air tawar biasanya merupakan faktor pembatas terpenting dalam ekosistem pulau kecil, maka laju penggunaannya tidak boleh melebihi kemampuan pulau
tersebut untuk menghasilkan air tawar dalam waktu tertentu. 3 apabila kita membuang limbah ke lingkungan pulau, maka jumlah limbah bukan limbah B3,
namun limbah yang biodegradable tidak melebihi kapasitas asimilasi lingkungan pulau tersebut. 4 apabila kita memodifikasi bentang alam landscape suatu
pulau misalnya penambangan pasir dan reklamasi ataupun melakukan kegiatan konstruksi di lingkungan pulau, khususnya di tepi pantai, seperti membangun
dermaga jetty serta hotel, maka harus sesuai dengan pola hidrodinamika daerah setempat maupun proses-proses alami design with nature.
Bengen 2002 menyampaikan bahwa pemanfaatan pulau-pulau kecil secara optimal dan lestari dapat terwujud jika memenuhi syarat-syarat berikut; 1
keharmonisan spasial, 2 kapasitas asimilasi dan daya dukung lingkungan, 3 pemanfaatan potensi sesuai daya dukung. Keharmonisan spasial berhubungan
dengan bagaimana menata suatu kawasan pulau-pulau kecil bagi peruntukan pembangunan pemanfaatan sumberdaya berdasarkan kesesuaian suitability
lahan pesisir dan laut serta keharmonisan antara pemanfaatan. Keharmonisan spasial masyarakat suatu kawasan pulau-pulau kecil tidak sepenuhnya
diperuntukan bagi zona pemanfaatan namun harus juga dialokasikan bagi zona preservasi maupun konservasi. Keharmonisan spasial, juga menentukan
pengelolaan pembangunan dalam zona pemanfaatan agar dapat dilakukan secara bijaksana. Artinya kegiatan pembangunan ditempatkan pada kawasan-
kawasan yang secara biofisik sesuai dengan kebutuhan pembangunan yang dimaksud Bengen 2002.
2.9 Daya Dukung Lingkungan
Daya dukung merupakan suatu konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pengelolaan suatu sumberdaya alam serta lingkungan yang lestari,
melalui ukuran kemampuannya. Konsep ini terutama dikembangkan untuk mencegah degradasi atau kerusakan suatu sumberdaya alam serta lingkungan,
sehingga kelestarian, keberadaan maupun fungsinya dapat tetap terwujud dan pada saat yang bersamaan masyarakat atau pengguna sumberdaya tersebut
akan tetap berada dalam kondisi sejahtera dan atau tidak dirugikan intergenerasional welfare
Daya dukung lingkungan adalah salah satu faktor yang sangat penting diperhitungkan dalam pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang
terdapat di pulau-pulau kecil, karena sumberdaya alam hanya dapat dimanfaatakan secara berkelanjutan jika dalam pengelolaannya maupun
pemanfaatannya selalu memperhatikan daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan carring capacity didefinisikan sebagai kapasitas
atau kemampuan ekosistem untuk mendukung kehidupan organisme secara sehat sekaligus mempertahankan produktivitas, kemampuan adaptasi, maupun
kemampuan memperbaharui dirinya. Selain itu menurut Odum 1996 daya dukung lingkungan diartikan sebagai jumlah populasi organisme manusia dan
mahluk hidup lainnya yang kehidupannya dapat didukung oleh suatu kawasan ekosistem. Dahuri 2008 juga menambahkan bahwa daya dukung lingkungan
adalah kemampuan suatu wilayah dalam mendukung jumlah populasi manusia beserta segenap kiprah kehidupan dan kegiatan pembangunannya. Pengukuran
kapasitas daya dukung didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki kapasistas atau kemampuan maksimum dalam mendukung pertumbuhan
ataupun perkembangan
suatu organisme.
Cebballos-Lascurain 1991
mengemukakan bahwa daya dukung lingkungan adalah kemampuan atau kapasitas dari suatu ekosistem dalam mendukung pemeliharaan organisme yang
sehat Produktivitasnya, kamampuannya beradaptasi serta kemampuan memperbaharui diri.
Daya dukung dapat diartikan sebagai suatu batasan terhadap jumlah kehidupan yang dapat didukung atau ditopang oleh berbagai habitat. Ditinjau dari
aspek ekologi, daya dukung adalah pembatas utama yang ditentukan kepada biota karena keterbatasan lingkungan. Clark 1974 berpendapat bahwa daya
dukung dari suatu sistem dapat berkurang karena gangguan aktivitas manusia yang mengurangi ketersediaan suplai energi atau pemanfaatan energi. Menurut
Dahuri 2008 daya dukung suatu lingkungan ditentukan oleh kondisi biogeofisik wilayah serta permintaan manusia akan sumberdaya alam, dan jasa lingkungan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga daya dukung suatu wilayah pesisir dapat diprediksi dengan jalan menganalisis variabel kondisi biogeofisik
yang menyusun kemampuan wilayah pesisir dalam memproduksi sumberdaya alam maupun jasa lingkungan, kemudian variabel sosial-ekonomi-budaya yang
menentukan kebutuhan manusia yang tinggal di wilayah pesisir tersebut atau
yang tinggal di luar wilayah pesisir, namun berpengaruh terhadap perubahan sumberdaya alam dan jasa lingkungan di wilayah tersebut.
