Potensi Pengembangan Komoditi Kelapa

28 4. Studi pustaka yaitu mencari referensi dan literatur untuk memperoleh data sekunder mengenai analisis kelayakan usahatani dan industri pengolahan komoditi kelapa. Studi pustaka juga dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang luas perkebunan kelapa, jumlah produksi, jumlah petani kelapa, dan industri pengolahan kelapa.

3.2 Pemilihan Sampel dan Lokasi Penelitian

Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan data sebelumnya yang tersedia pada catatan Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2010, yaitu sebagai berikut: Tabel 5 Industri Pengolahan Produk Kelapa Kabupaten Tanjung Jabung Barat. No Jenis Industri Jumlah Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja 1 Tepung Tempurung 1 6 2 Minyak Kelapa Skala Menengah 3 91 3 Pengolahan Sabut 1 10 4 Nata Decoco 1 3 5 Pengeringan Kopra 155 333 6 Arang Tempurung Skala Kecil 27 58 7 Gula Kelapa 50 100 Jumlah 238 601 Sumber: BPS Tanjung Jabung Barat 2010 Dalam penelitian ini industri yang akan diteliti untuk dijadikan sampel adalah industri Tepung TempurungArang Tempurung, Minyak Kelapa, dan Pengolahan Sabut. Sementara untuk mengetahui kondisi awal pendapatan petani kelapa, dipilih secara acak random sampling 60 petani di tiga Kecamatan, yaitu Kecamatan Betara, Kecamatan Kuala Betara dan Kecamatan Pengabuan.

3.3 Metode Analisis

Dalam menganalisis kelayakan usaha dan dampak pengembangannya terhadap perekonomian petani serta hambatan yang dihadapi dalam pengembangan usaha tersebut digunakan beberapa pendekatan, yaitu:

3.3.1 Analisis Deskripsi

Analisis deskripsi dilakukan untuk mendeskripsikan hambatan yang dihadapi dalam pengembangan industri pengolahan produk turunan kelapa dari data-data yang telah dikumpulkan dan data sekunder yang ada. 29

3.3.2 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Produk Turunan

Kelapa Untuk mengetahui kondisi awal pendapatan petani digunakan pendekatan analisis kelayakan usahatani berdasarkan kriteria Benefit Cos Ratio BCR, Return of Invesment ROI dan Break Even Point BEP Sukamto 2005. Dalam menentukan kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa dilakukan analisis kelayakan finansial terhadap usaha tersebut berdasarkan kriteria Pay Back Period PBP, Net Presen Value NPV, Internal Rate Of Return IRR, Net Benefit Cost Ratio BCR, Rustiadi at.al 2009; Sulianto 2010. Penggunaan kriteria tersebut dalam menentukan tingkat kelayakan usaha pengolahan produk turunan kelapa sebagai upaya untuk melihat ketahanan usaha dan tingkat kemampuannya pada kondisi yang dinamis atas nilai investasi yang ditanamkannya dalam menghasilkan keuntungan usaha sehingga layaktidak untuk dikembangkan.

3.3.2.1 Break Even Point BEP

Break Even Point BEP merupakan suatu keadaan dimana hasil usaha yang diperolah sama dengan modal yang dikeluarkan sehingga usaha tersebut tidak rugi dan tidak untung sebagaimana dirumuskan sebagai berikut: ....................................................................................... 1 dimana: BEP = keadaan usaha tidak untuk dan tidak rugi FC = biaya tetap VC = biaya tidak tetap R = penjualan penerimaan

3.3.2.2 Return of Invesment ROI

Return of Invesment ROI merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal dalam kaitannya dengan investasi yang digunakan. Jika rasio ROInya rendah rendah, maka usaha yang dijalankan tidak efisien. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh tingkat perputaran modal yang digunakan dalam berproduksi dan keuntungan bersih yang dicapai. Nilai ROI dihitung dengan rumus sebagai berikut: .......................................................................................... 2