Kapasitas Adaptif Ekosistem Terumbu Karang

Faktor kedalaman tersebut sangat berpengaruh terhadap hewan karang berhubungan dengan intensitas cahaya yang masuk kedalam perairan. Cahaya yang masuk kedalam perairan sangat dibutuhkan oleh simbion karang zooxanthellae sebagai penyuplai utama kebutuhan karang sebagai inang Thamrin 2006. Penetrasi cayaha matahari akan merangsang terjadi proses fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang. Tanpa cahaya yang cukup laju fotosintesis akan berkurang, dan secara bersamaan kemampuan karang untuk membentuk terumbu CaCO 3 akan berkurang pula. Pertumbuhan karang akan sangat berkurang saat tingkat laju produksi primer sama dengan respirasinya zona kompensasi yaitu suatu kedalaan terjadinya kondisi intensitas cahaya matahari berkurang sekitar 15-20 dari intensitas cahaya di permukaan Dahuri 2003. 7 Jarak Ekosistem Terumbu Karang Dari Pemukiman Penduduk Jarak suatu ekosistem pesisir seperti ekositem terumbu karang dari aktivitas manusia atau pemukiman penduduk penting untuk ditelaah, karena semakin dekat suatu sumberdaya dengan aktivitas manusia maka sumberdaya tersebut semakin rentan, sebaliknya semakin jauh atau semakin terisolasi suatu sumberdaya dari manusia maka sumberdaya tersebut akan semakin terjaga, Algar et al. 2002. Selain itu Dahuri 2003 menyampaikan bahwa ekosistem terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang sangat rentan terhadap gangguan akibat kegiatan manusia dan pemulihannya memerlukan waktu yang relatif lama. Berdasarkan hasil penelitian ini, ekosistem pesisir yang tedapat pada pulau-pulau dalam gugus pulau Guraici berjarak antara 0,5-6 km dari pemukiman penduduk di pulau Lelei dan pulau Talimau.

5.1.1.1 Kapasitas Adaptif Ekosistem Terumbu Karang

Berdasarkan pada analisis yang dilakukan terhadap setiap parameter untuk menilai kapasitas adaptif ekosistem terumbu karang maka diperoleh hasil pengukuran nilai kapasitas terumbu karang pada pulau-pulau dalam gugus pulau Guraici berkisar antara 0,0-0,58. Nilai-nilai tersebut terdistribusi dalam tiga 3 kelompok kategori kapasitas yaitu “sedang, rendah dan sangat rendah”. Pulau dengan nilai kapasitas terumbu karang “sedang” yaitu sebanyak sepuluh 10 pulau yang terdiri dari P. Rajawali, P. Daramafala, P. Joronga, P. Popaco, P.Tapaya, P. Temo, P. Igo, P. Talimau, P. Lelei, dan P. Kelo. Pulau-pulau tersebut memiliki nilai kapasitas yang berkisar antara 0,54-0,58. Selain itu terdapat tiga 3 pulau dengan kategori kapasitas terumbu karang berkategori “rendah” yaitu P. Guraici, P. Sapang dan P. Salo. Nilai kapasitas adaptif ekosistem terumbu karang pada kegita pulau tersebut berkisar antara 0,33-0,38. Sedangkan pulau-pulau dengan kategori kapasitas adaptif ekosistem terumbu karang “sangat rendah” adalah P.Ubo-Ubo Kecil, P. Ubo-Ubo Besar, P. Sohomao dan P. Sonyiha. Nilai kapasitas keempat pulau tersubut yaitu 0,0. Secara rinci hasil pengukuran dan analisis serta distribusi nilai maupun kategori kapasitas adaptif ekosistem terumbu karang pada pulau-pulau dalam gugus pulau Guraici ditampilkan pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Pengukuran dan Analisis Parameter serta Distribusi Nilai Kapasitas Adaptif Ekosistem Terumbu Karang. No. Pulau PARAMETER KAETK KTG IDTK PTTK DL JJL JJIK KDTK 