Analisis Simulasi Kebijakan METODE PENELITIAN

84 Indikator lain yang dapat digunakan dalam menjelaskan validasi model adalah nilai koefisien determinasi R 2 dari peubah endogen aktual terhadap peubah eksogen simulasi dasar. Semakin besar nilai R 2 dari setiap persamaan menunjukan semakin besar variasi perubahan peubah endogen aktual yang dapat dijelaskan oleh peubah endogen simulasi dasar yang berarti model semakin baik. Sebelum melakukan peramalan pada masa mendatang terkait dengan kondisi perpupukan Indonesia, maka kevalidan dari model tersebut perlu dilakukan pengujian lebih dahulu. Kadang-kadang dalam model dengan menggunakan persamaan yang banyak dan sangat kompleks timbul ketidak konsistenan. Oleh karena itu diperlukan kompromi antara kepentingan statistik dengan aspek teoritis dari fenomena ekonomi. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui kevalidan dari model yang digunakan adalah dengan pengujian RMSPE, U-Theil dengan komposisinya, yaitu UM bias proporsi, US bias variance dan UC bias covariance. Validasi model menggunakan data tahun 1987-2000.

4.7. Analisis Simulasi Kebijakan

Simulasi yang dilakukan dalam penelitian ini untuk periode tahun 2004 - 2010 dan dibagi dua bagian, yang pertama bila Indonesia saja yang melakukan liberalisasi perdagangan pupuk, sedangkan negara lain tidak melakukan liberalisasi perdagangan. Yang dilakukan dalam simulasi ini adalah pencabutan subsidi pupuk domestik dan menyamakan harga pupuk domestik dengan harga pupuk dunia. Simulasi yang kedua adalah bila seluruh negara yang terlibat dalam perdagangan pupuk, termasuk Indonesia, melakukan liberalisasi perdagangan pupuk.Yang dilakukan dalam simulasi ini adalah pencabutan subsidi pupuk 85 domestik, menyamakan harga pupuk domestik dengan harga pupuk dunia, dan menghilangkan menjadikan nol intervensi masing-masing negara. Simulasi ini terdiri dari: 1. Liberalisasi perdagangan pupuk urea Indonesia SIMLB-01 yaitu dilakukan dengan menyamakan PU = PUW 2. Liberalisasi perdagangan pupuk TSP Indonesia SIMLB-02 yaitu dilakukan dengan menyamakan PT = PTW 3. Liberalisasi perdagangan pupuk KCl Indonesia SIMLB-03 yaitu dilakukan dengan menyamakan PK = PKW 4. Liberalisasi perdagangan pupuk urea dunia SIMLB-04 yaitu dilakukan dengan menyamakan PU = PUW dan intervensi perdagangan negara lain sama dengan nol, atau INTS=INTS0, INTC=INTC0, INTR=INTR0, INTA=INTA0, INTU=INTU0 5. Liberalisasi perdagangan pupuk TSP dunia SIMLB-05 yaitu dilakukan dengan menyamakan PT = PTW dan intervensi perdagangan negara lain sama dengan nol 6. Liberalisasi perdagangan pupuk KCl dunia SIMLB-06 yaitu dilakukan dengan menyamakan PK = PKW dan intervensi perdagangan negara lain sama dengan nol 7. Liberalisasi perdagangan pupuk urea, TSP dan KCl di dunia SIMLB-07 yaitu dilakukan dengan menyamakan PU = PUW, PT= PTW, PK= PKW, dan intervensi perdagangan negara lain sama dengan nol Liberalisasi perdagangan pupuk urea, TSP dan KCl di dunia SIMLB-07 merupakan kondisi dasar untuk simulasi kebijakan produksi dan perdagangan pupuk dalam rangka liberalisasi perdagangan, dilakukan dengan menyamakan semua harga pupuk dengan harga dunia dan menghapus intervensi pemerintah 86 pada masing-masing negara yang dipertimbangkan dalam model ekonomi pupuk dan sektor