DEWAN KOPERASI INDONESIA DEKOPIN-1968 DEWAN KOPERASI INDONESIA DEKOPN-1978

Pimpinan : a. Pimpinan Organisasi berbentuk Dewan Pimpinan. b. Pimpinan tertinggi adalah PresidenPimpinan Besar Revolusi Indonesia. c. Karena jabatannya, Menteri yang diserahi tugas urusan Koperasi, menjadi Ketua Pimpinan Dewan Nasional KOKSI. Keanggotaan Dewan Pimpinan terdiri dari unsur-unsur : Pemerintah, Gerakan Koperasi, Tenaga-tenaga ahli dan Wakil-wakil Daerah tingkat I yang diangkat oleh Pemerintah.

4. GERAKAN KOPERASI INDONESIA GERKOPIN-1966.

Pemerintah ORDE BARU sejak permulaan tahun 1966 telah melakukan usaha-usaha untuk megadakan koreksi terhadap kebijaksanaan perkoperasian yang lalu dan mengembalikan Koperasi pada fungsi dan peranan yang sebenarnya. Musyawarah Gerakan Koperasi seluruh Indonesia pada pertengahan tahun 1966 antara lain mendesak Pemerintah untuk tidak mengakui lagi KOKSI sebagi kesatuan organisasi Koperasi. Menteri perdagangan dan Koperasi pada bulan Juli 1967 menyetujui pembentukan badan baru yang disebut : GERAKAN KOPERASI INDONESIA disingkat GERKOPIN yang pada dasarnya tidak menurut sertakan unsur-unsur Pemerintah dalam keanggotaan dan dalam Pimpinan Organisasinya. Selama berdirinya, GERKOPIN dapat berhasil turut mengambil bagian yang tidak kecil artinya dalam menyusun Undang-Undang tentang Pokok-pokok Perkoperasian U.U. No. 121967 yang sampai sekarang masih berlaku. Seterusnya hubungan dengan international Cooperative Alliance ICA serta Koperasi-Koperasi di luar negeri yang sejak tahun 1960 sampai 1966 terhenti hubungannya diperbaharui kembali. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Koperasi yang baru U.U. No. 12 tahun 1967, maka GERKOPIN mnyesuaikan diri dengan ketentuan Undang-Undang ini. Untuk keperluan ini diadakan Musyawarah Nasional ke II GERKOPIN yang berlangsung pada tanggal 11 sampai dengan 14 Nopember 1968.

5. DEWAN KOPERASI INDONESIA DEKOPIN-1968

Inilah bentuk kesatuan organisasi Koperasi yang ke-lima dalam sejarah Koperasi Indonesia hasil munas 1968 dan didaftarkan sebagai badan hukum tahun 1970. Namanya sama dengan yang didirikan oleh Kongres Koperasi di Bandung tahun 1953, tetapi tidak disingkat dengan D.K.I tetapi dengan DEKOPIN.