1. Rajawali 0,142 91,06 CB 7 46 1-9 0,58 S 2. Talimau 0,207 61,2 CM 7 45 1-7 0,58 S 3. Temo 0,248 59,48 CM 6 41 1-9 0,57 S 4. Igo 0,295 59,98 CM 6 41 1-9 0,57 S 5. Joronga 0,262 57,72 CM 7 32 1-10 0,56 S 6. Popaco 0,284 68,64 CM 7 32 1-10 0,56 S 7. Tapaya 0,148 58,84 CM 8 32 1-8 0,56 S 8. Daramafala 0,122 48,62 CM 8 38 1-10 0,55 S 9. Lelei 0,104 59,76 CM 7 46 1-9 0,55 S 10. Kelo 0,220 59,54 CM 6 41 1-9 0,54 S 11. Salo 0,345 59,88 CB 8 32 1-5 0,38 R 12. Guraici 0,14 46,8 ACB 8 49 1-10 0,37 R 13. Sapang 0,2 49,64 CB 7 32 1-10 0,33 R 14. Ubo-Ubo Kecil - - - - - - 0,0 SR 15. Ubo-Ubo Besar - - - - - - 0,0 SR 16. Sohomao - - - - - - 0,0 SR 17. Sonyiha - - - - - - 0,0 SR Ket: IDTK=Indeks Dimensi Terumbu Karang. PTTK=Persentasi Tutupan Terumbu Karang .DL=Dominasi Lifeform. JJL=Jumlah Jenis Lifeform. JJIK=Jumlah Jenis Ikan Karang. KDTK=Kedalaman Terumbu Karang. KAETK=Kapasitas Adaptif Ekosistem Terumbu Karang. KTG=Kategori. S=Sedang. R= Rendah. SR=Sangat Rendah. Tinggi atau rendahnya kapasitas adaptif ekosistem terumbu karang pada suatu perairan sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya. Faktor luas dan penyebaran terumbu karang yang membentuk indeks dimensi terumbu karang, faktor persentasi tutupan karang dan faktor dominasi lifeform adalah tiga faktor yang sangat berpengaruh pada tinggi rendahnya kapasitas ekosistem terumbu karang, selanjutnya diikuti oleh faktor jumlah jenis lifeform, jumlah spesies ikan karang, kedalaman terumbu karang serta jarak dari aktivitas manusia atau pemukiman penduduk. Semakin tinggi nilai faktor-faktor tersebut, maka akan semakin tinggi kapasitas ekosistem terumbu karang pada suatu pulau dan sebaliknya. Kapasitas ekosistem terumbu karang pada perairan pulau Rajawali dengan kategori “sedang” serta memiliki nilai kapasitas tertinggi dipengahuri oleh faktor dominasi lifeform yang umumnya didominasi oleh karang masif coral massive yang mencapai 43,14 , dengan banyak ditemukan karang yang berukuran relatif kecil, menandakan bahwa proses recover atau rekruitmen sedang berlangsung. Van Moorsel 1985; Golbuu et al. 2007, mengemukakan bahwa secara konvensional rekruitmen karang dihabitat alami dapat dipantau berdasarkan jumlah anakan karang atau juvenil yang diidentifikasi sebagai koloni karang berukuran ≥ 5 cm. Miller et al. 2000 menyatakan ukuran 2 dan 5 cm. McClanahan et al. 2005 berukuran 0,5-5,0 cm, dan menurut Edmunds et al. 2004 berukuran antara 2-40 mm. Keadaan ini ditunjang juga oleh kondisi tutupan karang yang tinggi yaitu sekitar 79,72 , kombinasi kedua parameter tersebut memberikan kontribusi yang tinggi, disamping parameter jumlah spesies ikan karang, jumlah jenis lifeform, jarak dari aktivitas manusia dan kedalaman terumbu karang. Selain itu walupun indeks dimensi ekosistem terumbu karang yang menggambarkan luas serta penyebaran terumbu karang di wilayah ini tergolong sangat rendah, namun karena ditujang oleh faktor lainnya seperti jarak dari pemukiman atau aktivitas manusia yang relatif jauh sekitar 2-6 km, menyebabkan ekosistem terumbu karang pada wilayah ini relatif jarang tersentuh. Alger et al. 2002 menyatakan bahwa semakin dekat suatu sumberdaya dengan aktivitas manusia maka sumberdaya tersebut semakin rentan, sebaliknya semakin jauh atau semakin terisolasi suatu sumberdaya