Ekowisata Daya dukung ekowisata dengan pendekatan kapasitas adaptif ekologi di pulau pulau kecil

faktor kritis yang berinteraksi pada skala temporal dan spasial yang diperlukan untuk mengatasi dinamika sumberdaya alam selama periode perubahan dan re- organisasi yaitu 1 belajar untuk hidup dengan perubahan dan ketidakpastian, 2 memelihara keragaman untuk ketahanan, 3 menggabungkan berbagai jenis pengetahuan untuk belajar, dan 3 menciptakan kesempatan bagi diri-organisasi terhadap keberlanjutan sosial-ekologi Folke et al. 2002.

2.7 Ekowisata

Ekowisata pertama kali diperkenalkan oleh The International Ecotourism Society TIES pada tahun 1991, yang selanjutnya mendefinisikan ekowisata sebagai perjalanan bertanggung jawab ke daerah-daerah yang masih alami yang dapat mengkonservasi lingkungan serta memelihara kesejahteraan masyarakat TIES 1991. Youti 1999 menyampaikan bahwa ekowisata, yaitu jenis pariwisata yang berwawasan lingkungan. Maksudnya adalah melalui aktivitas yang berkaitan dengan alam dan lingkungan sehingga membuat penikmatnya tergugah untuk mencintai alam, semua ini sering disebut back to nature. Berbeda dengan pariwisata yang sudah dikenal, ekowisata dalam penyelenggaraannya tidak menuntut tersedianya fasilitas akomodasi yang modern yang dilengkapi dengan peralatan yang serba mewah atau bangunan artifisial yang berlebihan. Ada beberapa padanan istilah ecotourism antara lain natural-based tourism, green travel, low impact tourism, village based tourism, sustainable tourism, cultural tourism, heritage tourism dan natural tourism. Ekowisata diharapkan memberi kontribusi dan insentif bagi konservasi maupun pembangunan Tsaur et al. 2006; Stronza and Gordillo 2008. Brightsmith et al. 2008 mengatakan bahwa ekowisata dapat memberikan manfaat bagi masyarakat lokal dan membangun dukungan lokal maupun internasional untuk kawasan lindung. Selanjutnya dikatakan bahwa ekowisata memiliki tiga tujuan yakni menghasilkan pendapatan dari alam berbasis wisata, penyaluran bantuan bagi kawasan lindung dan masyarakat lokal, serta pengalaman pendidikan bagi wisatawan. Bjork 2000 mengatakan bahwa ekowisata harus non-konsumtif dan tingkat maupun ruang lingkup ekowisata ditentukan oleh kerapuhan fragility lingkungan alam, budaya dan sosial. Tabel 3. Beberapa Pengertian Ekowisata Nama Tahun Pengertian Hetzer 1965 Pariwisata berbasis pada sumberdaya alam dan arkeologi. Ziffer 1989 Bentuk pariwisata terutama yang terinspirasi oleh sajarah alam suatu daerah termasuk kebudayaan lokal. Ceballos-Lascurain 1991 Pariwisata yang melibatkan perjalanan ke daerah relatif tidak terganggu dengan tujuan khsus mengagumi, mempelajari dan menikmati pemandangan, tanaman liar, hewan serta semua fitur budaya baik masa lalu dan masa kini. Figgis 1992 Perjalanan ke daerah-daerah terpencil atau alami yang bertujuan meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap lingkungan alam dan warisan budaya sambil menghindari kerusakan. Young 1992 Wisata ke daerah alam yang menumbuhkan pemahaman lingkungan, apresiasi dan konservasi serta mendukung budaya, maupun kesejahteraan masyarakat lokal. Ecotourism Association Australia 1992 Pariwisata berkelanjutan secara ekologis yang menumbuhkan pemahaman lingkungan dan budaya, apresiasi dan kosnervasi. Valentine 1993 Alam yang berkelanjutan secara ekologis dan berdasarkan daerah alam yang relatif tidak terganggu tidak merusak, tidak merendahkan memberikan kontribusi langsung terhadap perlindungan, dilanjutkan dengan pengelolaan kawasan lindung yang digunakan. Weight 1993 Suatu perjalanan untuk menikmati alam, merencanakan serta memberikan kontribusi untuk konservasi ekosistem, maupun menghormati integritas masyarakat lokal. Scace 1993 Pengalaman perjalanan alam yang memberikan kontribusi untuk pelestarian lingkungan hidup dengan tetap menjaga dan meningkatkan integritas dari