Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk Urea Dunia terhadap

179

7.3. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk Dunia terhadap

Kinerja Perdagangan Pupuk Dampak liberalisasi perdagangan pupuk terhadap kinerja perdagangan pupuk dalam penelitian ini disimulasikan dengan beberapa skenario utama yang meliputi: a liberalisasi perdagangan pupuk urea, b liberalisasi perdagangan pupuk TSP, c liberalisasi perdagangan pupuk KCl, dan d liberalisasi perdagangan ketiga pupuk tersebut. Keempat skenario tersebut akan disimulasikan melalui penghapusan intervensi di Indonesia saja kemudian dilanjutkan dengan skenario gabungan penghapusan intervensi di Indonesia dan juga penghapusan intervensi di negara lain. Hasil analisis pada Lampiran 4 tentang simulasi liberalisasi perdagangan dunia baik urea, TSP maupun KCl menunjukkan bahwa perubahan yang besar pada urea karena liberalisasi perdagangan pupuk urea dunia tidak begitu banyak membawa pengaruh pada perubahan perdagangan jenis pupuk lainnya di pasar internasional. Atau dengan kata lain, integrasi di pasar internasional untuk ketiga jenis pupuk ini relatif kurang kuat, sehingga dalam analisis ini disampaikan liberalisasi perdagangan pupuk urea, TSP dan KCl dalam konteks pasar masing- masing jenis pupuk.

7.3.1. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk Urea Dunia terhadap

Kinerja Perdagangan Pupuk Urea Indonesia dan Dunia Dampak liberalisasi perdagangan pupuk urea terhadap perdagangan pupuk urea domestik dan dunia sebagaimana disajikan dalam Tabel 37. Liberalisasi perdagangan pupuk urea telah menyebabkan harga pupuk urea dunia turun sebesar 7.63 persen. 180 Tabel 37. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk Urea Dunia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk Urea pada tahun 2004 – 2010 Variabel Dasar Simulasi Urea Dunia Perubahan Produksi Urea 8471.00 9641.00 13.8118 Permintaan Urea 5032.00 4365.00 -13.2552 Permintaan Urea Perkebunan 793.78 815.06 -2.6809 Permintaan Urea T. Pangan 3838.00 3150.00 -17.9260 Harga Urea 457.57 871.80 90.5265 Ekspor Urea 2892.00 3861.00 33.5062 Ekspor Urea Indonesia ke Vietnam 1155.00 1622.00 40.4329 Ekspor Urea Indonesia ke Taiwan 447.98 635.46 41.8505 Ekspor Urea Indonesia ke Philipina 165.71 212.06 27.9683 Ekspor Urea Indonesia ke Thailand 498.85 694.76 39.2729 Ekspor Urea Indonesia ke Malaysia 179.20 251.66 40.4343 Ekspor Urea Soviet 4523.00 4632.00 2.4099 Ekspor Urea Canada 945.58 810.65 -14.2698 Ekspor Urea Rumania 354.25 342.56 -3.2999 Ekspor Urea Arab Saudi 931.69 926.34 -0.5743 Ekspor Urea USA 356.00 344.73 -3.1640 Impor Urea USA 2124.00 2146.00 1.0358 Impor Urea Vietnam 1206.00 1544.00 28.0265 Impor Urea Austalia 734.30 736.07 0.2417 Impor Urea Thailand 653.87 670.56 2.5523 Harga Urea Dunia 0.16 0.15 -7.6341 Ditinjau dari aspek domestik Indonesia, adanya liberalisasi perdagangan pupuk menyebabkan harga pupuk domestik meningkat sebesar 90 persen . Hal ini terjadi karena adanya pencabutan subsidi pupuk. Dampak lebih lanjutnya adalah produksi pupuk urea domestik meningkat 13 persen yang diikuti dengan jumlah ekspor meningkat sebesar 35 persen yang terdistribusi ke seluruh negara tujuan ekspor pupuk Indonesia. Namun, adanya peningkatan harga pupuk urea domestik ini menyebabkan permintaan pupuk urea menjadi turun sekitar 13 persen, yang terjadi pada permintaan pupuk urea untuk tanaman pangan. 