dari manusia maka sumberdaya tersebut akan semakin terjaga. Selain itu wilayah pulau ini merupakan salah satu pulau paling terluar diantara pulau lainnya dalam gugus pulau Guraici. Sebagaimana pulau Rajawali, kondisi kapasitas ekosistem terumbu karang di pulau Joronga, P. Popaco serta P. Tapaya, maupun pulau lainnya yang juga tergolong berkapasitas “sedang”, keadaan ini sangat dipengaruhi oleh faktor dominasi lifeform, dalam hal ini ketiga pulau tersebut juga didominasi oleh lifeform karang masif yang memiliki kapasitas lebih tinggi dibandingkan lifeform lainnya, kondisi ini juga ditunjang persetasi tutupan karang pada ketiga pulau tersebut dengan kategori sedang 49,76-55,78 , jumlah jenis lifeform maupun jumlah spesies ikan karang, kombinasi dari faktor-faktor tersebut sangat menentukan kapasitas ekosistem terumbu karang pada ketiga ekosistem tersebut. Walaupun demikian sebagaimana halnya dengan pulau Rajawali, ketiga pulau ini juga memiliki indeks dimensi yang tergolong sangat rendah, yang mengindikasikan bahwa sebaran terumbu karang yang sempit ataupun penyebaran yang tidak merata, serta jarak ekosistem tersebut dari aktivitas manusia yang tergolong sedang, mengindikasikan kawasan ini mudah dijangkau oleh penduduk disekitarnya Alger et al. 2002. Gugus pulau Guraici dengan sekitar 17 pulau yang diteliti dalam penelitian ini, sepuluh 10 pulau diantaranya memiliki kapasitas adaptif terumbu karang yang tegolong “sedang” pulau-pulau tersebut adalah pulau Rajawali. P. Talimau, P. Temo. P. Igo, P. Joronga, P. Popaco, P. Tapaya. P. Daramafala, P. Lelei dan P. Kelo. Pada dasarnya kapasitas adaptif ekosistem terumbu karang pada pulau- pulau tersebut sangat dipengaruhi oleh tujuh parameter yang umum tergolong “sedang, rendah dan sangat rendah”, kecuali parameter dominasi lifeform yang didominasi karang masif dengan kategori sangat tinggi. Selanjutnya terdapat tiga pulau dengan kategori kapasitas adaptif terumbu karang “rendah” yaitu pulau Salo, P. Sapang dan P. Guraici, hal ini dipengaruhi oleh peranan parameter penting yang terlong sangat rendah seperti parameter indeks dimensi yang mengindikasikan luas serta penyebaran ekosistem terumbu karang dan parameter dominasi lifeform yang didominasi oleh karang bercabang coral brancing maupun parameter-parameter lainnya yang tergolong tergolong sedang dan rendah, sehingga memberikan kontribusi yang besar terhadap tinggi atau rendahnya kapasitas adaptif ekosistem terumbu karang pada perairan sekitar pulau-pulau tersebut. Pulau Ubo-Ubo Kecil, P. Ubo-Ubo Besar, P. Sohomao, dan P. Sonyiha adalah empat pulau dengan kapasitas adaptif ekosistem terumbu karang berkategori “sangat rendah”, keadaan ini disebabkan oleh tidak ditemukannya ekosistem terumbu karang pada perairan sekitarnya, sehingga dengan demikian peranan terumbu karang sebagai pelindung garis pantai dan daratan suatu pulau yang pada akhirnya meningkatkan kapasitas adaptif suatu pulau tidak belangsung pada pulau-pulau tersebut. Penyebaran ekosistem terumbu karang pada perairan sekitar pulau-pulau dalam gugus pulau Guraici yang juga menggambarkan distribusi kapastas ekosistem terumbu karang ditampilkan pada Gambar 22. 1 2 Gambar 21. Peta sebaran terumbu karang pada setiap pulau dalam gugus pulau Guraici.

5.1.2 Ekosistem Mangrove