hidup pada sedimen berkarbonat yang berasal dari patahan terumbu karang, padang lamun yang tumbuh di sedimen yang berasal dari daratan lebih
dipengaruhi oleh faktor run of daratan yang berkaitan dengan kekeruhan, suplai nutrien pada musim hujan serta fluktuasi salinitas Erftemeijer 1993 in Dahuri
2003.
6 Jarak Ekosistem Lamun Dari Pemukiman Penduduk
Sebagaimana ekosistem pesisir lainnya yang terdapat pada pulau-pulau Guraici seperti ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove, maka
ekosistem padang lamun dalam kawasan ini juga berada pada jarak antara 0.5-6 km dari pemukiman penduduk di pulau Talimau dan pulau Lelei. Keberadaan
ekosistem yang relatif dekat dengan pemukiman penduduk, menyebabkan ekosistem tersebut mudah dijangkau oleh masyarakata sehingga biota-biota
yang umumnya hidup dan berasosiasi dengan ekosistem tersebut tereksploitasi secara berlebihan dan sulit dijumpai.
5.1.3.1 Kapasitas Adaptif Ekosistem Padang Lamun
Berdasarkan pada penelitian dan analisis parameter-parameter yang telah dilakukan tersebut diatas, diperoleh bahwa nilai kapasitas adaptif lamun yang
ditemukan pada perairan sekitar pulau-pulau dalam gugus pulau Guraici terdistribusi pada kisaran antara 0,0-0,59. Nilai-nilai kapasitas tersebut tergolong
kedalam tiga 3 kelompok kategori kapasitas yaitu “sedang, rendah dan sangat rendah”. Distribusi nilai dan kategori kapasitas ekosistem lamun pada pulau-
pulau dalam gugus pulau Guraici secara rinci ditampilkan pada Tabel 24. Tabel 24. Hasil Pengukuran dan Analisis Parameter serta Distribusi Nilai
Kapasitas Adaptif Ekosistem Lamun.
No. Pulau
PARAMETER KAEL KTG
IDL SLD PTL
JSL TS
1. Rajawali
0,154 Ea.
40 Ea,Th,Si. LBP
0,59 S
2. Talimau
0,248 Th.
80 Ea,Th,Cs. PBK
0,57 S
3. Temo
0,155 Ea.
40 Ea,Th. BLP
0,54 S
4. Salo
0,320 Th.
40 Th,Ea. PBK
0,54 S
5. Popaco
0,253 Th.
40 Th,Ea BLP
0,49 S
6. Sohomao
0,116 Ea.
40 Th,Ea BLP
0,53 S
7. Ubo-Ubo Kecil
0,083 Ea.
40 Ea. BLP
0,53 S
8. Ubo-Ubo Besar
0,126 Ea.
40 Ea,Th. BLP
0,53 S
Tabel 24. Lanjutan
No. Pulau
PARAMETER KAEL KTG
IDL SLD PTL
JSL TS
9. Sonyiha
0,014 Ea.
40 Ea. BLP
0,53 S
10. Igo
0,012 Ea.
40 Ea,Th. BLP
0,51 S
11. Kelo
0,008 Th.
40 Th. BLP
0,5 S
12. Joronga
0,105 Th.
40 Th,Ea BLP
0,49 S
13. Tapaya
0,004 Ea.
25 Ea. PBK
0,46 S
14. Daramafala
0,022 Th.
60 Th,Ea PBK
0,39 R
15. Sapang
0,046 Th.
40 Th,Ea,Ho,Cs. BLP
0,3 R
16. Lelei
0,004 Hp.
40 Hp. BPS
0,28 R
17. Guraici
- -
- -
- 0,0
SR Ket: IDL=Indeks Dimensi Lamun. SLD=Spesies Lamun Dominan. PTL=Persentasi Tutupan Lamun.
JSL=Jumlah Spesies Lamun. TS=Tipe Substrat. JEPP=Jarak Ekosistem dari pemukiman penduduk km. KAEL=Kapasitas Adaptif Ekosistem Mangrove. LBP=Lumpur Berpasir.
PBK=Pasir Berkarang. BLP=Berlumpur. BPS=Berpasir. Ea= Enhalus acoroides. Th=Thalassia hemprichii.
Cs= Cymodocea
serrulata. Si=Sryngodium
isoetifolium. Hp=Halodule
pinifolia.Ho=Halophila ovalis. KTG=Kategori.
Sebanyak tiga belas 13 pulau dalam gugus pulau Guraici atau sekitar 76,47 , memiliki kapasitas adaptif ekosistem lamun berkategori “sedang”,
dengan kisaran nilai antara 0,46-0,59, pulau-pulau tersebut adalah P. Rajawali, P. Talimau, P. Temo, P. Salo, P. Sohomao, P. Ubo-Ubo Kecil, P. Ubo-Ubo
Besar, P. Sonyiha, P. Igo, P. Kelo, P. Joronga, P. Popaco, dan P. Tapaya. Sebanyak tiga pulau lainnya dengan kapasitas “rendah” yaitu P. Daramafala, P.