6. DEWAN KOPERASI INDONESIA DEKOPN-1978

Simposium Pembinaan Koperasi ke arah Pelaksanaan Pasal 33 UUD 1945 yang berlangsung di Jakarta bulan Juli 1977 merekomendasikan kepada gerakan Koperasi Indonesia untuk mengadakan perubahan struktur Dewan Koperasi Indonesia 1968 dan lebih memantapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, agar benar-benar dapat berfungsi dan berperan sesuai dengan kedudukannya seperti ditegaskan dan dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 1 bahwa : “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan” dan “bangun perusahan yang disusun dengan itu ialah Koperasi”. Musyawarah Nasional Koperasi ke X bulan Nopember 1977 dan Rapat Anggota DEKOPIN dalam bulan yang sama mennanggapi rekomendasi tersebut dengan mengadakan perubahan struktur organisasi DEKOPIN yang tercermin dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Yang disahkan denganpendaftaran tranggal 10 januari 1978 dan berlaku hingga sejarang ini. Adapun perubahan-perubahan yang prinsipil antara lain adalah sebagai berikut : Ke-1. Perubahan struktur organisasi DEKOPIN 1968 yang berbentuk federasi menjadi bentuk kesatuan organisasi dalam DEKOPIN 1978 sesuai dengan bunyi Undang-undang No. 12 tahun 1967. DEKOPIN Daerah Tingkat PropinsiDaerah Tingkat KabupatenKotamadya yng semula berkedudukan sebagai badan hukum yang otonom dibubarkan dan diubah menjadi perwakilan DEKOPIN. Dengan demikian maka DEKOPIN 1978 ini merupakan satu kesatuan dari pusat hingga daerah-daerah diseluruh Indonesia seperti pada DKI-1953, dengan DEKOPIN Pusat di tingkat Nasional dan perwakilan DEKOPIN Wilayah di tingkat PropinsiDaerah Istimewa dan perwakilan DEKOPIN Daerah ditingkat Kabupaten danKotamadya. Dengan bentuk organisasi kesatuan ini diharapkan akan adanya kesatuan sikap dan kesatuan tindak dari pusat hingga daerah. Ke-2. Perubahan manajemen DEKOPIN, yang semula Pengurus DEKOPIN adalah pembuat kebijaksanaan dan sekaligus juga pelaksanaannya, dalam DEKOPIN 1978 tugas kepengurusan sebagi pembuat kebijaksanaan dipisahkan dengan tugas pelaksana sehari-hari, yang ditingkat Pusat dipercayakan kepada seorang Sekretaris Jenderal dan ditingkat PropinsiDaerah Istimewa dan ditingkat KabupatenKotamadya dipertanggung jawabkan pada seorang SekretarisKepala kantor. Baik Sekretaris Jenderal maupun SekretarisKepala kantor tidak berkedudukan sebagai pengurus dan berfungsi semata- mata sebagi pelaksana yang bertanggung-jawab kepad pengurus. Dengan bentuk management seperti ini diharapkan agar kebijaksanaan dan program yang ditetapkan oleh pengurus akan lebih terjamin laksananya. Ke-3. Pengurus DEKOPIN baik tingkat pusat, Wilayah PropinsiDaerah Istimewa, maupun Daerah KabupatenKotamadya dilengkapi dengan unsur masyarakat sejumlah ⅓ nya. Unsur masyarakat ini, termasuk Pemerintah Daerah dan PerguruanTinggi diharapkan dapat memberikan input-input dari masyarakat untuk lebih memasyarakatkan DEKOPIN. Ke-4. Dalam penyempurnanaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dalam keseluruhannya, maka kedudukan, fungsi dan tugas kewajiban DEKOPIN lebih ditegaskan, sehingga diperoleh dasar yang lebih mantap bagi penyusunan rencana dan program. Kedudukan, fungsi dan tugas DEKOPIN menurut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga 1978 saduran adalah sebagai berikut : 1. DEKOPIN mempunyai kedudukan sebagai berikut : a. DEKOPIN adalah lembaga tertinggi yang mewakili Gerakan Koperasi Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri. b. DEKOPIN adalah lembaga yang bersifat idiil dan tidak merupakan perusahaan tidak melakukan kegiatan di dalam bidang ekonomi c. DEKOPIN adalah lembaga yang menampung dan mengolah segala aspirasi dan permasalahan dari Gerakan Koperasi Indonesia d. DEKOPIN menyediakan bantuan bagi Gerakan Koperasi Indonesia untuk kepentingan idiil organisasi, pendidikan, penyuluhan, penelitian, pegembangan, manajemen, usaha komersil, ekonomi dan keuangan. 