Asumsi dan Parameter Perhitungan Kelayakan Finansial Usaha

77 pada tahun-tahun berikutnya seiring dengan peningkatan laba, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 42 Arus Kas Usaha Pengolahan Arang Tempurung Tahun In flow Out flow Laba Set Pajak Rp Penyusutan Rp Cash flow Rp Laba Rp Investasi Rp Pajak Rp 0 123.290.000 0 -123.290.000 1 273.418.950 41.012.843 232.406.108 9.661.050 242.067.158 2 290.092.362 43.513.854 246.578.508 9.661.050 256.239.558 3 307.747.838 46.162.176 261.585.662 9.661.050 271.246.712 4 326.443.221 48.966.483 277.476.738 9.661.050 287.137.788 5 346.239.763 51.935.964 294.303.799 9.661.050 303.964.849 6 367.202.321 55.080.348 312.121.973 9.661.050 321.783.023 7 389.399.573 58.409.936 330.989.637 9.661.050 340.650.687 8 433.870.244 65.080.537 368.789.708 9.661.050 378.450.758 Total 2.734.414.273 0 410.162.141 2.324.252.132 77.288.400 2.401.540.532 Rata2 341.801.784 123.290.000 51.270.268 290.531.517 9.661.050 300.192.567 Dari aliran kas tersebut, perhitungan kelayakan finansial usaha pengolahan arang tempurung pada discount factor sebesar 14,65 persen menghasilkan nilai Net Present Value NPV sebesar Rp 946.209.403. Dengan demikian secara finansial usaha tersebut layak untuk dikembangkan. Hal ini didukung dengan kemampuan usaha mengembalikan investasinya Internal Rate Ratio pada tingkat suku bunga yang sangat tinggi di atas suku bunga aktual, yaitu sebesar 195,24 persen dan mampu dikembalikan dalam waktu yang relatif singkat Pay back Period , yaitu selama 6 bulan. Disamping itu rasio tambahan Benefit yang dihasilkan lebih besar dari pada tambahan Cost yang dikeluarkan Net Benefit Cost Ratio , yaitu sebesar 8,67, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 43 Hasil Analisis Kelayakan Finansial dan Sensitivitas Perubahan Harga Penjualan dan Bahan Baku Usaha Pengolahan Arang Tempurung No Uraian Perubahan Harga NPV Rp Net BC IRR PBP Thn, bln Nilai Rp 14.46 1 Harga Dasar Arang 2.800 946.209.403 8,67 195,24 0,6 2 Harga Arang - 25,50 2.086 8.145.550 1,07 16,41 4,9 3 Harga Arang - 25,70 2.080 -1.058.653 0,99 14,42 5,3 Harga Dasar Tempurung 500 4 Harga Tempurung + 35,90 780 10.156.057 1,07 16,53 4,80 5 Harga Tempurung + 36,10 783 -303.991 0,991 14,59 5,2 78 Berdasarkan hasil analisis sensitivitas perubahan harga sebagaimana diuraikan pada tabel 43, usaha pengolahan arang tempurung layak dikembangkan hingga penurunan harga sebesar Rp 2.086 atau turun 25,5 persen dan peningkatan harga bahan baku hingga Rp 780 atau meningkat 35,90 persen dengan asumsi variabel yang lain tetap. Apabila harga penjualan turun hingga 25,70 persen dan harga bahan baku meningkat hingga 35,10 persen, nilai uang sekarang yang dihasilkan lebih kecil dari modal yang diinvestasikan sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dikembnagkan lagi. Begitu juga dengan kemampuan usaha dalam mengembalian investasinya berada pada tingkat suku bunga yang lebih kecil dari pada suku bungan aktual dan masa pengembaliannya melebihi jangka waktu angsuran kredit yang telah ditentukan. Disamping itu, rasio tambahan benefit yang dihasilkan lebih kecil dari pada tambahan cost yang dikeluarkan.

5.1.2.6 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Minyak Goreng,

Sabut Kelapa dan Arang Tempurung melalui Badan Usaha Koperasi Kelapa merupakan komoditi perkebunan yang memiliki multi komponen yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan manusia, mulai dari daging buah, tempurung, sabut dan air kelapa. Namun, sebagian besar penjualan hasil usahatani kelapa terbatas pada kelapa butir, sehingga petani tidak memperoleh nilai tambah dari bagian kelapa lainnya. Disamping membutuhkan waktu, pengolahan produk turunan kelapa juga membutuhkan peralatan yang harganya cukup mahal. Pengembangan usaha pengolahan produk turunan kelapa melalui badan usaha koperasi dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh petani, baik modal, tenaga kerja maupun bahan baku. Dimana, pengolahan usaha berdasarkan koperasi didasarkan pada pada prinsip kerja sama anggota, baik dalam bentuk pembiayaan modal usaha, penyediaan bahan baku dan pemasaran hasil produksi. Untuk meningkatkan nilai tambah kelapa, sekurangnya koperasi mengembangkan usaha pengolahan minyak goreng, sabut dan arang tempurung. Sebagai dasar pengembangnya dibutuhkan informasi tentang kelayakan finansial usaha pengolahan ketiga komoditi tersebut yang dijalankan secara terintegrasi dalam satu badan usaha koperasi. Sebagaimana analisis finansial usaha pengolahan minyak goreng, sabut kelapa dan arang tempurung sebelumnya yang dilakukan secara terpisah,