unsur-unsur alam serta sosial- budaya. Hvenegaard 1994 Nonkonsumtive alam berbasis sejarah dan atau kegiatan rekreasi satwa liar yang terkait, misalnya mengamati burung, satwa liar, fotografi alam, mengamati paus, studi botani, dan perjalanan safari margasatwa. Steele 1995 Bepergian ke suatu “situs alam’ tertentu sepenuhnya karena kemudahan dan nilai rekreasi yang bersumber dari aspek alami. Bjork 1995 Suatu kegiatan, dalam hal ini wisatawan melakukan perjalanan ke daerah-daerah alam untuk mengagumi, mepelajari dan menikmati alam dan budaya yang ada dengan cara tidak mengeksploitasi sumberdaya, tatapi memberikan konstribusi kepada konservasi lingkungan alami. Wallace and Pierce 1996 Perjalanan ke daerah alam yang relatif tidak terganggu untuk belajar. Sumber: Disadur dari Bjork 2000 Jika dilihat dari aktivitas yang dilakukan pada kegiatan ekowisata, maka pada dasarnya ekowisata dalam penyelenggaraannya dilakukan berdasarkan pada kesederhanaan, memelihara keaslian alam dan lingkungan, memelihara keaslian seni dan budaya, adat istiadat, kebiasaan hidup the way of live, menciptakan ketenangan, kesenian, memelihara flora dan fauna, serta terpeliharanya lingkungan hidup sehingga tercipta keseimbangan antara kehidupan manusia maupun alam sekitarnya, oleh karena itu dalam ekowisata, wisatawan yang datang tidak semata-mata untuk menikmati alam sekitar namun juga mempelajarinya sebagai peningkatan pengetahuan atau pengalaman, sehingga selaraslah arti ekowisata sebagai wisata yang bertanggung jawab. Menurut Damanik dan Helmut 2006 bahwa dalam konteks ekowisata, tingkat pendidikan wisatawan rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan wisatawan konvensional massal. Carter and Lowman 1994 juga telah memberikan definisi ekowisata sebagai suatu bentuk perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah alami yang lingkungannya dilindungi dan mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal. Selanjutnya Carter dan Lowman 1994 juga menyampaikan bahwa terdapat 4 gambaran perjalanan yang berlabel ekowisata yang terdiri dari: 1. Wisata berbasis alam nature based tourism 2. Kawasan konservasi sebagai pendukung objek lingkungan conservation supporting system 3. Wisata yang sangat peduli lingkungan environmentally aware tourism 4. Wisata yang berkelanjutan sustainability run tourism. Youti 1999 juga mengemukakan bahwa ekowisata adalah suatu jenis pariwisata yang kegiatannya semata-mata untuk menikmati aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan alam beserta segala bentuk kehidupan serta kondisi apa adanya dan berkecenderungan sebagai ajang atau sarana lingkungan bagi wisatawan dengan melibatkan masyarakat di sekitar proyek kawasan ekowisata. Kusuma 2000 menyatakan bahwa ekowisata memiliki 3 dimensi, yaitu: 1. Konservasi, suatu kigiatan wisata tersebut membantu usaha pelestarian alam setempat dengan dampak negatif seminimal mungkin, 2. Pendidikan, wisatawan yang mengikuti wisata tersebut akan mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai keunikan biologis, ekosistem dan kehidupan sosial di kawasan yang dikunjungi, 3. Sosial, masyarakat mendapat kesempatan untuk menjalankan kegiatan tersebut. Youti 1999 mengemukakan bahwa terdapat empat unsur yang dianggap penting, yaitu unsur pro-aktif, kepedulian terhadap lingkungan hidup, keterlibatan penduduk lokal dan unsur pendidikan. Dalam pelaksanaan kegiatan ekowisata, Low dan Heilbronn 1996 merumuskan lima faktor batasan yang mendasar dalam penentuan prinsip utama ekowisata, yaitu; 1. Lingkungan; ekowisata harus bertumpu pada lingkungan alam dan budaya yang relatif belum tercemar atau terganggu. 2. Masyarakat; ekowisata harus dapat memberikan manfaat ekologi, sosial dan ekonomi langsung kepada masyarakat setempat. 3. Pendidikan dan pengalaman; ekowisata harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya yang terkait sambil memperoleh pengalaman yang mengesankan. 