Modal Investasi Usaha Pengolahan Sabut Kelapa

71 Dengan aliran kas tersebut, perhitungan analisis kelayakan finansial pada discount factor sebesar 14,65 persen menghasilkan nilai NVP sebesar Rp 810.244.833 sehingga usaha tersebut secara finansial layak untuk dikembangkan. Dimana dalam kondisi ini nilai uang sekarang yang dihasilkan dari usaha yang dijalankan selama 8 tahun lebih besar dari modal yang diinvestasikan. Hal ini juga didukung dengan tingkat kemampuan usaha mengembalikan investasi pada tingkat suku bunga sebesar 50,63 persen jauh lebih besar dari suku bunga aktual dan masa pengembalian investasi tersebut relatif lebih cepat, yaitu selama 2 tahun 1 bulan. Disamping itu, rasio tambahan benefit yang dihasilkan lebih besar dari tambahan biaya yang dikeluarkan, yaitu 2,58, sebagaimana diuraikan pad atabel berikut ini: Tabel 35 Hasil Analisis Kelayakan Finansial dan Sensitivitas Perubahan Harga Usaha Pengolahan Minyak Goreng No Uraian Perubahan Harga NPV Rp Net BC IRR PBP Thn, bln Nilai Rp 14,46 1 Harga Dasar M. Goreng 11.800 810.244.833 2,58 50,63 2,1 2 Harga M. Goreng - 5,50 11.151 10.989.931 1,02 15,23 4,10 3 Harga M. Goreng - 5,75 11.122 -25.339.837 0,95 13,29 5,2 Harga Dasar Kopra 5.000 4 Harga Kopra + 5,75 5.288 8.307.820 1,02 15,08 4,10 5 Harga Kopra + 6,00 5.300 -26.559.007 0,950 13,27 5,2 Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial di atas, kondisi yang harus senantiasa diantisipasi apabila terjadi penurunan harga jual minyak goreng hingga Rp 11.122 atau turun 5,75 persen dan peningkatan harga bahan baku hingga Rp 5.300 atau meningkat 6 persen dengan asumsi variabel lain tetap karena pada kondisi tersebut usaha menjadi tidak menguntungkan, kemampuan mengembalikan investasi di bawah tingkat suku bunga aktual dan masa pengembaliannya melebihi jangka waktu kredit yang telah ditentukan, serta rasio tambahan benefit yang diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan tambahan biaya yang dikeluarkan. Dengan demikian menuntut perusahaan untuk melakukan efisiensi sumberdaya yang digunakan agar indutri tetap menguntungkan atau layak dikembangkan. 72

5.1.2.5 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Arang Tempurung

A. Asumsi dan Parameter Perhitungan Analisis Finansial Usaha Pengolahan

Arang Tempurung Untuk mengevaluasi profitabilitas rencana investasi usaha pengolahan arang tempurung dibutuhkan asumsi dan parameter perhitungan kelayakan finansial usaha tersebut. Asumsi yang digunakan didasarkan pada hasil penelitian pada usaha pengolahan arang tempurung di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan berbagai hasil penelitian sebelumnya sebagaimana diuraikan pada tabel berikut ini: Tabel 36 Dasar Perhitungan Kelayakan Usaha Pengolahan Arang Tempurung. No Asumsi Satuan Jumlah Nilai 1 Periode Proyek tahun 8 2 Luas Tanah + bangunan m2 200 a. Pembuatan Tanur pengarangan d= 3,5 m x 1,7 m m2 100 b. Gudang m2 100 3 Jam Kerja per Hari Jam 24 4 Hari Produksi per Bulan hari 25 5 Bulan Produksi per Tahun bulan 12 6 Hari Produksi per Tahun hari 300 7 Tenaga Kerja orang 10 8 Harga Tempurung Rpkg 500 9 Harga Jual Arang Tempurung Rpkg 2.800 10 Kapasitas Input Per Produksi kghari 3.000 11 Rendemen Ouput Per hari 40 1.200 12 Lama Tahun ke 0 bulan 6 13 Discount Rate 14,65 14 Rata-rata pertumbuhan harga inflasitahun 5,89 Sumber: Data Primer Diolah Dari tabel di atas, periode proyek diasumsikan selama 8 tahun sebagaimana umur ekonomis mesinperalatan yang digunakan. Pada akhir proyek, nilai mesin yang telah terdepresiasi setiap tahunnya dihitung sebagai pendapatan nilai sisa. Kapasitas input per produksi sebanyak 3 ton tempurung dengan rendemen output sebesar 40 persen. Harga bahan baku dan harga produk didasarkan pada harga yang berlaku di pasar dimana daerah penelitian yang dipilih. Harga tempurung di pasar produsen sebesar Rp 300-Rp 500kg. Penjualan arang tempurung dilakukan ke Malaysia dan Singapura sehingga harganya didasarkan pada harga FOB yang berlaku, yaitu sebesar Rp 2.800kg APCC 2010.