Lelei dan P. Sapang dengan nilai kapasitas sebesar 0,28 dan 0,39 atau sekitar 17,64 . Sedangkan pulau dengan nilai kapasitas lamun berkategori “sangat
rendah” adalah P. Guraici yang nilai 0,0 nol. Nilai kapasitas adalaptif ekosistem padang lamun yang sangat rendah di pulau Guraici disebabkan karena pada
perairan sekitar pulau tersebut tidak ditemukan hamparan ekosistem lamun, kondisi tersebut disebabkan karena disekitar pulau tersebut relatif terbuka
terhadap ombak maupun arus air laut sehingga substrat dasar perairan yang tidak stabil menyebabkan tumbuhan ini tidak dapat tumbuh maupun berkembang.
Sebagaimana ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove, keberadaan ekosistem lamun pada perairan pesisir pulau-pulau kecil juga
berperan penting dalam menjaga stabilitas pesisir dan daratan pulau, Sehinga semakin rendah nilai kapasitas yang dimiliki maka akan semakin kecil pula
peranannya tersebut, demikian juga sebaliknya apabila semakin tinggi nilai
kapasitas lamun maka akan semakin besar pulau peranan ekosistem tersebut terhadap perlindungan garis pantai dan maupun daratan pulau. Selain itu
ekosistem padang lamun juga merupakan salah satu parameter dari sistem alamiah pulau-pulau kecil yang berperan penting dalam meningkatkan kapasitas
adaptif dari pulau-pulau kecil, dengan kapasitas adaptif yang tinggi ekosistem ini dapat berfungsi sebagai stabilisator dan perangkap sedimen USFWS 2009 ;
NOAA 2004. Menurut EPA 2009, lamun memiliki kemampuan untuk memerangkap sedimen sekitar 1 cm per 100 tahun. Sedimen tersebut berperan
penting dalam memproteksi garis pantai dari hantaman gelombang. Ekosistem padang lamun berperan penting dalam melindungi pulau-pulau
kecil, hal ini ditunjukkan melalui peranannya secara fisik yaitu sebagai pencegah erosi, perangkap sedimen dan penghalang gelombang serta arus Moberg dan
Folk 1999. Selain itu ekosistem tersebut juga berperan sebagai pengatur nutrien, penyerap limbah waste treatment, pengatur interaksi ekologi serta
fungsi-fungsi biologi lainnya, memelihara keanekaragaman hayati, dan dalam konteks kestabilan ekosistem serta lingkungan di pulau-pulau kecil,
keanekaragaman hayati mempengaruhi kestabilan ekologi atau lingkungan Peterson et al. 1998. Peta sebaran kapasitas ekosistem lamun pada tiap pulau
dalam gugus pulau Guraici ditampilkan pada Gambar 30.
1 4
1 Gambar 29. Peta sebaran kapasitas lamun pada setiap pulau dalam gugus pulau Guraici
5.2 Kesesuaian Untuk Ekowisata 5.2.1 Ekowisata Selam
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian pada perairan sekitar pulau-pulau Guraici, diperoleh bahwa luas areal terumbu karang yang dapat digunakan
sebagai kegiatan wisata selam dengan kategori “sangat sesuai” S1 yaitu seluas 3,5 ha dan kelas kesesuaian dengan kategori “cukup sesuai” S2 seluas 111 ha.
Kelas kesesuain dengan kategori “sangat sesuai” S1, memiliki persentasi kesesuaian sebesar 83,33 , berlokasi pada perairan sekitar pulau Rajawali.
Sedangkan kelas kesesuaian dengan kategori “cukup sesuai” S2, persentasi kesesuaiannya berkisar antara 57,4-79,62 , tersebar pada perairan sekitar
P. Talimau, P. Temo, P. Guraici, P.Lelei, P. Daramafala, P. Popaco dan P.Sapang. Luas kawasan berdasarkan kelas kesesuaian untuk wisata selam,
disajikan pada Tabel 25. Sedangkan peta kesesuaian kategori wisata selam ditampilkan pada Gambar 31.
Tabel 25. Luas Kawasan Berdasarkan Kelas Kesesuaian Wisata Selam.
No. Pulau
NKWSL LA Ha
KK
1. Rajawali 83,33
3,5 Sangat Sesuai S1
2. Talimau 79,62
51,2 Cukup Sesuai S2
3. Temo 74,07
25,5 Cukup Sesuai S2
4. Guraici 66,66
0,7 Cukup Sesuai S2
5. Lelei 64,81
5,4 Cukup Sesuai S2
6. Daramafala 62,96
4,6 Cukup Sesuai S2
7. Popaco 57,4
16,3 Cukup Sesuai S2
8. Sapang 57,4
7,3 Cukup Sesuai S2
Ket: NKWSL=Nilai Kesesuaian Wisata Selam. LA=Luas Area. KK=Kelas Kesesuaian.
Pulau Rajawali adalah satu-satunya pulau dalam gugus pulau Guraici yang memiliki kelas kesesuaian wisata selam berkategori “sangat sesuai” S1, hal ini
ditunjang oleh beberapa faktor diantaranya persentasi tutupan karang yang tinggi, disertai jumlah spesies karang yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan
pulau-pulau lain dalalm gugus pulau Guraici. Selain pulau Rajawali sebagai salah satu pulau yang terletak relatif jauh dari pemukiman penduduk sehinggga tidak
mudah diakses, memberikan peluang bagi ekosistem terumbu karang untuk bekembang dalam kondisi lingkungan yang relatif stabil untuk memudahkan
pertumbuhannya serta mendukung kehidupan organisme lain yang turut berperan penting dalam menunjang kelangsungannya. Alger et al. 2002