2. DEKOPIN mempunyai fungsi : a. Idiil 1 Sebagai juru bicara Gerakan Koperasi Indonesia 2 Sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat dan sebagai alat pendemokrasian Ekonomi Nasional. 3 Sebagai Pembina Koperasi-Koperasi, yang masing-masing merupakan wadah pengikutsertaan rakyat dalam kebijaksanaan Pemerintah di bidang pembangunan. b. Pembinaan. 1 Sebagai pusat pendidikan, latihan, penelitian dan penyuluhan Perkoperasian. 2 Sebagai pusat penerangan dan informasi Perkoperasian. 3 Sebagi pusat pemberi jasa untuk mendorong Koperasi di berbagai bidang seperti : konsultasi usaha, bantuan hukum, pengawasan. 4 Sebagai pusat penghubung Koperasi Indonesia untuk dalam dan luar negeri. Keanggotaan DEKOPIN Yang dapat diterima sebagai anggota DEKOPIN ialah Koperasi-Koperasi yang berbadan hukum baik Koperasi Primer maupun Koperasi Sekunder. Pimpinan DEKOPIN. DEKOPIN PUSAT dipimpin oleh Dewan Pimpinan Paripurna, sekurang-kurangnya 15 orang yang pada dasarnya ⅓ nya dari Koperasi Tingkat Nasional. ⅓ nya dari unsur Koperasi di daerah dan ⅓ nya dari unsur masyarakat. Untuk menjalankan tugas sehari-hari, DEKOPIN Pusat dipimpin oleh Dewan Pimpinan Harian. Perwakilan DEKOPIN Wilayah PropinsiDaerah Istimewa dan perakilan DEKOPIN DaerahKabupatenKotamadya, masing-masing dipimpin oleh Badan Pimpinan Wilayah dan Badan Pimpinan Daerah, dengan ⅓ nya dari unsur masyarakat dan ⅔ nya dari unsur Koperasi, seperti pada DEKOPIN Pusat. Pelaksanaan tugas sehari-hari dilakukan oleh Sekretaris Jenderal di Tingkat Pusat dan SekretarisKepala kantor di tingkat perwakilan PropinsiDaerah Istimewa dan KabpatenKotamadya. HUBUNGAN PEMERINTAH DENGAN DEWAN KOPERASI INDONESIA. Kewajiban Pemerintah untuk memberikan bimbingan, pengawasan, perlindungan dan fasilitas terhadap Koperasi, meliputi juga terhadap Dewan Koperasi Indonesia. Di dalam Undang-undang tentang Pokok-pokok Perkoperasian U.U No. 121967 ditetapkan bahwa badan hukum untuk Dewan Koperasi Indonesia diberikan oleh menteri, sebagaimana halnya juga dengan Koperasi-Koperasilainnya. Jika dipelajari Anggaran Dasar DEKOPIN tahun 1978 maupun D.K.I tahun 1953 yang banyak persamaannya maka akan ternyata bahwa diantara Dewan Koperasi Indonesia dan Pemerintah ada persamaan mengenai maksud tujuannya maupun mengenai maksud tujuannya maupun mengenai daya upayanya. Sebelum kesatuan organisasi Koperasi dimaksud didirikan oleh Gerakan Koperasi, sudah terlebih dahulu Pemerintah sesuai dengan kewajibannya membina Koperasi-Koperasi dari berbagai jenis di seluruh tanah air. Maka dengan sendirinya akan timbul pertanyaan, apakah dengan timbulnya Dewan Koperasi itu, masih diperlukan pembinaan dari pihak Pemerintah, atau apakah kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh Dewan koperasi tersebut tidak berkelebihan. Pemerintah dalam melakukan pembinaan Koperasi dari semula dengan sadar mempunyai keyakinan, bahwa tugas tersebut dilakukannya berdasarkan falsafah membantu Koperasi sehingga akhirnya Koperasi dapat membantu dirinya sendiri, atau dengan kata lain “membantu rakyat sehingga rakyat dapat membantu dirinya sendiri”. Dalam pendirian ini tersimpul suatu pengakuan atas kenyataan bahwa pembinaan ini hanya berhasil jika yang bersangkutan sendiri pada suatu dapat menjalankan tugasnya itu lebih lanjut atas kekuatan senidri. Demikian juga dengan pembinaan Koperasi di Indonesia, pemerintah