terumbu tepi fringing reef, kemudian berubah menjadi terumbu penghalang barrier reef dan terakhir berubah menjadi pulau atol. Proses
pembentukannya disebabkan oleh adanya gerakan kebawah subsidence dari pulau vulkanik semula dan oleh pertumbuhan vertikal terumbu karang.
Contoh pulau atol di Indonesia adalah pulau-pulau tukang besi dan Takabonerate.
2.3 Karaktersitik Pulau-Pulau Kecil
Ditinjau dari perspektif biologi, banyak pulau bersifat biotop-biotop kecil, memiliki fauna terrestrial nonmigratory dan terisolasi dari benua-benua sehingga
pergerakan atau pertukaran genetik dengan benua sangat kecil sehingga mendorong ke arah terjadinya adaptasi lokal dan endemisme atau adanya
spesies endemik Rosenzweig 1995; Vicente 1999. Dampak dari perubahan antropogenik atau alami jauh lebih cepat terlihat di
pulau-pulau kecil dibanding daratan atau pulau yang lebih besar Brookfield 1990. Selain itu, pulau yang mempunyai area terbatas, memiliki kapasitas yang
terbatas dari penyangga atau resiko-resiko alami atau gangguan antropogenik. Secara geologi, geomorfologi dan geografi, pulau-pulau memiliki
perbedaan baik secara fisik, biologi, iklim, sosial, politik, budaya, dan karakteristik etnis suku, maupun didalam langkah pembangunan ekonominya. Namun
mereka memiliki beberapa karakteristik yang tidak hanya mempersatukan mereka sebagai suatu kategori yang terpisah.
Pulau kecil dapat dikelompokkan atas 2 dua kelompok yakni: pulau oseanik dan pulau kontinental. Pulau oseanik terdiri atas pulau karang dan pulau
vulkanik Salm et al. 2000 in Bengen 2004. Sebagian besar pulau-pulau kecil adalah pulau oseanik serta memiliki karakteristik yang berbeda dengan pulau
kontinental baik ditinjau dari aspek ukuran maupun stabilitas dan pegunungannya Tabel 1. Bengen 2004 menyampaikan bahwa secara umum pulau kecil
memiliki karakteristik biogeofisik yang menonjol sebagai berukut: 1. Terpisah dari habitat pulau induk mainland island, sehingga bersifat insular,
2. Memiliki sumber air tawar yang terbatas baik air permukaan maupun air tanah, mempunyai daerah tangkapan air yang relatif kecil, sehingga sebagian
besar aliran air permukaan dan sedimen masuk ke laut, 3. Peka dan rentan terhadap pengaruh eksternal, baik alami maupun akibat
kegiatan manusia seperti badai, gelombang besar dan pencemaran, 4. Memiliki sejumlah spesies endemik yang bernilai ekologis tinggi,
5. Area perairannya lebih luas dari area daratannya dan relatif terisolasi dari daratan utama benua ataupun pulau besar,
6. Tidak mempunyai hinterland yang jauh dari pantai, Selain itu DKP 2001 juga menyampaikan bahwa ekosistem dan
lingkungan suatu pulau kecil memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Berukuran kecil,
2. Sumberdaya alam yang terbatas dan rentan, sehingga diperlukan ketentuan yang ketat dalam pemanfaatan dan pengelolaannya,
3. Rentan terhadap bencana alam seperti badai dan siklon, 4. Bahan organik alami keanekaragaman yang terbatas,
5. Tempat hidup spesies endemik karena letaknya terpisah dari daratan besar serta kompetitornya terbatas,
6. Keseimbangan ekologis akan terganggu jika sifat keterisolasiannya dilanggar 7. Kondisi iklim tidak banyak berfluktuasi, namun perubahan iklim yang besar
akan memberikan dampak negatif yang kuat terhadap pulau kecil, 8. Keanekaragaman hayati laut berlimpah,
9. Perubahan di daratan berdampak hampir langsung terhadap lingkungan pantai dan perairan lautnya.
Griffith dan Inniss 1992; Beller 1990 menyampaikan bahwa karakteristik pulau-pulau kecil yang sangat menonjol adalah terpisah dari habitat pulau induk
sehingga bersifat insular, memiliki persedaiaan air tawar yang terbatas termasuk air tanah atau air permukaan, rentan terhadap gangguan eksternal baik alami
maupun akibat kegiatan manusia, memiliki spesies endemik yang memiliki fungsi ekologi yang tinggi, serta tidak memiliki daerah hinterland. Brookfield 1990
menjelaskan beberapa karakterisitik yang dijumpai di pulau-pulau kecil dan berkaitan dengan lingkungan hidup adalah bahwa pulau kecil mempunyai daerah
resapan air catchment area yang relatif sempit sehingga ketersediaan air tanah sangat rentan terhadap intrusi air laut; pulau kecil juga mempunyai wilayah
pesisir yang sangat terbuka, hal ini menyebabkan lingkungannya mudah dipengaruhi oleh gelombang besar ataupun Tsunami; spesies organisme yang
hidup di pulau-pulau kecil umumnya bersifat endemik dan memiliki perkembangan yang lambat sehingga mudah tersaingi spesies dari luar; pada
pulau-pulau kecil, sumberdaya alam yang dikandungnya sangat terbatas baik mineral, kehutanan, pertanian bahkan air tawar.