Daya dukung suatu wilayah tidak bersifat statis a fixed amount, tetapi bervariasi sesuai dengan kondisi biogeofisik ekologis wilayah termaksud dan
juga kebutuhan manusia akan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan dari wilayah tersebut. Misalnya, daya dukung suatu wilayah dapat menurun akibat
kegiatan manusia maupun gaya-gaya alamiah natural forces, seperti bencana alam atau dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan melalui pengelolaan
atau penerapan teknologi Dahuri 2008. Apabila sumberdaya alam serta jasa lingkungan yang tersedia
dimanfaatkan secara berlebihan melebihi daya dukungnya, keuntungan pembangunan dari suatu wilayah tersebut secara keseluruhan mulai menurun
dan selanjutnya akan berdampak terhadap menurunnya perekonomian economic decline wilayah diikuti menurunnya kesempatan kerja yang pada
gilirannya akan menurunkan pendapatan negara Dahuri 2008. Daya dukung suatu wilayah ditentukan oleh 1 kondisi biogeofisik wilayah,
dan 2 permintaan manusia akan sumberdaya alam dan jasa lingkungan, oleh karena itu daya dukung wilayah pesisir dapat ditentukan dengan cara
menganalisis beberapa hal seperti 1 kondisi biogeofisik yang menyusun kemampuan wilayah pesisir dalam memproduksi sumberdaya alam serta jasa
lingkungan, dan 2 variabel sosial-ekonomi maupun budaya yang menentukan kebutuhan manusia yang tinggal di wilayah pesisir tersebut atau yang tinggal di
luar wilayah pesisir, tetapi berpengaruh terhadap wilayah pesisir akan sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang terdapat di wilayah pesisir Dahuri
2008. Berkaitan dengan pulau-pulau kecil, daya dukung merupakan salah satu
variabel penting yang perlu mendapat perhatian khusus dalam upaya pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan sesuai dengan ukuran
kemampuannya agar tetap lestari serta berkelanjutan. Daya dukung bagaikan faktor pembatas limiting factor yang dapat membatasi berbagai aktivitas
manusia dalam memanfaatkan sumberdaya sesuai kemampuannya agar tidak terjadi kemerosotan.
DKP 2004 menjelaskan bahwa daya dukung pulau kecil adalah kemampuan pulau tersebut menyerap bahan, energi ataupun komponen lainnya
yang dibangun ataupun dibuang di pualu serta perairan disekitarnya. Daya
dukung wilayah pulau kecil dapat pula didefinisikan dengan menentukan jumlah penduduk dan kegiatan di wilayah pesisir yang dapat didukung oleh satuan
sumberdaya yang tersedia dalam suatu pulau. Selain itu pengertian daya dukung pulau kecil dapat juga dipahami sebagai kemampuan kawasan tersebut dalam
menyediakan ruang untuk berbagai kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Dahuri 2008 daya dukung lingkungan pulau kecil ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu 1 potensi lestari pulau dalam menyediakan sumberdaya
alam khsusnya sumberdaya perikanan laut. 2 ketersediaan ruang untuk kegiatan pembangunan dan kesesuaian lahan serta perairan pantai untuk
kegiatan pertambakan, budidaya laut, pertanian, perkebunan dan pariwisata. 3 kemampuan ekosistem pulau untuk menyerap limbah sebagai hasil samping dari
kegiatan pembangunan secara aman. Konsep daya dukung yang belum banyak dikembangkan terutama pada
negara-negara berkembang, menyebabkan banyak kasus kelebihan kapasitas pada wilayah yang dikembangkan untuk pariwisata, yang kemudian
menyebabkan kerusakan ataupun kehancuran bangunan-bangunan bersejarah dan bahkan lingkungan alam O’Reilly 1986.
