91 pendapatan petani perbulan sebesar Rp 2.108.190, sehingga masih dibutuhkan
tambahan pendapatan perbulan sebesar Rp 175.143. Dengan demikian sebagai tanaman perkebunan utama, kelapa harus
mendapat prioritas pengembangan baik pada tingkat usahataninya maupun pada tingkat pengolahan hasil agar komoditi kelapa tetap memiliki kekuatan ekonomi
dalam menyangga perekonomian rakyat pada khususnya dan daerah pada umumnya. Pada tingkat usahatani, pengembangan dilakukan dengan memperbaiki
sistem usahatani secara terpadu dan pada tingkat pengolahan hasil, pengembangan dilakukan dengan melakukan indutrialisai pengolahan hasil produksi terutama
pada bagian buah kelapa seperti daging buahkopra menjadi minyak goreng, sabut kelapa menjadi coco fiber dan tempurung menjadi arang yang dilakukan oleh
petani sehingga dapat meningkatkan nilai tambah kelapa dan pendapatan petani.
5.4 Dampak Pengembangan Usaha Pengolahan Produk Turunan Kelapa
Melalui Badan Usaha Koperasi
Pengembangan usaha pengolahan produk turunan kelapa yang dijalankan oleh petani melalui badan usaha koperasi diharapkan dapat memberikan dampak
positif pada perekonomian petani pada khususnya dan daerah pada umumnya. Dengan adanya pengembangan usaha tersebut akan membuka lapangan kerja baru
bagi masyarakat. Dari keuntungan usaha SHU yang dihasilkan secara tidak langsung memberikan tambahan pendapatan bagi petani. Keberadaan koperasi
juga diharapkan dapat meningkatkan pembangunan lingkungan.
5.4.1 Peningkatan Pendapatan Petani
Pada kondisi dimana belum dilakukan pengembagan usaha pengolahan produk turunan kelapa sebagaimana hasil analisis usahatani kelapa sebelumnya,
pendapatan petani pertahun sebesar Rp 25.298.278yang diperoleh dari usahatani yang dijalankan secara polikultur yang terdiri dari penjualan kelapa butir, pinang
dan kopi sebesar Rp 18.465.201 serta pendapatan upah tenaga kerja dari pengolahan usahatani tersebut sebesar Rp
6.833.000. Dengan adanya pengembangan usaha yang dikelolah oleh petani
berdasarkan koperasi, diharapkan akan terjadi perubahan penjualan kelapa butiran menjadi bagian-bagian kelapa, seperti kopra daging buah, sabut dan tempurung
sehingga akan meningkatkan nilai tambah kelapa. Adanya pengolahan buah
92 kelapa menjadi kopra yang dilakukan oleh petani menjadi tambahan pendapatan
atas upah yang diterimanya. Disamping itu sebagai anggota koperasi, petani akan menerima pendapatan SHU koperasi berdasarkan partisipasinya terhadap usaha
koperasi, sebagaimana diuraikan pada tabel berikut ini: Tabel 55 Peningkatan Pendapatan Petani Kelapa
Tahun Pendapatan Sebelum Pengembangan
Usaha Rp Pendapatan Setelah Pengembangan Usaha Rp
Peningkatan Pendapatan
Usahatani Upah TK
Jumlah Pendapatan
Usahatani Upah
TK Pendapatan
SHU Jumlah
Nilai Rp
1 18.465.201 6.833.078 25.298.278 19.560.100 7.347.257
2.547.413 29.454.770 4.156.491 16,43
2 19.552.801 7.235.546 26.788.347 20.712.190 7.780.010
2.777.264 31.269.464 4.481.117 16,73
3 20.704.461 7.661.720 28.366.181 21.932.138 8.238.253
3.017.346 33.187.736 4.821.556 17,00
4 21.923.954 8.112.995 30.036.949 23.223.941 8.723.486
3.268.260 35.215.686 5.178.737 17,24
5 23.215.275 8.590.850 31.806.125 24.591.831 9.237.299
3.530.644 37.359.774 5.553.649 17,46
6 24.582.654 9.096.851 33.679.506 26.040.290 9.781.376
3.779.429 39.601.095 5.921.589 17,58
7 26.030.573 9.632.656 35.663.229 27.574.063 10.357.499
4.010.650 41.942.212 6.278.984 17,61
8 27.563.773 10.200.019 37.763.793 29.198.175 10.967.556
5.061.274 45.227.005 7.463.212 19,76
Rata2 22.754.836 8.420.464 31.175.301 24.104.091 9.054.092
3.499.035 36.657.218 5.481.917 17,48
Keterangan: Penjualan Kelapa Butir, Pinang dan Kopi
Pengolahan Usahatani Penjualan Bagian Kelapa Kopra, Sabut dan Tempurung, Pinang dan Kopi
Pengolahan Usahatani dan Pengolahan Kopra
Dengan adanya perubahan penjualan kelapa dalam bentuk kopra daging buah, sabut dan tempurung, nilai kelapa mengalami peningkatan sebesar 17,73
persen menjadi Rp 1.766. Dengan demikian pendapatan petani mengalami peningkatan dari penjualan hasil kelapa menjadi Rp 10.682.828. Disamping itu,
dengan adanya pengolahan buah kelapa menjadi kopra yang dikerjakan sendiri oleh petani menjadi bagian dari upah tenaga kerja yang besarnya rata-rata
pertahun mencapai Rp 514.179. Selain mengalami peningkatan pendapatan dari penjualan hasil usahatani, petani sebagai anggota koperasi akan memperoleh
pendapatan SHU berdasarkan partisipasinya terhadap usaha yang dijalankan oleh koperasi. Besarnya pendapatan SHU yang diterima oleh anggota pada tahun
pertama sebesar Rp 2.547.413. Dengan demikian jumlah pendapatan petani setelah adanya pengembangan usaha pengolahan produk turunan kelapa
diperkirakan sebesar Rp 29.454.770, meningkat 16,43 persen dari sebelum
pengembangan usaha atau sebesar Rp
4.156.491. Besarnya peningkatan pendapatan tersebut diperkirakan akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya
seiring dengan peningkatan SHU koperasi.