Latar Belakang Daya dukung ekowisata dengan pendekatan kapasitas adaptif ekologi di pulau pulau kecil

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulau-pulau kecil sangatlah penting dalam pembangunan berkelanjutan, selain karena jumlahnya yang banyak, wilayah ini juga menyediakan sumberdaya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan yang berasal dari kekayaan ekosistemnya baik ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun serta ekosistem mangrove beserta seluruh biota di dalamnya. Posisi Indonesia yang secara goegrafi berada pada lintang rendah serta dilalui garis katulistiwa, memberikan keuntungan dalam hal keanekaragaman hayati biodiversity yang berlimpah baik yang terdapat di daratan maupun yang terdapat di wilayah pesisir dan laut, bahkan oleh karena memiliki keanekaragaman hayati laut sangat tinggi, Indonesia dikenal sebagai mega biodiversity dunia, karena kekayaan spesies umumnya meningkat seiring menurunnya lintang Gossling 1999. Kawasan pesisir dan laut dari pulau-pulau kecil mengandung sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan berlimpah, baik berupa sumberdaya dapat pulih renewable resources setelah dimanfaatkan maupun tidak dapat pulih non- renewable resources Clark 1996 ; Dahuri 2000. Ekosistem terumbu karang, mangrove dan padang lamun, merupakan ekosistem produktif di pulau-pulau kecil yang dapat menyediakan layanan jasa lingkungan sebagai penyedia nilai- nilai estetika atau keindahan sebagai objek ekowisata melalui atraksi wisata dari organisme di dalamnya. Secara ekologi pulau-pulau kecil memiliki kondisi resiko tekanan lingkungan yang tinggi serta rentan dari berbagai aktivitas maupun keterbatasan daya dukung dari sumberdaya yang dikandungnya. Keadaan ini menunjukkan bahwa pengembangan pada suatu kawasan jika tidak terencana dengan baik serta berdasarkan daya dukung kawasan tersebut dapat mengakibatkan dampak eksternal yang cukup signifikan. Kerentanan merupakan salah satu ciri penting pada pulau-pulau kecil dan wilayah pesisirnya juga teridentifikasi sebagai daerah paling rentan terhadap perubahan iklim, misalnya sebagai akibat peristiwa ekstrim dan kenaikan permukaan laut Briguglio 1995; Mimura 1999; Lewis 2009; Bunce 2009. Semua permasalahan yang terjadi pada wilaya pesisir tersebut dapat mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan pulau-pulau kecil. Kualitas lingkungan yang rendah akan memberikan dampak pada meningkatnya potensi kerusakan ekosistem maupun sumberdaya alam di pulau-pulau kecil. Namun disisi lain, ekosistem dan sumberdaya alam yang tersedia memberikan manfaat yang sangat penting bagi manusia atau yang biasa digambarkan sebagai pendukung kehidupan, penyedia bahan dan energi serta sebagai penyerap limbah Gossling 1999. Setiap pemanfaatan atau eksploitasi yang dilakukan akan berdampak jelas terhadap fungsi ekosistem di lingkungan pulau-pulau kecil, dengan kata lain sesungguhnya pembangunan umumnya berdampak pada kualitas lingkungan bagi pulau-pulau kecil, oleh karena itu kajian mendasar perlu dilakukan terhadap sumberdaya di pulau-pulau kecil bagi suatu pengembangan khususnya pengembangan wisata serta disesuaikan dengan kapasitas sumberdaya tersebut serta tingkat kesesuaian dan daya dukungnya. Dengan demikian diperlukan data dasar benchmark dari pulau-pulau kecil yang berpotensi dikembangkan dengan pendekatan yang memperhitungkan kapasitas adaptif ekositem, khususnya ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove dan ekosistem lamun seagrass, besarta kesesuaian dan daya dukungnya, sehingga diperoleh tingkat pemanfaatan ekosistem tersubut sebagai objek wisata berdasarkan kapasitas adaptifnya. Guraici dalam bahasa Ternate terdiri dari kata Gura yang berarti Kebun dan Ici yang artinya kecil, sehingga Guraici dapat diartikan sebagai ”Kebun kecil”. Guraici sendiri adalah salah satu pulau yang terdapat di dalam gugus pulau Guraici, terletak di Kecamatan Koyoa Kabupaten Halmahera Selatan, merupakan salah satu dari gugus pulau kecil yang terdapat di propinsi Maluku Utara. Wilayah ini berjarak ±55 mil laut dari Ternate, dari ibukota Kabupaten Halmahera Selatan berjarak ±44 mil laut serta dari ibukota Kecamatan berjarak ±13 mil laut. Gugus pulau Guraici merupakan kumpulan dari pulau-pulau sangat kecil, terdiri dari sekitar tujuh belas pulau berukuran antara 0,2-215,6 ha, diantaranya terdapat dua pulau berpenduduk yaitu pulau Talimau dan pulau Lelei. Kedua pulau tersebut merupakan pulau terbesar dengan luas pulau Talimau sekitar 215,6 ha dengan jumlah penduduk tercatat sekitar 1.039 jiwa, serta pulau Lelei seluas 61,8 ha, dengan jumlah penduduk sekitar 598 jiwa di tahun 2011. Gugusan pulau tersebut secara geografi terletak pada posisi 127 9’-127 16’ BT dan 0 0’-0 8’ LS, berada disekitar garis katulistiwa ekuator. Ekosistem pesisir utama yang dijumpai pada sebagian besar pulau-pulau tersebut yaitu terumbu karang, mangrove serta lamun. Keberadaan ekosistem terumbu karang yang menyediakan atraksi wisata diantaranya atraksi ikan pari manta mata rey, ekosistem mangrove yang menyediakan atraksi burung laut yang mendiami sebagain pulau tersebut serta atraksi organisme padang lamun, selain pantai berpasir putuh. Menyadari akan potensi yang ada tersebut maka pemerintah propinsi Maluku Utara maupun pemerintah kabupaten Halmahera Selatan mencanagkan wilayah gugus pulau Guraici untuk dikembangkan sebagai salah satu kawasan wisata, disisi lain gugusan ini merupakan kumpulan dari pulau- pulau sangat kecil dan rentan. Keberadaan ekosistem terumbu karang, mangrove dan lamun disamping memberikan manfaat bagi manusia juga memberikan manfaat yang besar bagi pulau-pulau kecil tersebut dalam mereduksi tekanan eksternal yang tinggi terhadap pulau-pulau tersebut Berdasarkan pada beberapa uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang kapasitas adaptif ekologi, khususnya kapasitas adaptif ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove dan ekosistem lamun, kesesuaian maupun daya dukung ekosistem tersebut sebagai komponen ekosistem utama yang ditemukan di gugus pulau Guraici. Penelitian ini dilakukan untuk menditeksi secara dini kondisi ketiga ekosistem tersebut, sehingga pengembangan daerah ini sebagai kawasan wisata dalam jangka panjang tetap bekesinambungan dengan ekosistem yang terjaga sehingga peranan setiap ekosistem tersebut tetap belangsung.

1.2 Perumusan Masalah