maupun tidak langsung dengan memperoleh bagian SHU dari partisipasinya terhadap usaha koperasi. Dengan demikian, keberadaan koperasi akan menjamin stabilitas harga yang menguntungkan. Pola usaha seperti ini diharapkan mampu memperbaiki dan menguatkan perekonomian petani kelapa di Provinsi Jambi. PETANI Sumber Bahan Baku Sumber Modal Kopra Tempurung Sabut Simp. Wajib Simp. Pokok KOPERASI Industri Minyak Goreng Industri Sabut Kelapa Industri Arang Tempurung M. Goreng Bungkil Coco Fiber Coco Peat Arang Tempurung Pemasaran Produk Laba UsahaSHU 49

5.1.2 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Produk Turunan

Kelapa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Pengembangan usaha pengolahan produk turunan kelapa merupakan suatu langkah yang strategis dalam meningkatkan nilai tambah hasil usahatani kelapa. Tinggi rendahnya nilai hasil usahatani kelapa menjadi penentu utama bagi berkembangnnya usahatani kelapa itu sendiri. Semakin tinggi nilai kelapa, maka akan semakin tinggi motivasi petani untuk mengembangkan ushatani tersebut, dan begitu pula sebaliknya. Pengolahan produk turunan kelapa selain membutuhkan investasi yang cukup besar, pemasaran terhadap produk yang dihasilkan terutama minyak kelapa sebagai produk olahan utama dihadapkan dengan persaingan produk minyak lainnya seperti minyak kelapa sawit sehingga kekuatan pemasarannya sangat ditentukan oleh kualitas produk dan selera konsumen terhadap produk tersebut. Berkembangnya industri pengolahan minyak sawit yang didukung dengan berkembangnya perkebunan ditingkat hulunya menyebabkan supplay komoditi ini semakin meningkat, sehingga harga minyak goreng menjadi rendah. Hal ini menuntut industri pengolahan minyak kelapa harus mampu melakukan efisiensi produksi dan memperluas pangsa pasar, tidak hanya pada konsumsi domestik namun menjangkau pasar luar negeri. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan dalam penelitian ini, hampir seluruh produk minyak kelapa yang dihasilkan dijual keluar negeri untuk dioleh lebih lanjut hingga menjadi minyak goreng yang layak dikonsumsi oleh masyarakat. Besarnya permintaan ekspor minyak kelapa menjadikan industri pengolahan minyak kelapa di Jambi mampu bertahan dalam persaingan industri hingga saat ini. Dihadapkan dengan ralita agribisnis tersebut, diperlukan pengembangan industri baik dalam peningkatan kualitas, maupun kapasitas produksi terutama pada pengembangan industri yang mampu dikelolah oleh masyarakat sebagai pelaku usaha utama dalam agribisnis komoditi kelapa. Untuk menunjang keberhasilan pengembangan industri tersebut perlu dilakukan evaluasi terhadap investasi yang digunakan agar hasilnya dapat terukur dan menghasilkan perencanaan pengembangan yang tepat.