4. Berkelanjutan; ekowisata harus dapat memberikan sumbangan positif bagi keberlanjutan ekologi dari lingkungan tempat kegiatan dan tidak merusak serta menurunkan mutu, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 5. Manajemen; ekowisata harus dapat dikelola dengan cara yang dapat menjamin keberlangsungan daya hidup lingkungan alam dan budaya yang terkait di daerah tempat kegiatan ekowisata, sambil menerapkan cara mengelola yang terbaik untuk menjamin kelangsungan hidup ekonominya. Ekowisata diharapkan dapat memberikan kontirbusi bagi konservasi dan pembangunan, sayangnya karena penilaian dan audit lingkungan yang kurang baik, banyak kawasan ekowisata cenderung rusak. Konsep pengembangan ekowisata sejalan dengan misi konservasi yang bertujuan antara lain 1 menjaga tetap belangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan 2 melindungi keanekaragaman hayati, 3 menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies maupun ekosistemnya, serta 4 memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat Yulianda 2007. Yulianda 2007 juga menyampaikan bahwa konsep pengembangan ekowisata sebaiknya didasarkan pada prinsip dasar ekowisata yang mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan sifat dan karakter alam serta budaya setempat, 2. Pendidikan konservasi lingkungan; mendidik pengunjung dan masyarakat akan pentingnya konservasi, 3. Pendapatan langsung untuk kawasan; retribusi atau pajak konservasi conservation tax dapat digunakan untuk pengelolaan kawasan, 4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan; merangsang masyarakat agar terlibat dalam perencanaan dan pengawasan kawasan, 5. Penghasilan bagi masyarakat; masyarakat mendapatkan keuntungan ekonomi sehingga terdorong untuk menjaga kelestarian kawasan, 6. Menjaga keharmonisan dengan alam; kegiatan dan pengembangan fasilitas tetap mempertahankan keserasian dan keaslian alam, 7. Daya dukung sebagai batas pemanfaatan; daya tampung dan pengembangan fasilitas hendaknya mempertimbangkan daya dukung lingkungan, 8. Kontribusi pendapatan bagi negara pemerintah daerah dan pusat. Guna melindungi suatu kawasan wisata dari pengunjung wisata, maka diperlukan adanya zonasi, guna melidungi sumberdaya serta memberikan beragam pengalaman kepada pengunjung. Zonasi merupakan pembagian kawasan berdasarkan potensi maupun karakteristik sumberdaya untuk kepentingan perlindungan dan pelestarian serta pemanfaatan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara berkelanjutan. Zonasi merupakan alat yang paling umum bagi pengelolaan kawasan yang dilindungi untuk memisahkan kawasan yang pemanfaatannya bertentangan, serta untuk pengelolaan kawasan yang memiliki manfaat ganda Mac Kinnon et al. 1996 in Purnama 2005. Penetapan zonasi kawasan adalah pengelompokan areal suatu kawasan ke dalam zona- zona sesuai kondisi fisik dan fungsinya Begen 2002. Zonasi bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi ekologi dan ekonomi ekosistem suatu kawasan sehingga pengelolaan dan pemanfaatan kawasan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Zonasi merupakan suatu kawasan yang memiliki kemampuan dan karakterisitik yang sama untuk suatu peruntukan yang sesuai di daratan dan di laut. Zonasi bertujuan untuk membagi wilayah darat dan laut dalam kawasan yang sesuai peruntukan serta kegiatan yang bersifat saling mendukung compatible dan memisahkannya dari kegiatan yang bertentangan sifatnya incompatible MCRMP-DKP 2004 in Helmi 2007. Purnama 2005 menyampaikan prinsip penetapan zonasi terdiri dari 1 sumberdaya alam maupun budaya memiliki karakteristik serta toleransi tertentu untuk dapat diintervensi, dan 2 pengelola harus dapat melakukan sesuatu untuk memelihara serta mempertahankan karakteristik maupun kemampuan tersebut guna menjamin tercapainya tujuan pengelolaan dari penggunaan saat ini dan masa yang akan datang. Di kawasan ekowisata, zonasi dapat dibagi atas 4 empat bagian yang meliputi 1 Zona inti, bertujuan melindungi satwa dan ekosistem yang sangat rentan sehingga pengunjung dilarang untuk memasukinya. 