Tabel 1. Perbandingan karaktersitik pulau oseanik, pulau daratan kontinental dan pulau Benua.
Pulau Oseanik Pulau Kontinental
Benua
Karaktersitik Geografis
• Jauh dari benua
• Dikelilingi oleh laut luas
• Area daratan kecil
• Suhu udara stabil
• Iklim sering berbeda
dengan pulau besar terdekat
• Dekat dari benua
• Dikelilingi sebagian oleh laut
yang sempit •
Area daratan besar •
Suhu agak bervariasi •
Iklim mirip benua terdekat •
Area daratan sangat besar •
Suhu udara bervariasi •
Iklim musiman
Karakteristik geologi
• Umumnya karang atau
vulkanik •
Sedikit mineral penting •
Tanahnya porous permeabel
• Sedimen atau metamorfosis
• Beberapa mineral penting
• Beragam tanahnya
• Sedimen atau
metamorfosis •
Beberapa mineral penting •
Beragam tanahnya
Karakteristik Biologi
• Keanekaragaman hayati
rendah •
Pergantian spesies tinggi •
Tinggi pemijahan massal hewan laut bertulang
belakang •
Keanekaragaman hayati sedang
• Pergantian spesies agak
rendah •
Sering pemijahan masal hewan laut bertulang
belakang •
Keanekaragaman hayati tinggi
• Pergantian spesies
biasanya rendah •
Sedikit pemijahan masal hewan laut bertulang
belakang
Karakteristik Ekonomi
• Sedikitnya sumberdaya
daratan •
Sumberdaya laut lebih penting
• Jauh dari pasar
• Sumberdaya daratan agak
luas •
Sumberdaya laut lebih penting
• Lebih dekat dengan pasar
• Sumberdaya daratan luas
• Sumberdaya laut sering
tidak penting •
Pasar relatif mudah
Sumber : Salm et al. 2000 in Bengen 2004. Retraubun 2000 menjelaskan bahwa kurangnya pembangunan yang
belangsung di pulau-pulau kecil disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yakni karena ukurannya yang sangat kecil maka kebanyakan pulau-pulau kecil
tersebut tidak berpenghuni; adapun yang berpenghuni namun jumlah penduduknya sangat sedikit sehingga jarang dijadikan sebagai prioritas utama;
wilayah pulau-pulau kecil cenderung terisolasi sehingga investasi yang diperlukan relatif besar untuk membangun prasarana perhubungan laut;
kurangnya kepastian perlindungan hak maupun kepastian berusaha; selama ini pembangunan nasional lebih berorientasi ke darat.
Selain itu Hutabarat et al. 2009 menambahkan bahwa pulau-pulau kecil yang mempunyai karakteristik-karakteristik berikut ini sangat berarti bagi
pengelolaan dan perencanaan kawasan konservasi yaitu:
a. Pulau-pulau biasanya terisolasi, baik secara biologi dengan kolonisasi organisme yang terbatas dan memiliki kecenderungan untuk punahnya suatu
spesies maupun untuk pengelolaan jauh terpencil, sulit diakses, dan sulit dijaga.
b. Ukurannya yang kecil dapat menyebabkan bermukimnya para aparat atau peneliti, meski hanya sementara sekalipun, menjadi sulit dan mereka mudah
terkena dampak gangguan alam misal badai tropis ataupun gangguan yang berhubungan dengan ulah manusia.
c. Terkecuali pulau kontinental, biasanya pulau kecil memiliki usia geologi yang masih muda dan lingkungan yang dinamis.
d. Keanekaragaman spesies biasanya rendah dan perpindahan spesies mungkin tinggi. Sehingga dibutuhkan perhatian khusus untuk mengontrol
aktivitas yang mungkin menghambat masuknya spesies atau mempercepat kepunahan.
e. Terlihat adanya hubungan yang jelas antar parameter dari keanekaragaman habitat misal area pulau dan ketinggian, derajat isolasi misal dari jarak
pulau utama atau sumber koloni organsime lainnya dan susunan pulau yang seperti batu pijakan, dan keanekaragaman spesies, yang harus ikut
diperhitungkan ketika melakukan seleksi, pembuatan desain, dan pengelolaan kawasan kosnervasi di pulau kecil.
f. Pulau-pulau kecil lebih atau kurang terisolasi secara genetik, yang memberikan peluang terjadinya perbedaan karena evolusi. Karena alasan
tersebut, pulau kecil memungkinkan untuk kaya akan spesies endemik, yang menambahkan nilai konservasinya.
g. Sebaliknya, spesies tertentu yang turut menggunakan pulau khususnya burung laut, camar, singa laut dan kura-kura persebarannya lebih luas,
spesies pulau tumbuhan dan hewan dapat berkembang tanpa predator dan karena hal itu menjadi lebih jinak hewan atau tanpa pertahanan diri yang
cukup tumbuhan dan hewan dan mudah diserang spesies predator atau herbivora yang masuk.
h. Pulau-pulau berkarang merupakan lingkungan yang peka, yang jika diganggu mungkin akan menghilang sama sekali seperti halnya cagar alam pulau
Mawizi di Tanzania. Angin dapat mengikis pantai dan bukit pasir jika vegetasi
pengikat pasir terinjak mati atau hilang. Gelombang dan arus laut dapat mengikis seluruh pulau jika bukit karang rusak karena penambangan atau
penggalian saluran ke tempat dangkal.
2.4 Kriteria Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil