bertindak dengan jalan menjual jagung dan membeli padi, atau tetap membenarkan pembelian jagung tersebut dan mempertanggungjawabkannya dalam Rapat Anggota.
2. Alat-alat perlengkapan organisasi.
Pada Koperasi dikenal adanya alat-alat perlengkapan organisasi, yang terdiri dari Rapat Anggota, Pengurus dan Badan Pemeriksa. Dalam proses manajemen ini, Rapat Anggota
melaksanakan fungsi perencanaan dengan membuat Rencana Kerja yang disiapkan oleh Pengurus, Pengurus mengerjakan apa yang telah diputuskan oleh Rapat Anggota dengan
melaksanakan fungsi pengorganisasian dan pengarahan atau menggerakkan pelaksanaan, dan Badan Pemeriksa melakukan fungsi pengawasan atas pelaksanaan Rencana untuk dan atas
nama para anggota. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pengurus mengangkat seorang Manajer yang menerima pengarahan dari pengurus. Dalam hal ini maka Pengurus berfungsi
sebagai pengarah dan penggerak pelaksanaan rencana. Pada Koperasi Manajer sebagai pelaksana bertanggung jawab kepada Pengurus. Untuk pelaksanaan tugas tersebut, Manajer
dibantu oleh Karyawan-karyawan. Makin besar usaha Koperasi yang bersangkutan, makin banyak karyawan yang dibutuhkan. Jumlah karyawan tergantung pada kebutuhan dan
kemampuan dari Koperasi yang bersangkutan untuk membayarnya, disamping besar kecilnya perputaran usahanya. Keadaan Koperasi di Indonesia, ada yang kecil, ada yang sedang dan ada
pula yang besar kegiatan usahanya, bila ditinjau dari jumlah barang dan uang yang dikelolanya. Koperasi yang masih kecil banyak yang tidak menggunakan Manajer, tetapi Koperasi yang
usahanya sedang dan besar dilihat dari perputarannya banyak yang menggunakan Manajer sebagai pelaksana kegiatan usaha Koperasi yang bersangkutan.
3. Keputusan untuk mengerjakan sesuatu.
Di dalam Koperasi yang mempunyai wewenang untuk memutuskan suatu kebijaksanaan ada pada Rapat Anggota. Apa yang telah diputuskan oleh Rapat Anggota, harus dijalankan oleh
Koperasi yang bersangkutan yang dilaksanakan oleh Pengurus. Oleh sebab itu, keputusan yang diambil oleh Pengurus tidak boleh bertentangan dengan keputusan Rapat Anggota. Sejalan
denganitu, yang diputuskan oleh Manajer, tidak boleh bertentangan dengan keputusan Rapat Anggota. Hal ini berarti apa yang diputuskan oleh Manajer, tidak boleh bertentangan dengan
apa yang telah diputuskan oleh pengurus. Untuk itu, dapat dikemukakan contoh sebagai berikut:
Dalam Rapat Anggota Koperasi diputuskan bahwa Koperasi yang bersangkutan membeli sarung untuk kepentingan para anggotanya. Sebab menjelang lebaran, banyak anggota yang
sangat membutuhkan sarung. Tetapi Pengurus sebenarnya tidak setuju dengan keputusan tersebut sebab sebagian besar telah memiliki sarung. Di dalam Rapat Pengurus diputuskan
bahwa anggaran untuk membeli sarung yang disediakan sebagian dibelikan sarung dan sebagian untuk membeli baju. Contoh tersebut, dilihat dari manajemen Koperasi tidak benar,
disebabkan oleh tidak dilaksanakannya keputusan Rapat Anggota secara baik oleh Pengurs. Pada contoh diatas, Pengurus seharusnya bukan membeli sebagian sarung, sebagian baju,
melainkan semuanya sarung. Utuk itu sarung merk atau jenis apa yang harus dibeli, dengan harga berapa harus diputuskan dalam Rapat Pengurus. Sebab merk, jenis dan harga tersebut
yang akan menentukan laku atau tidaknya sarung tersebut. Setelah itu diputuskan oleh Pengurus, Manajer memutuskan kapan dan dimana harus dibeli.
Pada Manajemen Koperasi, Rapat Anggota menentukan kebijaksanaan umum Koperasi. Pengurus melaksanakan kebijaksanaan umum yang telah digariskan itu dengan merinci lebih
mendetail, kemudian Manajer yang melaksanakan kebijaksanaan tersebut dengan pengawasan Badan Pemeriksa. Dengan ketentuan ini jelas, bahwa setiap orang di dalam alat-alat
perlengkapan organisasi ikut ambil bagian dalam manajemen Koperasi, dan terlibat dalam pengambilan kepputusan.
Ada 3 hal yang harus dipertimbangkan, sebelum seseorang mengambil keputusan. Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut :
Pertama :
Apakah sebenarnya persoalan yang dihadapi ?
Memahami persoalan yang dihadapi. Persoalan tersebut harus dilihat dari berbagai sudut, untuk dapat memahami benar-benar apa yang sebenarnya yang menjadi hakekat
persoalan itu. Setelah memahami benar-benar hakekatnya, baru dibuat berbagai kemungkinan untuk mengatasinya.
Kedua :
Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang dapat ditempuh.
Seperti yang dijelaskan diatas, satu persoalan dapat diatasi dengan berbagai alternative penyelesaiannya. Pilihan-pilihan tersebut didasarkan pada data yang ada dan pada kemampuan
koperasinya. Ketiga :
Memilih kemungkinan yang terbaik, diantara beberapa kemungkinan yang telah
ditetapkan. Apabila pilihan-pilihan telah ditetapkan, perlu dinilai dengan dasar : apabila kemungkinan tersebut dilaksanakan, hasilnya akan berupa apa. Atas dasar hasil penilaian
tersebut, di pilih yang paling menguntungkan dilihat dari maksimum hasilnya yang didasarkan pada tujuannya. Didalam manajemen Koperasi, keputusan yang telah diambil akan merupakan
landasan kerjanya. Apabila keputusan tersebut adalah keputusan kebujaksanaan maka yang melakukannya adalah Rapat Anggota Tahunan. Dan atas dasar keputusan kebijaksanaan
tersebut, dibuatkan rencana kerja dari Koperasi yang bersangkutan.
4. Manajemen dalam struktur intern organisasi Koperasi.