tidak bermaksud dn mengingini bahwa fasilitas- fasilitas dan bantuan kepada Koperasi yang tersedia pada suatu saat tertentu oleh pemerintah akan dilanjutkan dengan jumlah dan cara yang sama. Tentu pemerintah tetap mempertahankan tugas-tugasnya sebagai pembuat undang-undang mengenai perkoperasian dan tugas-tugas pengawasan secara umum yang sehubungan dengan itu. Akan tetapi tugas-tugas lain seperti pembinaan melalui penerangan dan pendidikan, perencanaan, dan sebagainya sebaiknya berada dalam tangan gerakan Koperasi sendiri, karena akhirnya gerakan itu sendirilah yang dapat bergerak lebih baik mengetahui kebutuhannya sendiri. Akan tetapi tugas-tugas tersebut tidak diserahkan oleh Pemerintah kepada gerakan Koperasi selama gerakan itu sendiri belum mempunyai kesanggupan dan keterampilan yang wajar untuk menanganinya, karena penyerahan serupa itu selain merugikan gerakan sendiri juga bertentangan dengan kebijaksanaan Pemerintah, karena hal itu dapat mengakibatkan kemunduran dalam tugas-tugas pembinaan tersebut, falsafah pembinaan seperti diuraikan diatas ini bersumber pada ketentuan U.U. No. 12 tahun 1967 pasal 37 yang tersimpul dalam kata-kata sansekerta : “ing ngarso sung tulada, ing madya mbangun karsa, tut wuri handayani”, yang artinya bahwa Pemerintah bila perlu berdiri dimuka dan memeberikan teladan , berdiri di tengah-tengah memberikan semangat atau kemampuan, atau berdiri dibelakang memberikan dorongan dan dukungan. Jika falsafah diatas ini dimengerti dengan baik, maka tidak perlu dipertanyakan sesudah berapa tahunkah tugas pembinaan itu diserahkan dari tangan Pemerintah kepada gerakan Koperasi sendiri. Yang benar ialah untuk menciptakan suatu iklim pembinaan yang sehat demikian rupa sehingga : a Pemerintah melakukan pembinaan Koperasi dalam waktu yang sesuai guna terciptanya suatu gerakan yang sudah cukup berswadaya guna melanjutkan usaha pembinaan itu lebih lanjut atas tenaga sendiri. b Gerakan Koperasi dapat memanfaatkan waktu pembinaan selama berada dalam tangan Pemerintah itu sehingga merasa telah memiliki swadaya guna meneruskan tugas-tugas pembinaan tersebut. Dalam penyerahan tugas-tugas ini tentu tidak perlu dilakukan sekaligus akan tetapi lebih baik lagi jika dapat dilakukan bertahap-tahap, sehingga dalam jangka waktu tertentu seluruh tugas-tugas dapat beralih ketangan gerakan Koperasi. Dalam memeprsiapkan diri guna pembinaan swadaya serupa inilah dianggap kedudukan DEKOPIN sangat berguna, dan usaha kearah itu sudah dapat dimulai sejak badan itu didirikan. Dalam hal ini selama waktu yang agak lama adakalanya kerja sama dengan Pemerintah diperlukan, sehingga dalam tugas-tugas pembinaan badan tadi diturut sertakan sebagai “partner” Pemerintah. Oleh karenanya Dewan Koperasi Indonesia sebagai organisasi tertinggi dari gerakan Koperasi harus aktif memperkuat organisasinya dan meningkatkan kegiatannya sebagai pengemban cita- cita Koperasi dan pembinaan perkoperasian. PERTANYAAN – PERTANYAAN : 1. Sebutkan maksud dan tujuan dari kesatuan organisasi Koperasi, dan bentuk-bentuk yang bagaimana saja telah didirikan di Indonesia sejak tahun 1974 hingga sekarang ini. 2. Terangkan perubahan-perubahan prinsipil yang terdapat didalam DEKOPIN– 1978 yang memebedakannya dengan DEKOPIN – 1968 3. Terangkan kedudukan DEKOPIN dalam perkoperasian di Idonesia ? 4. Apakah Dewan Koperasi Indonesia diperlukan walaupun Pemerintah sendiri sudah melakukan pembinaan dengan baik ? Terangkan falsafah pembinaan Pemerintah dimaksud 5. Apa sebabnya Dewan Koperasi perlu mengadakan hubungan dengan Koperasi-Koperasi di luar negri ?

BAB XIX HUBUNGAN GERAKAN KOPERASI INDONESIA DENGAN GERAKAN OPERASI