59 dijalankan. Dengan kapasitas input perproduksi 6 ton sabuthari, dibutuhkan
modal usaha sebesar Rp 452.242.500 yang dipergunakan untuk pembiayaan investasi dan modal kerja selama satu periode produksi 1 bulan.
1. Modal Investasi Usaha Pengolahan Sabut Kelapa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, untuk menjalankan usaha pengolahan sabut kelapa dengan kapasitas 6 tonhari dibutuhkan modal investasi
sebesar Rp 340.300.000 sebagaimana diuraikan pada tabel 21. Penggunaan modal
investasi dilakukan untuk persiapan usaha yang meliputi perizinan, melakukan studi kelayakan usaha dan sewa tanah selama 8 tahun. Pembiayaan lainnya
dilakukan untuk pembangunan gedung kantor dan gedung pabrik serta pembelian peralatan kantor sebagai penunjang operasional usaha. Pengolahan sabut kelapa
sebagian besar dilakukan dengan menggunakan mesin yang spesifik, dari mulai penggilingan, sortasi dan pengepresan sehingga dari modal investasi yang tersedia
sebagian besar dipergunakan untuk pembelian mesin dan peralatan produksi tersebut. Penggunaan modal investasi juga dilakukan untuk pembiayaan instalasi
pabrik dan pembelian kendaraan sebagai alat transportasi dalam pengadaan bahan baku maupun penjualan hasil produksi. Atas penggunaan modal investasi tersebut
diperhitungkan penyusutan manfaatkegunaannya sebagai biaya yang akan diinvestaikan kembali pada periode berikutnya dengan perkiraan nilai sisa pada
akhir proyek sebesar 40 persen. Tabel 21 Biaya Investasi Usaha Pengolahan Sabut Kelapa
No Jenis Biaya
Nilai Umur
Ekonomis Penyusutan
Rp Nilai Sisa
Setelah 8 Tahun
1 Persiapan 13.500.000
8 1.687.500
2 Investasi Kantor A. Bangunan
105.000.000 8
7.875.000 42.000.000
B. Peralatanperlengkapan Kantor 12.650.000
8 948.750
5.060.000 Biaya investasi kantor
117.650.000 8.823.750
47.060.000 3 Mesin dan Peralatan Produksi
A. Mesin 175.000.000
8 17.500.000
35.000.000 B. Peralatan pendukung
4.150.000 8
590.000 830.000
Biaya mesin peralatan produksi 179.150.000
18.090.000 35.830.000
4 Instalasi pabrik 5.000.000
8 500.000
1.000.000 5 Kendaraan
25.000.000 8
2.500.000 5.000.000
Total Biaya Investasi 340.300.000
31.601.250 88.890.000
Sumber: Lampiran 22
60
2. Biaya Modal Kerja Usaha Pengolahan Sabut Kelapa
Modal kerja dipergunakan untuk pembiayaan operasional usaha pada bulan pertama produksi dijalankan. Untuk menjalankan usaha pengolahan sabut dengan
kapasitas input perproduksi sebesar 6 tonhari dibutuhkan modal kerja sebesar Rp 111.942.500. Pembiayaan operasional usaha pengolahan sabut kelapa sebagian
besar dilakukan untuk pembelian bahan baku 40,20. Penjualan hasil olahan sabut kelapa sebagian besar dilakukan keluar negeri sehingga membutuhkan biaya
transportasi yang cukup besar 32,57. Untuk mengoperasikan usaha tersebut dibutuhkan tenaga kerja baik yang berhubungan secara langsung dengan produksi
maupun tenaga administrasi dan manajer sebanyak 22 orang. Upahgaji untuk tenaga kerja langsung sebesar Rp 30.000perhari, operator sebesar Rp 75.000hari,
administrasi sebesar Rp 50.000hari dan manajer sebesar Rp 85.000hari. Pembiayaan bahan bakar dipergunakan untuk mengoperasikan mesin penggerak
peralatan pengolah sabut kelapa yang besarnya mencapai 8,36 persen dari modal kerja. Penggunaan modal kerja juga dilakukan untuk pembiayaan administrasi
kantor sebagai penunjang operasional usaha. Disamping itu, pemeliharaan mesin dilakukan agar penggunaannya tetap maksimal dalam pengolahan sabut kelapa.
Tabel 22 Biaya Modal Kerja Usaha Pengolahan Sabut Kelapa No
Uraian NilaiBulan
Rp NilaiTahun
Rp 1.
Biaya Langsung per tahun a. Bahan Baku Sabut Kelapa
45.000.000 540.000.000
b. Bahan Baku Pendukung 675.000
8.100.000 c. Bahan Bakar Minyak
9.360.000 112.320.000
d. Tenaga Kerja Langsung 16.125.000
193.500.000 e. Transportasi
36.457.500 437.490.000
Total Biaya Variabel 107.617.500
1.291.410.000 2.
Biaya Tetap per tahun a. Tenaga kerja tetap
3.375.000 40.500.000
b. Biaya Kantor 750.000
9.000.000 c. Pemeliharaan Mesin
200.000 2.400.000
Total biaya tetap 4.325.000
51.900.000 Total Operasional
111.942.500 1.343.310.000
Sumber: Data Primer Diolah Untuk memenuhi kebutuhan modal usaha tersebut, baik modal investasi
maupun modal kerja dibutuhkan pembiayan yang efektif agar ketersediaannya dapat terpenuhi dengan baik. Menurut pola pembiayaan usaha kecil dan menengah