SHU dari transaksi. Analisis peningkatan pendapatan petani

44 Halaman ini sengaja dikosongkan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengembangan Usaha Pengolahan Produk Turunan Kelapa di Sentra

Perkebunan Kelapa Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rendahnya nilai komoditi kelapa di sentra perkebunan kelapa Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama ini disebabkan karena pengolahan komoditi tersebut, baik yang dilakukan oleh petani maupun indutri belum maksimal. Meskipun di tingkat industri telah dilakukan pengolahan, namun jumlah dan kapasitasnya masih terbatas. Beberapa produk olahan kelapa yang telah dikembangkan diantaranya adalah minyak kelapa mentah Crude Coconut Oil, sabut kelapa Coco Fiber, arang tempurung dan tepung tempurung yang sebagian besar pengolahannya dilakukan oleh perusahaan bersakala menengah dan hanya pengolahan arang tempurung yang pada umumnya dikembangkan oleh petani. Disisi lain, minyak kelapa sebagai produk utama yang dihasilkan dari buah kelapa, dewasa ini dihadapkan dengan persaingan minyak kelapa sawit yang pertumbuhannya sangat pesat. Hal ini tidak hanya berdampak pada penggunaan minyak kelapa dalam negeri, namun juga pada permintaan ekspor yang jumlahnya terus mengalami penurunan sebagaimana yang terjadi pada tahun 2008, ekspor minyak kelapa Jambi turun hingga 7,32 persen dari tahun sebelumnya Disperindag Jambi 2009. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab betapa sulitnya industri kelapa untuk berkembang, kalau hanya mengandalkan kopra dan minyak kelapa saja. Dengan demikian, secara tidak langsung kondisi ini akan menurunkan nilai kelapa sebagai bahan baku utamanya. Berbeda dengan perkelapaan di negara Philippina, Srilanka, dan India, dimana pengolahan komoditi kelapa lebih dikembangkan pada produk hilirnya, baik produk utamanya kopra, minyak kelapa, dan kelapa parut kering maupun hasil samping sabut tempurung dan air, sehingga menjadikan agribisnis kelapa di negara tersebut tumbuh dengan pesat. Rendahnya nilai kelapa tersebut mengakibatkan pendapatan petani sebagai pemasok bahan baku industri menjadi rendah, terlebih lagi penjualan kelapa yang dilakukan dalam bentuk butiran. Disamping itu, adanya praktek monopsoni yang dilakukan oleh pengusaha kopra menyulitkan petani untuk memperoleh harga kelapa yang tinggi. Pengolahan kelapa menjadi produk turunannya, disamping