Asumsi dan Parameter Perhitungan Analisis Finansial Usaha Pengolahan
84 Pembiayaan modal usaha berdasarkan sistem koperasi dilakukan melalui
simpanan anggota yang terdiri dari simpanan pokok yang dibayar pada saat menjadi anggota koperasi dan simpanan wajib yang dibayar setiap bulan
berdasarkan kesepakan anggota yang tertuang dalam ADART koperasi. Adapun modal usaha yang akan dibiayai oleh koperasi sebesar Rp 371.917.875 atau 35
persen dari modal usaha yang dibutuhkan. Untuk membiayai modal tersebut, sekurangnya ada 331 petani yang menjadi anggota koperasi disetiap daerah sentra
perkebunan kelapa. Dengan demikian besarnya simpanan pokok yang harus dibayar oleh anggota adalah sebesar Rp 731.183 dan simpanan wajib sebesar Rp
31.809. 5.2.2
Ketersediaan Bahan Baku Pengolahan Minyak Goreng, Sabut dan Arang Tempurung melalui Dadan Usaha Koperasi di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat Pengembangan usahatani melalui badan usaha koperasi dipandang sangat
efektif dalam mengelolah sumberdaya yang ada, terutama dalam penggunaan bahan baku, penggunaan modal dan tenaga kerja sehingga eksistensi usaha
tersebut akan senantiasa terjaga. Ketersediaan bahan baku merupakan faktor terpenting beroperasinya suatu industri. Untuk mengembangkan industri minyak
goreng, sabut kelapa dan arang tempurung, pada dasarnya bahan baku utama yang digunakan oleh industri tersebut adalah buah kelapa. Menurut Mahmud Ferry
2005, proporsi buah kelapa kering terdiri dari 30 persen kopra daging buah, 42 persen sabut dan 28 persen tempurung. Dengan demikian untuk mendapatkan
kopra sebanyak 600.000 kg, dibutuhkan buah kelapa sebanyak 2.000.000 butir. Tabel 49 Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Produk Turunan Kelapa
No Bahan Baku
Sumber Bahan Baku kg Rende-
men Kelapa
butir Anggota
Non Anggota 1
Kopra 600.000
30 2.000.000
2 Sabut Kelapa
840.000 960.000
42 2.285.714
3 Tempurung
560.000 340.000
28 1.214.286
Jumlah 5.500.000
Dari tabel di atas, bahan baku yang dihasilkan dari buah kelapa selain berupa daging buah kopra, juga dihasilkan sabut kelapa sebanyak 840.000 kg,
dan tempurung kelapa sebanyak 560.000 kg. Untuk memperoleh buah kelapa
85 2.000.000 butir sebagai bahan baku industri tersebut, dibutuhkan pemasok
sebanyak 331 petani dengan tingkat produktivitas kebun kelapa sebanyak 6.049 butir per tahun sebagaimana dijelaskan pada usahatani kelapa di sentra
perkebunan kelapa Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Namun untuk memenuhi ketersediaan bahan baku pengolahan sabut kelapa
masih membutuhkan tambahan sabut sebanyak 960.000 kg atau buah kelapa sebanyak 2.285.714 butir dan untuk memenuhi ketersediaan bahan baku
pengolahan arang tempurung masih membutuhkan tambahan tempurung sebanyak 340.000 atau buah kelapa sebanyak 1.214.286 butir. Sehingga posisi aman
ketersediaan bahan baku untuk menjalankan ketiga industri tersebut apabila disuatu daerah terdapat produksi kelapa sebanyak 5.500.000 butir pertahun.
Berdasarkan produktivitas kelapa di tiap daerah sentra penghasil kelapa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagaimana terlihat pada tabel 44, ketersediaan
bahan baku tersebut memungkinkan untuk pengembangan usaha pengolahan produk turunan kelapa, seperti minyak goreng, sabut kelapa dan arang tempurung,
dimana rata-rata produksi kelapa di daerah tersebut sebanyak 18.314.000 butir per tahun.
Tabel 50 Produksi Kelapa dan Proporsi Komponen Buah Kelapa pada Tiap Daerah Penghasil Kelapa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
No Kecamatan
Produksi Butir Daging 30
Ton Sabut 42
Ton Tempurung 28
Ton 1
Tungkal Ilir 17.933.333
5.380 7.532,0
5.021,3 2
Seberang kota 6.043.333
1.813 2.538,2
1.692,1 3
Bram Itam 17.353.333
5.206 7.288,4
4.858,9 4
Tungkal Ulu 16.667
5 7,0
4,7 5
Tebing Tinggi 320.000
96 134,4
89,6 6
Batang asam 20.000
6 8,4
5,6 7
Merlung 8
Renah mendaluh 9
Muara Papalik 10 Betara
12.980.000 3.894
5.451,6 3.634,4
11 Kuala Betara 35.083.333
10.525 14.735,0
9.823,3 12 Pengabuan
49.070.000 14.721
20.609,4 13.739,6
13 Senyerang 44.320.000
13.296 18.614,4
12.409,6
Jumlah
183.140.000 54.942
76.918,8 51.279,2
Rata-rata 18.314.000
5.494 7.691,9
5.127,9
Sumber: BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2010 diolah.