181 Pada negara-negara pengeskpor utama pupuk urea, dampak yang ditimbulkan dengan adanya liberalisasi perdagangan pupuk adalah tidak sama tergantung restriksi yang dilakukan. Secara umum terjadi penurunan volume ekspor pupuk urea untuk negara Kanada, Rumania, Arab Saudi dan USA masing- masing, turun sebesar 14.7 persen, 3.30 persen, 0.57 persen dan 3.16 persen. Sedangkan untuk Soviet terjadi peningkatan volume ekspor pupuk ureanya yaitu sebesar 2.41 persen. Pada negara pengimpor utama, dimana negara yang dipertimbangkan dalam model ini adalah USA, Vietnam, Australia, Thailan. Adanya liberalisasi perdagangan pupuk urea menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah volume impor pupuk urea. Impor urea USA meningkat sebesar 1.03 persen, impor urea oleh Vietnam meningkat sebesar 28.03 persen Australia dan Thailand masing- masing meningkat sebesar 0.24 dan 2.55 persen. Hal ini dapat terjadi karena menurunkan harga pupuk urea dunia yaitu sebesar 7.63 persen, serta tidak adanya rintangan lagi untuk mengimpor. 7.3.2. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk TSP Dunia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk TSP Indonesia dan Dunia Indonesia walaupun telah mampu memproduksi pupuk TSP, namun untuk pemenuhan kebutuhan domestik masih belum mencukupi sehingga dipenuhi melalui impor. Adanya liberalisasi perdagangan pupuk TSP tentu saja akan mempengaruhi aspek produksi, konsumsi, dan impor pupuk TSP Indonesia. Dampak liberalisasi perdagangan pupuk TSP terhadap kinerja perdagangan pupuk TSP domestik dan dunia disajikan dalam Tabel 38. 182 Tabel 38. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk TSP Dunia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk TSP pada tahun 2004 – 2010 Endogen Dasar Simulasi TSP Dunia Perubahan Produksi TSP 486.8435 529.93 8.8507 Penawaran TSP 1228 1247.00 1.5472 Permintaan TSP 1183 729.80 -38.3097 Permintaan TSP Perkebunan 127.6582 114.01 -10.6882 Permintaan TSP Pangan 1001 561.40 -43.9165 Harga TSP 1005 1218.00 21.1940 Ekspor TSP USA 250.3585 254.42 1.6209 Ekspor TSP Tunisia 434.9755 395.31 -9.1181 Ekspor TSP Maroko 321.6816 321.83 0.0455 Ekspor TSP Dunia 1810 1774.00 -1.9890 Impor TSP Indonesia dari USA 155.0127 141.29 -8.8501 Impor TSP Indonesia dari Maroko 360.8246 357.56 -0.9048 Impor Urea Indonesia dari Tunisia 176.1079 168.19 -4.4970 Impor TSP Indonesia 741.6281 716.73 -3.3579 Impor TSP Irlandia 249.186 249.15 -0.0128 Impor TSP Brasil 212.2009 212.03 -0.0821 Impor TSP Dunia 1817 1792.00 -1.3759 Harga TSP Dunia 0.1429 0.14 0.5598 Liberalisasi perdagangan pupuk TSP telah menyebabkan harga pupuk TSP dunia meningkat walaupun peningkatannya relatif kecil. Ditinjau dari sisi kondisi domestik, adanya liberalisasi perdagangan pupuk menyebabkan harga pupuk domestik meningkat sebesar 21 persen karena adanya pencabutan subsidi pupuk, sehingga berakibat meningkatnya produksi pupuk domestik 8.8 persen. Adanya peningkatan harga pupuk TSP domestik penyebabkan permintaan pupuk TSP menjadi turun sekitar 38 persen, yang terjadi pada permintaan untuk tanaman pangan dengan penurunan sebesar 44 persen dan untuk perkebunan sebesar 10.68 persen. Sedangkan ditinjau dari segi impor, adanya liberalisasi perdagangan pupuk TSP ini menyebabkan terjadinya penurunan impor pupuk TSP dari seluruh negara asal impor, dimana hal ini 183 disebabkan karena terjadinya peningkatan harga pupuk TSP dunia dan juga karena melemahnya dorongan permintaan dari sektor pertanian baik tanaman pangan maupun perkebunan harga domestik meningkat. Pada negara-negara eskpor utama pupuk TSP, dampak yang ditimbulkan dengan adanya liberalisasi perdagangan pupuk TSP ini menyebabkan peningkatan volume ekspor pada negara USA dan Maroko walaupun relatif kecil. Sedangkan pada negara Tunisia, volume ekspornya justru turun yang diduga karena telah tidak adanya lagi subsidi ekspor. Pada negara pengimpor utama, adanya liberalisasi perdagangan pupuk TSP menyebabkan terjadinya penurunan jumlah volume impor pupuk TSP pada seluruh negara pengimpor utama walaupun penurunannya relatif kecil. 7.3.3. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk KCl Dunia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk KCl Indonesia dan Dunia Indonesia sampai saat ini tidak memproduksi pupuk KCl, sehingga ketersediaannya dipenuhi melalui impor. Penggunaan pupuk KCl di Indonesia relatif kecil dibandingkan dengan pupuk urea maupun TSP. Kondisi ini tentunya terkait dengan tingkat harga pupuk ini yang relatif tinggi dibandingkan dengan pupuk urea ataupun TSP. Dampak liberalisasi perdagangan pupuk KCl terhadap perdagangan pupuk KCl domestik dan dunia sebagaimana disajikan dalam Tabel 39. Liberalisasi perdagangan pupuk KCl telah menyebabkan harga pupuk KCl dunia meningkat walaupun peningkatannya relatif kecil 1.57 persen. Di Indonesia, dimana kebutuhan KCl-nya dipenuhi melalui impor, adanya liberalisasi perdagangan 184 relatif kurang berdampak terhadap volume impor Indonesia dari seluruh negara asal impor kurang dari 0.5 persen. Sedangkan harga KCl domestik meningkat sebesar 2 persen karena adanya pencabutan subsidi pupuk KCl. Adanya peningkatan harga pupuk KCl domestik ini menyebabkan permintaan pupuk KCl menjadi turun baik pada permintaan pupuk untuk tanaman pangan maupun perkebunan. Tabel 39. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk KCl Dunia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk KCl pada tahun 2004 – 2010 Variabel Mean Liberalisasi perdagangan KCl Dunia Perubahan Penawaran KCl 552.114 552.3877 0.0496 Permintaan KCL 422.955 416.7284 -1.4722 Permintaan KCL Perkebunan 20.6544 17.2095 -16.6788 Permintaan KCl Pangan 218.0497 215.268 -1.2757 Harga KCl 1437 1477 2.7836 Ekspor KCl Kanada 9256 9294 0.4105 Ekspor KCL Jerman 2509 2324 -7.3735 Ekspor KCl Yordania 6373 5839 -8.3791 Ekspor KCl dunia 22476 21795 -3.0299 Impor KCL Indonesia dari Kanada 42.0271 42.2102 0.4357 Impor KCL Indonesia dari Jerman 23.0068 23.0436 0.1600 Impor KCL Indonesia dari Yordania 48.5115 48.5653 0.1109 Impor KCl Indonesia 552.114 552.3877 0.0496 Impor KCL Cina 2913 2762 -5.1837 Impor KCl Brazil 2253 2241 -0.5326 Impor KCL Dunia 20047 19885 -0.8081 Harga KCl dunia 0.1971 0.2002 1.5728 Dampak yang ditimbulkan dengan adanya liberalisasi perdagangan pupuk KCl pada negara-negara eskpor utama adalah menyebabkan peningkatan volume ekspor pada negara kanada walaupun relatif kecil, sedangkan pada negara Jerman dan Yordania volume ekspornya justru mengalami penurunan yang diduga karena telah tidak adanya lagi subsidi ekspor. Sedangkan untuk negara pengimpor utama, 185 adanya liberalisasi perdagangan pupuk KCl menyebabkan terjadinya penurunan jumlah volume impor walaupun dampaknya relatif kecil yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan harga KCl dunia. 7.3.4. Dampak Liberalisasi perdagangan Pupuk Urea Dunia terhadap Kinerja Sektor Pertanian Secara rinci hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan pupuk urea terhadap sektor pertanian Indonesia disajikan dalam Tabel 40. Secara umum dampak yang ditimbulkan dengan adanya liberalisasi perdagangan pupuk urea menyebabkan adanya peningkatan harga output hasil pertanian. Hal ini terjadi karena adanya liberalisasi perdagangan pupuk urea menyebabkan harga pupuk di pasaran domestik meningkat. Peningkatan harga pupuk urea ini menyebabkan terjadinya penurunan luas areal, produktifitas maupun produksi hasil pertanian. Sementara untuk komoditas pertanian yang berorientasi ekspor dalam hal ini komoditas perkebunan terjadi penurunan ekspor, sedangkan pada komoditas pertanian yang masih impor dalam hal ini komoditas padi, jagung dan kedele terjadi peningkatan impor. Dampak yang ditimbulkan dengan adanya liberalisasi perdagangan pupuk urea ini, ditinjau dari jenis komoditasnya, yang paling dipengaruhi adalah kelapa sawit, jagung dan kedele. Sementara untuk tanaman padi pengaruhnya relatif kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin komersial usahatani dilakukan akan semakin besar pengaruh liberalisasi perdagangan pupuk. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan Situmorang et. Al. 1995 yakni respon petani terhadap penggunaan pupuk relatif tidak berbeda baik sebelum maupun sesudah diberlakukannya kebijaksanaan penyesuaian harga. 186 Tabel 40. Dampak Liberaliasi Perdagangan Dunia Pupuk Urea Dunia terhadap Kinerja Sektor Pertanian Indonesia pada tahun 2004 – 2010 Variabel Dasar Liberalisasi perdagangan Urea Perubahan Areal Kelapa Sawit 4199.00 4199.00 0.0000 Produktifitas Kelapa sawit 25.99 23.94 -7.8717 Produksi kalapa sawit 109183.00 99629.00 -8.7504 Penawaran CPO 18998.00 17335.00 -8.7536 Ekspor CPO 8082.00 7395.00 -8.5004 Permintaan CPO 15972.00 15956.650 -0.0961 Harga CPO 0.39 0.39 0.1558 Areal teh 169.47 169.47 0.0002 Produktifitas teh 1.13 1.12 -0.2307 Ekspor teh 111.07 110.83 -0.2101 Permintaan Teh 181.89 181.65 -0.1282 Harga Teh 0.30 0.30 -0.0335 Areal Kakao 481.95 456.16 -5.3524 Produktifitas Kakao 1.06 1.05 -0.7806 Penawaran Kakao 513.16 491.75 -4.1732 Ekspor Kakao 334.60 332.06 -0.7579 Permintaan Kakao 420.58 418.04 -0.6029 Harga Kakao Indonesia 0.54 0.54 0.2949 Areal Padi Indonesia 12580.00 12326.00 -2.0191 Produktifitas padi 4.50 4.49 -0.0067 Produksi padi 56680.00 55504.00 -2.0748 Produksi beras 36842.00 36078.00 -2.0737 Impor Beras 3011.00 3011.00 0.0000 Penawaran Beras 39852.00 39089.00 -1.9146 Harga Beras 4536.00 4542.00 0.1323 Permintaan Beras 36642.00 36487.041 -0.4229 Areal Jagung 3773.00 3549.00 -5.9369 Produktifitas Jagung 3.00 2.97 -0.9861 Produksi Jagung 11361.00 10550.00 -7.1385 Impor Jagung 393.17 440.61 12.0647 Penawaran Jagung 4167.00 3989.00 -4.2717 Harga Jagung 264.08 268.14 1.5406 Permintaan Jagung 4189.00 4188.263 -0.0176 Areal Kedelai 1549.00 1245.00 -19.6256 Produktifitas Kedelai 1.71 1.67 -1.9906 Impor Kedelai 785.14 814.74 3.7698 Penawaran Kedelai 3465.00 2899.00 -16.3348 Permintaan Kedelai 2723.00 2699.00 -0.8814 Harga Kedelai 10306.00 10401.00 0.9218 187 Beberapa faktor juga dapat digunakan dalam menganalisis kecilnya