Konsep daya dukung bagi rekreasi digunakan bagi studi-studi tentang pariwisata karena meningkatnya perhatian terhadap dampak negatif pariwisata
Saveriades 2000. O’Rreilly 1986 menggambarkan dua aliran pemikiran tentang daya dukung, yang pertama bahwa daya dukung pariwisata adalah
sebagai suatu kemampuan daerah tujuan untuk menyerap dampak negatif dari pariwisata yang dirasakan oleh masyarakat setempat, sedangkan yang kedua
yaitu pemikiaran bahwa jika daya dukung telah terlampaui dan oleh wisatawan juga telah merasakan ketidaknyamanan dan tidak lagi menjadi menarik bagi
mereka, maka mereka akan mencari alternatif tujuan lain. Kegiatan ekowisata adalah kegiatan yang dapat menguntungkan, namun
kegiatan ini juga dapat menimbulkan konsekuensi negatif yaitu rusaknya lingkungan. Ekowisata yang benar harus didasarkan atas sudut pandang yang
mencakup didalamnya prinsip keseimbangan Lascurian 1995. Guna menghindari kerusakan lingkungan akibat ketidaksesuaian antara jumlah
pengunjung per satuan luas per satuan waktu, perlu dilakukan suatu analisis daya dukung Carrying Capacity Analysis.
Daya dukung wisata merupakan tipe spesifik dari daya dukung lingkungan dan mengarah kepada daya dukung dari lingkunan biofisik serta sosial
sehubungan dengan aktivitas wisatawan. McNeely 1992 menjelaskan bahwa daya dukung wisata merupakan tingkat pengunjung yang memanfaatkan suatu
kawasan wisata dengan perolehan tingkat kepuasan yang optimal serta dampak terhadap sumberdaya yang minimal. Konsep ini meliputi dua faktor utama yang
membatasi perilaku pengunjung berkaitan dengan daya dukung yaitu 1 kondisi lingkungan, dan 2 kondisi sosial budaya masyarakat.
Daya dukung lingkungan pada area wisata adalah jumlah maksimum yang dapat diakomodir pada suatu area dengan tidak mempengaruhi atau merusak
lingkungan yang ada dan dapat memberikan suatu kepuasan bagi pengunjung, juga bagi masyarakat setempat Libosada 1998. Daya dukung adalah batas-
batas kehadiran wisatawan dan fasilitas pendukungnya yang belum atau tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan fisik maupun kehidupan
masyarakat sekitar serta wisatawan mendapat kepuasan dari kunjungannya tanpa gangguan akibat kepadatan pengunjung WTO 1999 in Maryadi 2003.
Menurut Wilkinson 1990 daya dukung lingkungan terdiri dari empat elemen yaitu 1 kapasitas fisik, 2 kapasitas lingkungan, 3 kapasitas sosial, 4
kapasitas fasilitas. Sedangkan menurut WTO 1992 in Libosada 1998 faktor- faktor yang mempengaruhi daya dukung adalah faktor lingkungan, sosial dan
manajemen pengelolaan. 1. Faktor lingkungan terdiri atas:
a. Ukuran area dan ruang yang digunakan b. Kepekaan fragility lingkungan. Seperti tanah yang mudah longsor,
vegetasi bukit pasir sand dune vegetation. c. Topografi dan lapisan penutup topography and vegetative cover. Ruang
terbuka sering mengurangi daya dukung dibandingkan dengan lapisan penutup alami.
d. Sumberdaya hidupan yang liar wildlife resources. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan meliputi
jumlah, keanekaragaman,
serta penyebaran spesies menarik.
e. Kepekaan spesies tertentu terhadap kunjungan orang. Penyu yang akan mendarat bertelur sangat peka terhadap kunjungan orang, tekanan
pengunjung akan menyebabkan stres bagi sebagian mamalia dan mengakibatkan menurunnya pembiakan.
2. Faktor Sosial: a. Tersebar atau terkonsentrasinya pengunjung, biasanya dipengaruhi oleh
pola pemandangan. b. Pilihan objek wisatawan
c. Pendapat pengunjung d. Fasilitas yang tesedia
3. Faktor manajerial a. Rancangan jalan setapak, dapat mempengaruhi distribusi pengunjung.
b. Menghindari pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini, seperti pengusahaan hotel, tempat berkemah.
c. Pelayanan informasi yang baik d. Penyediaan fasilitas yang dapat menyesuaikan terhadap kondisi puncak
dan sepinya pengunjung. Daya dukung wisata menunjukkan tingkat maksimum pengunjung yang
menggunakan dan berhubungan dengan infrastruktur yang dapat ditampung oleh suatu wilayah. Apabila daya dukung terlewati, maka akan mengakibatkan
kemerosotan sumberdaya dalam wilayah tersebut, mengurangi kepuasan pengunjung atau bahkan merugikan bagi aspek sosial, ekonomi masyarakat.
Angamanna 2005 menyampaikan bahwa pengertian daya dukung mencakup empat komponen dasar yakni biofisik, sosial budaya, psikologi manajerial. Selain
itu Yulianda
2007 menyampaikan
bahwa konsep
daya dukung
mempertimbangkan dua hal yaitu 1 kemampuan alam untuk mentolelir gangguan atau tekanan dari manusia, dan 2 standar keaslian sumberdaya
alam.
2.10 Sistem Informasi Geografis SIG