Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Tujuan Pembelajaran : Materi Ajar

162 Lampiran 8 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP Nama Satuan Pendidikan : SMK Sanjaya Pakem Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan AspekMateri Pokok : Surat Pemberitahuan Pajak PPh Topik : Tata cara perhitungan PPh 21 yang terutang Pegawai Tetap, Pengertian Pegawai Tetap, Ketentuan Perhitungan PPh 21 terutang untuk Pegawai Tetap, dan Mengisi Tahunan PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tetap KelasSemesterTahun : XI32016 Alokasi Waktu : 3 x 45 Menit

A. Standar Kompetensi

: Menyiapkan Surat pemberitahuan Pajak

B. Kompetensi Dasar

: Menghitung Pajak Penghasilan PPH Pasal 21 Pribadi dan Badan

C. Indikator

: - Perhitungan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 Pribadi tersajikan

D. Tujuan Pembelajaran :

Setelah melakukan pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat : Pertemuan I :  Peserta didik dapat menjelaskan pengertian pegawai tetap  Peserta didik dapat menentukan perhitungan PPh Pasal 21 yang terhutang pegawai tetap  Peserta didik dapat menyelesaikan perhitungan PPh Pasal 21 yang terhutang pegawai tetap  Peserta didik dapat mengisi formulir SPT PPh Pasal 21 yang terhutang pegawai tetap Pertemuan II :  Peserta didik dapat menyiapkan diri dalam kelompok untuk melakukan tugas terstruktur yang akan diberikan pada waktu pembelajaran Pertemuan III :  Melakukan evaluasi belajar dengan memberikan soal essay test kepada peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik pada siklus II terhadap materi yang akan diberikan yaitu SPT PPh Pasal 21 yang terhutang pegawai tetap. 163

E. Materi Ajar

SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK  Pengertian Pegawai Tetap Pegawai Tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus-menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.  Ketentuan perhitungan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 Perhitungan PPh Pasal 21 dilakukan dengan mengalikan penghasilan kena pajak dengan tariff pajak. Penghasilan kena pajak adalah penghasilan neto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP. Penghasilan neto dihitung dengan dua cara yaitu: 1. Penghasilan bruto dikurangi dengan biaya – biaya yang diperolehkan. 2. Penghasilan bruto dikalikan dengan presentase norma penghitungan penghasilan neto. Besarnya Penghasilan Kena Pajak dari seorang pegawai dihitung berdasar penghasilan netonya ikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP yang jumlahnya adalah sebagai berikut : Setahun Sebulan a. Untuk diri pegawai Rp 54.000.000 Rp 4.500.000 b. Tambahan untuk pegawai yang kawin Rp 4.500.000 Rp 375.000 c. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggngan sepenuhnya, paling banyak 3 orang Rp 4.500.000 Rp 375.000 3. Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun takwin. Adapun bagi pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun takwin, besarnya PTKP tersebut dihitung berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun takwin yang bersangkutan.  Cara Menghitung PPh Pasal 21 yang terutang Pegawai Tetap Perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dan penerima berkala dibedakan menjadi 2 dua, yaitu : 1. Perhitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan PPH Pasal 21 yang terutang untuk setiap masa pajak, yang dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21, selain masa pajak Desember atau masa pajak di mana pegawai tetap berhenti bekerja; 2. Penghitungan kembali sebagai dasar pengisian Form 1721 A1 atau 1721 A2 dan pemotongan PPh Pasal 21 dan pemotongan PPh Pasal 21 yang terhutang untuk masa pajak Desember atau masa pajak di mana pegawai tetap berhenti bekerja. 164 Perhitungan kembali ini dilakukan pada : a. Bulan dimana pegawai tetap berhenti bekerja atau pension; b. Bulan Desember bagi pegawai tetap yang bekerja sampai akhir tahun kalender dan bagi penerima pension yang menerima uang pension sampai akhir tahun kalender. Perhitungan PPh Pasal 21 yang terhutang pada pegawai tetap : CONTOH KASUS Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp6.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing Rp 30.000 dan Rp 18.000. PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar Rp 222.000 sedangkan Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar Rp 120.000 setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar Rp100.000,00. Pada bulan Juli 2013 Budi Karyanto hanya menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2013 adalah sebagai berikut: Gaji 6.000.000,00 Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 30.000,00 Premi Jaminan Kematian 18.000,00 Penghasilan bruto 6.048.000,00 Pengurangan 1. Biaya jabatan 5x6.048.000,00 302.400,00 2. Iuran Pensiun 100.000,00 3. Iuran Jaminan Hari Tua 120.000,00 522.400,00 Penghasilan neto sebulan 5.525.600,00 Penghasilan neto setahun 12x5.525.600,00 66.307.200,00 PTKP - untuk WP sendiri 54.000.000,00 - tambahan WP kawin 4.500.000,00 58.500.000,00 Penghasilan Kena Pajak setahun 7.807.200,00 Pembulatan 7.807.000,00 PPh terutang 5x7.807.000,00 390.350,00 PPh Pasal 21 bulan Juli 390.350 : 12 32.529,00 165 Catatan:  Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.  Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP. Dalam hal pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Juli adalah sebesar: 120 x Rp32.529,00 = Rp 39.034,00

F. Metode Pendekatan