2 zona khusus atau pemanfaatan terbatas, ditujukan bagi peneliti, pencinta alam, petualang dan penyelam, dalam jumlah pengunjung terbatas disertai izin maupun aturan-aturan tertentu agar tidak menimbulkan gangguan terhadap ekosistem. 3 zona penyangga, merupakan kawasan penyangga yang dibuat untuk perlindungan terhadap zona inti dan zona khusus, dapat dimanfaatkan terbatas untuk ekowisata berdasarkan batasan minimal gangguan terhadap zona inti maupun zona khusus. 4 zona pemanfaatan, ditujukan bagi pengembangan kepariwisataan alam, termasuk pengembangan fasilitas-fasilitas wisata alam berdasarkan syarat kestabilan bentang alam serta ekosistem, resisten terhadap berbagai kegiatan manusia yang berlangsung di dalamnya Yulianda 2007. Wilayah yang memiliki keindahan atau keunikan alam berlimpah seperti pada pulau-pulau kecil, umumnya keindahan serta keunikan tersebut tidak ditemukan melimpah di daratannya, melainkan terdapat di wilayah pesisir dan laut sekitarnya, sehingga ekowisata yang tepat dikembangkan pada wilayah dengan karakteristik seperti ini dalah ekowisata bahari atau ekowisata pantai. Wisata bahari dapat diartikan sebagai semua kegiatan wisata yang mengandalkan daya tarik alami lingkungan pesisir dan lautan. Wisata bahari memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan langsung diantaranya berperahu, berenang, snorkling, menyelam serta memancing. Sedangkan kegiatan tidak langsung mencakup olah raga pantai, piknik menikmati atmosfir laut Nurisyah 2001. Konsep wisata bahari didasarkan pada menikmati keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya serta karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Menurut Yulianda 2007 ekowisata bahari merupakan kegiatan wisata pesisir dan laut yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi laut. Brandon 1996 menyampaikan bahwa ekowisata lebih menekankan pada faktor daerah alami, sebagai suatu perjalanan bertanggung jawab ke lingkungan alami yang mendukung konservasi termasuk pendidikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk ekonomi setempat. META 2002 berpendapat bahwa ekowisata adalah kegiatan wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan alam atau lingkungan dan kepariwisataan. Namun demikian, diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam mengenai seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir dan laut di masa kini dan masa yang akan datang. Prinsip utama pengelolaan ekowisata bahari yeng berkelanjutan sebagaimana disampaikan oleh META 2002 adalah sebagai berikut: 1. Partisipasi masyarakat lokal: ekowisata harusnya memberikan manfaat secara ekologi, ekonomi dan sosial secara langsung kepada masyarakat. 2. Proteksi lingkungan: ekowisata bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang relatif belum tercemar atau terganggu. 3. Pendekatan keseimbangan: prinsipnya meliputi maksimum profit, bagaimana ekowisata memberikan manfaat, komitmen industri pariwisata dan lain sebagainya. 4. Pendidikan dan pengalaman: ekowisata seharusnya dapat memberikan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang dimiliki. 5. Pendekatan kolaboratif: ekowisata dapat memberikan sumbangan positif bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang. 6. Tanggungjawab: pasar diperlukan interdependent kegiatan, demand-suplay side. 7. Kontinuitas manajemen: ekowisata harusnya dikelola secara baik dan menjamin sustainability lingkungan alam, budaya yang bertujuan bagi peningkatan kesejahteraan generasi saat ini maupun generasi yang akan datang.

2.8 Kesesuaian Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil