Tabel 30. Distribusi wilayah kegiatan wisata snorkling pada perairan sekitar pulau-pulau dalam gusu pulau Guraici.
No. PULAU
SNORKLING Luas Areal Ha Daya Dukung Kawasan
1. Rajawali 1,8
72 2. Talimau
29,1 1.164
3. Temo 32
1.280 4. Guraici
0,7 28
5. Lelei 4,7
188 6. Daramafala
2,2 88
7. Popaco 6,3
252
Ekosistem terumbu karang di pulau lainnya selain di pulau Rajawali, menunjang kegiatan wisata snorkling pada tingkat kategori “cukup sesuai” S2,
dengan luas sekitar 75 ha, hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum, ekosistem terumbu karang pada perairan sekitar pulau-pulau dalam gugus pulau
Guraici lebih banyak mengalami tekanan. Ekosistem terumbu karang menyediakan sumberdaya ikan yang berlimpah menyebabkan aktivitas
penangkapan tinggi, dengan menggunakan berbagai metode dan alat penangkapan beragam, menyebabkan degradasi sumberdaya perikanan serta
ekosistem terumbu karang secara keseluruhan. Menurut Bachtiar 2011, bahwa pada terumbu karang yang subur dengan kelimpahan ikan yang tinggi maka
eksploitasi oleh nelayan juga akan tinggi.
5.3.3 Daya Dukung Kawasan Wisata Mangrove
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, ekosistem mangrove pada pulau-pulau dalam gugus P. Guraici, hanya memiliki tingkat kesesuaian
pada kategori “cukup sesuai” S2, yang luasannya mencapai sekitar 87,7 ha. Luas tersebut dapat menampung sekitar 7.016 wisatawan, kawasan ini tersebar
pada pulau Joronga, P. Ubo-Ubo Kecil, P. Ubo-Ubo Besar, P. Popaco, P.Rajawali, P. Temo, P. Igo, P. Salo, P. Tapaya, P. Sapang dan P. Kelo.
Distribusi kawasan wisata mangrove beserta daya dukung setiap kawasan pada pulau-pulau dalam gugus pulau Guraici, ditampilkan pada Tabel 31.
Tabel 31. Distribusi wilayah kegiatan wisata mangrove pada perairan sekitar pulau-pulau dalam gusu pulau Guraici.
No. PULAU
WISATA MANGROVE Luas Areal Ha Daya Dukung Kawasan
1. Rajawali 20,0
1.600 2. Temo
10,9 872
3. Tapaya 13,0
1.040 4. Salo
11,4 912
5. Kelo 2,9
232 6. Igo
2,6 208
7. Joronga 9,4
752 8. Popaco
8,6 688
9. Sapang 3,6
288 10. Ubo-Ubo Besar
4,6 368
11. Ubo-Ubo Kecil 0,7
56
Berdasarakan tabel di atas, terlihat bahwa umumnya ekosistem mangrove ditemukan pada sebagian besar pulau-pulau dalam gugus pulau Guraici, kecuali
pulau Lelei dan pulau Guraici yang tidak memiliki ekosistem mangrove, sedangkan sisanya sebanyak 15 pulau ditemukan ekosistem mangrove
walaupun dengan kategori kesesuain yang rendah. Ekosistem mangrove yang tumbuh pada pulau-pulau tersebut umumnya memiliki hamparan yang sempit.
5.3.4 Daya Dukung Kawasan Wisata Lamun
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kesesuaian yang dilakukan pada pulau-pulau dalam gugus P. Guraici, ditemukan bahwa kawasan ekosistem
padang lamun dengan kelas kesesuain “sangat sesuai” S1, memiliki luasan sekitar 34,7 ha, dan berdasarkan hasil analisis daya dukung kawasan lamun,
diperoleh bahwa wilayah dengan luas tersebut dapat menampung sekitar 1.388 wisatawan. Kawasan ini terletak pada perairan sekitar pulau Talimau bagian
tenggara. Selain pulau Talimau, pulau-pulau lainnya dalam gugusan pulau Guraici, memiliki kelas kesesuai berkategori “cukup sesuai” S2, hal tersebut
terjadi karena ekosistem lamun yang ditemukan pada sebagian besar pulau- pulau tersebut mempunyai penyebaran yang sempit sebagai akibat terbatasnya
distribusi substrat dasar perairan yang sesuai bagi pertumbuhan lamun. Distribusi kawasan wisata lamun beserta daya dukung setiap kawasan pada
pulau-pulau dalam gugus pulau Guraici ditampilkan pada Tabel 32.
Tabel 32. Distribusi wilayah kegiatan wisata lamun seagrass pada perairan sekitar pulau-pulau dalam gusu pulau Guraici.
No. PULAU
WISATA LAMUN Luas Areal Ha Daya Dukung Kawasan
1. Talimau 34,7
1.388 2. Rajawali
9,7 388
3. Temo 13,9
556 4. Salo
39,4 1.576
5. Kelo 0,4
16 6. Igo
1,4 56
7. Joronga 6,6
264 8. Daramafala
2,1 84
9. Popaco 19,6
784 10. Sapang
0,2 8
11. Ubo-Ubo Besar 5,3
212 12. Ubo-Ubo Kecil
1,6 64
13. Sohomao 12,0
480
Ekosistem lamun yang ditemukan pada perairan di sekitar pulau-pulau dalam gugus pulau Guraici, umumnya memiliki spesies yang relatif sama dengan
didominasi oleh satu atau dua spesies. Spesies yang umum ditemukan adalah Enhalus acorides dan Thalassia hemprichii, hal ini disebabkan karena kedua
spesies tersebut biasanya merupakan spesies pioner dan memiliki kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi di wilaya pesisir. Keseragaman spesies yang
terjadi antara pulau-pulau tersebut juga tidak terlepas dari kemiripan substrat dasar perairan sebagai media tumbuhnya, namun karena terbatasnya lahan
perairan yang sesuai, maka penyebaran ekosistem lamun pada pulau-pulau tersebut relatif sempit, kecuali di pulau Talimau yang ditemukan pada hamparan
yang relatif luas karena sebagian besar wilayah yang ditumbuhi lamun relatif terlindung sehingga terbentuk hamparan substrat yang luas pada perairan yang
dangkal sehingga lamun dapat tumbuh dengan baik.
5.4 Hubungan antara Kapasitas Adaptif Ekosistem, Daya Dukung Kawasan DDK dan Daya Dukung Adaptif DDA