19
Partisipasi anggota merupakan kunci keberhasilan koperasi, karena kedudukan anggota dalam koperasi bukan saja sebagai pemilik modal namun juga
berfungsi sebagai pengguna atau pelanggan dari pelayanan yang diberikan oleh koprasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Limbong 2010, bahwa bentuk-bentuk
partisipasi anggota tersebut adalah sebagai berikut: 1 Sebagai pemilik, anggota memiliki kewajiban untuk turut aktif dalam
pengambilan keputusan, evaluasi dan pengendalian. 2 Sebagai pemilik, anggota koperasi berkewajiban menyetor simpanan untuk
modal usaha koperasi. 3 Sebagai pelanggan atau pengguna, anggota berhak dan sekaligus
berkewajiban memanfaatkan pelayanan barangjasa dari koperasi. Partisipasi anggota akan efektif jika terjadi kesesuaian antara kebutuhan dan
keinginan dengan output insentif yang diterima anggota, yaitu berupa: 1 Pelayanan barangjasa oleh perusahaan koperasi yang efisien.
2 Adanya pengurangan biaya danatau diperolehnya harga yang menguntungkan.
3 Penerimaan bagian dari keuntungan SHU, baik secara tunai maupun dalam bentuk barang.
Untuk memenuhi tuntutan dan harapan anggota terhadap usaha yang dijalankan oleh koperasi, maka koperasi harus mampu menjalankan tugas dan
kewajibannya dalam hal: 1. Melayani penyediaan input pertanian benih, pupuk, dan lain-lain
2. Mengumpulkan hasil dari petani sebagai anggota untuk dipasarkan dan stok lumbung desa atau mengolahnya menjadi suatu produk yang bernilai
tinggi melalui industrialisasi. 3. Melakukan akumulasi modal, dari:
a. Keuntungan usaha, b. Bantuan pemerintah melalui program pengembangan pertanian, dan
c. Modal anggota dari iuran dan simpanan-simpanan. 4. Melayani petani untuk pengolahan lahan, seperti penyediaan traktor.
5. Mengendalikan jual-beli lahan atau asset pertanian lainnya dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat.
20
2.7 Hambatan Pengembangan Komoditi Kelapa
Kelapa merupakan salah satu komoditas yang memiliki peranan strategis dalam perekonomian Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan bagi
masyarakat, kelapa juga merupakan sumber minyak utama dalam negeri, sumber devisa, sumber bahan baku bagi industri pangan, bangunan, farmasi, oleokimia,
dan sebagai penyedia lapangan kerja. Namun apabila dilihat dari segi pendapatan petani, potensi ekonomi kelapa yang sangat besar itu belum dimanfaatkan secara
optimal karena adanya berbagai masalah internal baik dalam proses produksi, pengolahan, pemasaran maupun kelembagaan Mahmud 2008.
Di bidang produksi, produktivitas kelapa masih sangat rendah, yaitu 1,1 ton setara koprahatahun. Tingkat produktivitas ini tidak mengalami banyak
perubahan selama 30 tahun terakhir, tahun 1967-1997. Hal ini terjadi karena belum diterapkannya teknologi anjuran seperti penggunaan benih unggul,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, kesesuaian iklim dan lahan, serta peremajaan. Di sisi lain, usaha tani monokultur yang dilakukan pada sebagian
besar pertanaman kelapa saat ini dan usaha tani polikultur yang masih subsisten, membatasi peluang petani untuk memperoleh pendapatan yang lebih layak.
Di bidang pengolahan, beberapa masalah yang dihadapi adalah: 1 struktur industri pengolahan kelapa didominasi oleh industri pengolahan minyak; 2
industri pengolahan berbagai produk berskala kecil, bersifat parsial, belum dalam bentuk suatu unit terpadu; dan 3 sebagian industri pengolahan tidak berada di
sumber bahan baku. Di bidang pemasaran, permintaan terhadap produk-produk tradisional
terutama minyak kelapa di dalam negeri maupun internasional telah mengalami kejenuhan. Bahkan mulai menurun dengan adanya produk substitusi yang lebih
murah, seperti minyak kelapa sawit. Di bidang kelembagaan, lembaga-lembaga produksi, pengolahan, dan
pemasaran belum terkait satu sama lain. Akibatnya terjadi inefisiensi usaha yang pada akhirnya menimbulkan biaya tinggi.
2.8 Tinjauan Empiris Pengembangan Produk Turunan Kelapa.
Penelitian mengenai pengembangan komoditi kelapa pada umumnya ditujukan pada upaya peningkatan pendapatan petani. Diantara penelitian yang
21
telah dilakukan adalah tentang Teknik optimalisasi pemanfaatan lahan di antara tanaman kelapa di daerah pasang surut di Jambi oleh Hadi 2009. Penelitian ini
menekankan adanya pemanfaatan lahan di antara tanaman kelapa dengan budidaya tanaman palawija berupa jangung sebagai upaya untuk meningkatkan
pendapatan petani. Hasil analisisnya menjelaskan bahwa dengan optimalisasi tersebut dapat memberikan tambahan penghasilan yang cukup besar,
dibandingkan dengan sekedar mengembangkan komoditi kelapa. Hal yang sama sebagaimana dilakukan oleh Supadi dan Nurmanaf. 2006
yang mengkaji tentang upaya peningkatan pendapatan petani kelapa. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dapat dilakukan dengan memberdayakan
petani melalui: l pembinaan dan pelatihan cara berproduksi yang efisien melalui
penerapan teknologi anjuran dan diversifikasi usaha tani dan produk, 2 bantuan modal kredit usaha, 3 pembangunan sarana dan prasarana untuk pengembangan
kegiatan sosial ekonomi dan untuk memperlancar penyediaan sarana produksi serta pemasaran hasil, barang dan jasa, serta 4 penguatan kelembagaan sosial
ekonomi petani baik lembaga ekonomi koperasi maupun nonekonomi asosiasi. Sementara itu Hutapea dan Tenda 2009, meneliti tentang dampak ekonomi
dan keberlanjutan penerapan pengelolaan kelapa terpadu di Kabupaten Minahasa Utara. Hasilnya menjelaskan bahwa respon petani terhadap teknologi pembibitan
kelapa dan tanaman sela jagung cukup baik, namun untuk kegiatan integrasi kelapa dengan ternak babi serta pengolahan VCO tidak terjadi proses difusi.
Dengan adanya penerapan teknologi anjuran tanaman sela dapat meningkatkan produktivitas kelapa. Dampak keberlanjutan organisasi kedua kelompok tani
berada pada kelompok berkembang. Penelitian yang lebih spesifik sebagaimana dilakukan oleh Damanik 2007
mengenai strategi pengembangan agribisnis kelapa untuk meningkatkan pendapatan petani di kabupaten Indragiri Hilir Riau. Hasil temuannya
menjelaskan bahwa terjadinya ketidak berhasilan agribisnis kelapa dalam mendistribusikan nilai tambah mengakibatkan pendapatan petani tidak mengalami
peningkatan. Adapun strategi yang disarankan dalam pengembangan agribisnis kelapa adalah 1 dengan mendiversifikasikan produk kelapa yang berasal dari
tempurung, sabut, lidi dan VCO, 2 program promosi pasar di tingkat dunia, dan