Lembaga Usaha Milik Petani LUMP atau Koperasi di Sentra
                                                                                55 usaha,  pembangunan  pabrik,  kantor,  pembelian  mesin,  dan  peralatan  produksi
lampiran 11. Penyusutan mesin dan peralatan yang digunakan dilakukan dengan metode  garis  lurus.  Modal  kerja  digunakan  untuk  membiayai  operasional  awal
usaha, baik biaya tetap maupun biaya variabel lampiran 12. Dengan kapasitas input produksi perhari sebesar 3.125 kg, dihasilkan tepung
tempurung sebanyak 2,5 ton. Apabila usaha tersebut berjalan normal selama satu tahun,  maka  tepung  tempurung  yang  dihasilkan  sebanyak  390  ton.  Pada  tingkat
harga  sebesar  Rp  2.800kg  diperoleh  penjualan  sebesar  Rp  780.000.000tahun. Dalam  menghasilkan  produk  tersebut,  biaya  operasional  dan  biaya  penyusutan
atas penggunaan modal investasi yang dikeluarkan selama satu tahun sebesar Rp 605.495.417.  Dengan  demikian  laba  yang  diperoleh  sebelum  pajak  sebesar
174.504.583. Atas laba tersebut, perusahaan dikenakan pajak penghasilan sebesar 15  persen  atau  sebesar  Rp  26.175.688.  Disamping  itu,  atas  pengunaan  modal
usaha  yang  berasal  dari  pinjaman  bank,  perusahaan  juga  mengeluarkan  biaya bunga atas pinjaman modal tersebut,  yaitu sebesar Rp 14.603.086. Sehingga laba
bersih  yang  diperoleh  dari  usaha  pengolahan  tepung  tempurung  sebesar  Rp 133.725.810.
Besarnya  laba  tersebut  diperkirakan  akan  meningkat  pada  tahun-tahun berikutnya  seiring  dengan  semakin  berkurangnya  pembayaran  bunga  bank  dan
adanya  perubahan  harga  inflasi  rata-rata  pertahun  sebesar  5,89  persen sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel 17 Proyeksi Laba Rugi Usaha Pengolahan Tepung Tempurung
Tahun Penerimaan
Rp000 Pengeluaran Rp000
Laba Kotor
Rp000 Pajak
Rp000 Laba Set
Pajak Rp000
Bunga Bank
Rp000 Laba
Bersih Rp000
Operasional  Penyusutan 1
780.000 586.830
18.665 174.505  26.176
148.329  14.603 133.726
2 825.942
621.394 18.665
185.882  27.882 158.000  11.388
146.612 3
874.590 657.994
18.665 197.930  29.690
168.241 8.172
160.068 4
926.103 696.750
18.665 210.688  31.603
179.084 4.957
174.127 5
980.651 737.789
18.665 224.197  33.629
190.567 1.742
188.825 6
1.038.411 781.245
18.665 238.501  35.775
202.726 202.726
7 1.099.574
827.260 18.665
253.648  38.047 215.601
215.601 8
1.272.158 875.986
18.665 377.507  56.626
320.881 320.881
Total 7.797.429
5.785.248 149.323  1.862.858  279.429  1.583.429  40.862  1.542.567
Rata2 974.679
723.156 18.665
232.857  34.929 197.929
5.108 192.821
Untuk  mengetahui  kelayakan  pengembangan  usaha,  dibutuhkan  informasi tentang  aliran  kas  yang  sebenarnya  terjadi  pada  usaha  tersebut.  Informasi  ini
56 dibutuhkan karena dalam keuntungan  ada kas  yang  akan diinvestasikan  kembali,
yaitu biaya penyusutan dan ada kas yang akan diambil sebagai private, sementara untuk menghasilkan keuntungan tambahan, perusahaan harus memiliki kas untuk
ditanamkan kembali. Besarnya biaya penyusutan atas penggunaan modal investasi pertahun  sebesar  Rp  18.665.417,  sehingga  aliran  kas  yang  terjadi  sebesar  Rp
166.994.313
.
Besarnya aliran kas tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya seiring dengan meningkatnya laba usaha yang dihasilkan,
sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 18 Proyeksi Aliran Kas Usaha Pengolahan Tepung Tempurung
Tahun In flow
Out flow Penyusutan
Rp Cash flow
Rp Laba Rp
Investasi Rp Pajak Rp
248.227.500 -248.227.500
1 174.504.583
26.175.688 18.665.417
166.994.313 2
185.882.296 27.882.344
18.665.417 176.665.369
3 197.930.157
29.689.523 18.665.417
186.906.050 4
210.687.636 31.603.145
18.665.417 197.749.907
5 224.196.531
33.629.480 18.665.417
209.232.468 6
238.501.099 35.775.165
18.665.417 221.391.351
7 253.648.207
38.047.231 18.665.417
234.266.393 8
377.507.480 56.626.122
18.665.417 339.546.774
Total 1.862.857.989
279.428.698 149.323.333
1.732.752.624 Rata
2
232.857.249 248.227.500
34.928.587 18.665.417
216.594.078
Sumber: Lampiran 16 Dengan  besaran  aliran  kas  tersebut,  tingkat  kelayakan  usaha  dapat
ditentukan  dengan  mempertimbangkan  nilai  sekarang  dari  investasi  yang ditanamkan  NVP,  kemampuan  usaha  dalam  mengembalikan  investasi  tersebut
pada  tingkat  suku  bunga  aktual  IRR  dan  masa  proyek  yang  telah  diperkirakan PBP  serta  rasio  keuntungan  yang  diperoleh  atas  biaya  yang  telah  dikeluarkan
Net BC ratio sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini: Tabel 19   Hasil  Analisis  Kelayakan  Finansial  dan  Sensitivitas  Perubahan  Harga
Usaha Pengolahan Tepung Tempurung
No Uraian
Perubahan Harga NPV Rp
Net BC
IRR PBP Thn,
bln Nilai Rp
14.46 1  H. Dasar Tepung Tempurung
2.000  677.113.692  3,73 72,01
1,6 2  Harga Tepung Tempurung -  18,00
1.640  36.106.698  1,15 18,24
4,7 3  Harga Tepung Tempurung -  19,05
1.619 -1.285.377  0,99
14,52 5,5
Harga Dasar Tempurung 500
4  Harga Tempurung + 36,31
785  15.856.174  1,06 16,26
4,7 5  Harga Tempurung +
37,50 800
-2.789.427  0,99 14,38
5,5
57 Berdasarkan  hasil  perhitungan  analisis  finansial  usaha  pengolahan  tepung
tempurung  pada  tebel  19,  menjelaskan  bahwa  usaha  tersebut  masih menguntungkan  untuk  dikembangkan  pada  tahun-tahun  berikutnya.  Hal  ini
sebagaimana  nilai  NPV  yang  diperoleh  pada  tingkat  discount  factor  DF  14,65 persen  sebesar  Rp  695.171.992.  Dimana  dalam  kondisi  ini  nilai  uang  sekarang
yang diperoleh lebih besar dari modal yang diinvestasi yang ditanamkan selama 8 tahun.  Hal  ini  juga  didukung  dengan  kemampuan  perusahaan  dalam
mengembalikan  investasinya  pada  tingkat  suku  bunga  72,21  persen,  lebih  besar dari suku bunga aktualnya,  yaitu 14,65 persen, dan masa pengembalian investasi
tersebut dapat dilakukan selama 1 tahun 6 bulan. Disamping itu, tambahan benefit yang  dihasilkan  masih  lebih  besar  dari  tambahan  biaya  yang  dikeluarkan,  yaitu
dengan ratio sebesar 3,80. Kondisi  kelayakan  usaha  pengolahan  tepung  tempurung  terjadi  hingga
penurunan  harga  penjualan  sebesar  19,50 persen  dan  peningkatan  harga  bahan
baku  hingga    37,89  persen  dengan  asumsi  variabel  yang  lain  tidak  berubah. Apabila  harga  penjualan  jual  turun  hingga  19,60  persen  dan  harga  bahan  baku
meningkat  hingga  38,27  persen,  industri  menjadi  tidak  mengutungkan  untuk dikembangkan  karena  nilai  sekaran  atas  usaha  yang  dijalankan  lebih  kecil  dari
modal yang diinvestasi, kemampuan usaha mengembalikan investasinya dibawah tingkat  suku  bunga  aktual  dan  masa  pengembaliannya  melebihi  jangka  waktu
kredit  yang  telah  tentukan  5  tahun  serta  tambahan  benefitnya  lebih  kecil dibandingkan dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.
                