pengaruh kenaikan harga urea terhadap penurunan areal padi adalah: pertama berkenaan dengan corak bercocok tanam petani Indonesia yang cenderung masih belum komersial dalam arti yang sepenuhnya. Petani masih mempertimbangkan faktor non-ekonomi dalam bercocok tanam seperti kebiasaan, kesenangan dengan memiliki padiper beras dari produksi sendiri, dan lain-lain. Kedua¸ berkenaan dengan persepsi yang sangat kuat dalam benak petani positioning bagi produk pupuk urea yang selalu digunakan petani dalam proses produksinya. Hal ini menjadi sangat berpengaruh pada perolehan perubahan areal padi sebagai respon atas kenaikan harga pupuk tersebut. 7.3.5. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk TSP Dunia terhadap Kinerja Sektor Pertanian Dampak liberalisasi perdagangan pupuk TSP terhadap sektor pertanian Indonesia disajikan dalam Tabel 41. Secara umum dampak yang ditimbulkan dengan adanya liberalisasi perdagangan pupuk TSP ini serupa dengan dampak yang ditimbulkan pada liberalisasi perdagangan urea. Liberaliasasi perdagangan pupuk TSP akan menyebabkan adanya peningkatan harga output hasil pertanian walaupun pengaruhnya relatif kecil, yakni kurang dari 2 dua persen. Dampak liberalisasi perdagangan pupuk TSP ini pengaruhnya lebih besar komoditas tanaman pangan dibandingkan pada sektor perkebunan. Keadaan menunjukkan bahwa pada sektor pertanian tanaman pangan permintaan pupuk TSP lebih responsif dibandingkan tanaman perkebunan. Hal ini terjadi karena petani tanaman perkebunan hampir selalu menggunakan pupuk TSP sementara pada petani tanaman pangan sangat tergantung harganya. 188 Tabel 41. Dampak Liberaliasi Perdagangan Pupuk TSP Dunia terhadap Kinerja Sektor Pertanian Indonesia pada tahun 2004 – 2010 Variabel Dasar Simulasi TSP Perubahan Areal Kelapa Sawit 4199 4200.00 0.0238 Produktifitas Kelapa sawit 25.988 25.51 -1.8435 Produksi kalapa sawit 109183 107157.00 -1.8556 Penawaran CPO 18998 18645.00 -1.8581 Ekspor CPO 8082 7937.00 -1.7941 Permintaan CPO 15972 15968.742 -0.0204 Harga CPO 0.385 0.39 0.1039 Areal Teh 169.4698 169.44 -0.0175 Produktifitas Teh 1.1268 1.12 -0.7987 Ekspor Teh 111.0671 109.91 -1.0460 Permintaan Teh 181.8875 180.73 -0.6387 Harga Teh 0.2984 0.30 -0.2681 Areal Kakao 481.9534 472.44 -1.9743 Produktifitas Kakao 1.0569 1.05 -0.2876 Penawaran Kakao 513.1623 502.26 -2.1245 Ekspor Kakao 334.598 332.50 -0.6281 Permintaan Kakao 420.5778 418.48 -0.4997 Harga Kakao Indonesia 0.5358 0.54 0.1512 Areal Padi Indonesia 12580 12309.00 -2.1542 Produktifitas padi 4.4952 4.43 -1.4171 Produksi padi 56680 54670.00 -3.5462 Produksi beras 36842 35536.00 -3.5449 Impor Beras 3011 3164.00 5.0814 Penawaran Beras 39852 38700.00 -2.8907 Harga Beras 4536 4568.00 0.7055 Permintaan Beras 36642 35700.227 -2.5702 Areal Jagung 3773 3658.00 -3.0480 Produktifitas Jagung 3.0016 2.98 -0.8396 Produksi Jagung 11361 10918.00 -3.8993 Impor Jagung 393.1719 431.91 9.8515 Penawaran Jagung 4167 4090.00 -1.8479 Harga Jagung 264.0761 267.28 1.2148 Permintaan Jagung 4189 4188.263 -0.0176 Areal Kedelai 1549 1473.00 -4.9064 Produktifitas Kedelai 1.708 1.69 -1.1827 Impor Kedelai 785.1444 788.17 0.3854 Penawaran Kedelai 3465 3303.00 -4.6753 Permintaan Kedelai 2723 2703.00 -0.7345 Harga Kedelai 10306 10558.00 2.4452 189

7.3.6. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk KCl Dunia terhadap Kinerja Sektor Pertanian