pertanian. Dalam menghadapi kemungkinan dampak negatif liberalisasi perdagangan pupuk SIMLB- diperlukan alternatif-alternatif kebijakan untuk mengantisipasinya. Penentuan besarnya persentase perubahan alternatif simulasi kebijakan didasarkan pada pengalaman di bidang perdagangan pupuk dan pengamatan terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia. Alternatif kebijakan akan dilakukan melalui analisis simulasi kebijakan berikut: 1. Simulasi kebijakan produksi pupuk, meliputi : a Simulasi peningkatan kapasitas produksi pupuk urea sebesar 20 persen SIMKB-01 yaitu KAPU = 1.2KAPU b Simulasi peningkatan kapasitas produksi TSP sebesar 20 persen SIMKB-02 yaitu KAPT = 1.2KAPT c Simulasi kombinasi peningkatan kapasitas produksi urea SIMKB-01 dan TSP SIMKB-02 sebesar 20 persen SIMKB-03 yaitu KAPU= 1.2KAPU dan KAPT = 1.2KAPT disimulasikan bersamaan 2. Simulasi kebijakan perdagangan pupuk, meliputi : a Simulasi pembatasan ekspor urea sebesar 50 persen SIMKB-04 yaitu dilakukan simulasi mengalikan seluruh persamaan ekspor urea Indonesia ke negara lain dengan 0.5 b Simulasi tetap mempertahankan subsidi harga pupuk urea sebesar 20 persen dari harga dunia SIMKB-05 yaitu PU = 0.8PUW c Simulasi tetap mempertahankan subsidi harga pupuk TSP sebesar 20 persen dari harga dunia SIMKB-06 yaitu PT = 0.8PTW d Simulasi tetap mempertahankan subsidi harga pupuk KCl sebesar 20 persen dari harga dunia SIMKB-07 yaitu PK = 0.8PKW 87 e Simulasi subsidi harga pupuk urea 10 persen dan TSP 10 persen SIMKB-08 yaitu PU = 0.9PUW, PT = 0.9PTW bersamaan f Simulasi subsidi harga urea 10 persen dan KCl 10 persen SIMKB-09 yaitu PU = 0.9PUW, dan PK = 0.9PKW disimulasikan bersamaan g Simulasi subsidi harga pupuk KCl 10 persen dan TSP 10 persen SIMKB-10 yaitu PT = 0.9PTW, dan PK = 0.9PKW disimulasikan bersamaan 3. Simulasi kombinasi kebijakan produksi dan perdagangan, meliputi : a Simulasi subsidi harga urea sebesar 10 persen disertai dengan peningkatan kapasitas produksi pupuk urea dan TSP 20 persen SIMKB-11 yaitu PU = 0.9PUW, KAPU = 1.2KAPU, KAPT= 1.2KAPT disimulasikan bersamaan b Simulasi subsidi harga TSP sebesar 10 persen disertai dengan peningkatan kapasitas produksi pupuk urea dan TSP 20 persen SIMKB-12 yaitu PT = 0.9PTW, KAPU = 1.2KAPU, KAPT= 1.2KAPT disimulasikan bersamaan c Simulasi subsidi harga KCl sebesar 10 persen disertai dengan peningkatan kapasitas produksi pupuk urea dan TSP 20 persen SIMKB-13 yaitu PK = 0.9PKW, KAPU = 1.2KAPU, KAPT= 1.2KAPT disimulasikan bersamaan 4.8. Kriteria Seleksi Simulasi Kebijakan Seleksi terhadap berbagai simulasi kebijakan yang telah dilakukan dimaksudkan sebagai informasi kuantitatif bagi pemerintah dalam menyusun rumusan kebijakan. Adapun kriteria pokok yang menjadi dasar penilaian atas 88 kinerja simulasi kebijakan yang dilakukan adalah peningkatan produksi industri pupuk sehingga meningkatkan penawaran ekspor atau mengurangi impor. Dari kinerja sektor tanaman pangan adalah turunnya impor pangan, meningkatnya luas areal, meningkatnya produktifitas, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada impor pangan dari pasar dunia. Sedangkan dari sisi sektor tanaman perkebunan adalah meningkatnya ekspor, meningkatnya luas areal dan meningkatnya produktifitas.

4.9. Jenis dan Sumber Data